Misteri Laut dan Kisah Ekspedisi The Challenger

Bumi disebut sebagai Planet Biru bukan tanpa sebab. Planet yang sudah mulai tua ini memiliki lebih dari 70 persen wilayah lautan. Tak heran jika bumi kita akan tampak berwarna biru jika dilihat dari angkasa.

Menjelang abad ke-19, para pelaut dan ilmuwan mulai sadar bahwa begitu banyak misteri bawah laut yang belum mereka ke tahui. Upaya Angkatan Laut Kerajaan Inggris untuk memetakan semua garis pantai bumi pada pertengahan abad ke-19 membuka mata mereka betapa dalam laut itu. Untuk membuktikannya, Kerajaan Inggris merencanakan ekspedisi membahayakan dengan kapal HMS Challengers pada 1872. Kapal ini dimodifikasi untuk penelitian. Kapal pun dilengkapi dengan laboratorium kimia dan alam.

Kapal ini dipimpin Kapten George Nares. Di dalam the Challenger, ada para pene liti dan ahli botani dari Inggris Raya. Se mua kru dan petugas berjumlah 247 orang. Mereka bekerja di bawah pengawas an Charles Wyvelle Thomson dari Univer sitas Edinburgh. Ketika kembali, mereka hanya tersisa 144 orang. Banyak di antara kru kapal yang meninggal dunia, berpisah di perjalanan hingga melakukan desersi dalam tugas.

Kapal mulai berlayar pada 21 Desem ber 1872 dari Portsmouth, Inggris. Pada Januari 1873, kapal sempat singgah di Lisa bon dan Gibraltar. Kapal kemudian berlayar ke Kepulauan Kanari, Medeira, hingga Bermuda. Kapal juga berputar ke arah se latan menuju Salvador di Brasil. The Challenger melanjutkan petualangannya hingga ke Melbourne, Australia, Selandia Baru, dan daerah pasifik, seperti Kepulau an Tonga dan Fiji.

The Challenger juga singgah ke Cina dan Hong Kong sampai ke Kepulauan Arafuru dan Papua Nugini. Kapal ini juga me nyinggahi wilayah nusantara, seperti Laut Banda, Kepulauan Ambon hingga Ternate. Kapal lantas bergerak ke utara hingga melintasi Sulawesi menuju Filipina. Tempat terakhir the Challenger melabuhkan sauh nya sampai di Kepulauan Carolina dan Mariana. Kapal pun sampai di Pelabuhan Yokohama, Jepang, pada April 1875.

Setelah singgah di ratusan tempat di seluruh bumi, kru Challenger menghasilkan temuan dari 360 stasiun pengamat. Mereka mengukur kedalaman, temperatur di kedalaman berbeda, mengamati cuaca dan kondisi laut, mengumpulkan biota laut. Mereka menggunakan alat keruk dan pukat untuk mengumpulkan biota laut.

Alat keruk itu menggali di dasar laut. Lebih dari 4.000 spesies yang tidak dikenal saat itu ditemukan dalam ekspedisi ini. John Murray, supervisor publikasi hasil riset the Challenger bahkan menggambarkan laporan tersebut menjadi temuan ilmu pengetahuan terbesar di bumi kita sejak abad ke-15 dan ke-16.

 

REPUBLIKA

Misteri Laut dalam Alquran

Meski ditemukan pertama kali dikalangan bangsa Quraisy yang tidak mengenal dunia kemaritiman, Alquran membahas masalah laut dalam berbagai sighat (bentuk). Syekh Abdul Aziz az-Zuhairi menulis, sighat bahar (bentuk tunggal) disebut sebanyak 29 kali, sighat bahrani (dua laut) sebanyak satu kali, sighat bahrain (dua laut) sebanyak empat kali, sighat bihar (ja mak) sebanyak dua kali. Sementara itu, kata al-fulk (perahu) disebutkan sebanyak 23 kali.

Salah satu ayat Alquran yang membahas tentang laut ada pada surah an-Nur ayat 40. “Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tia da lah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun.”

Ayat tersebut memang ditempatkan da lam konteks sebagai analogi terhadap orang kafir seperti tertera dalam ayat sebelumnya. Selain mengqiyaskan orang-orang kafir berada di kegelapan, Allah SWT pun sebelumnya menyematkan kon disi fatamorgana yang ada di dalam orang-orang kafir pada ayat 39. Meski demikian, tiap ayat Alquran punya rahasia, termasuk dalam ayat tentang kegelapan lautan di atas.

Apa yang dikatakan Alquran tentang kegelapan yang bertindih-tindih di dalam lautan seolah mengulangi apa yang dibuktikan dunia sains saat ini. Mengutip buku Oceans karangan Danny Elder dan John Pernetta, kegelapan lautan dan samudra dijumpai pada kedalaman 200 meter atau lebih. Di kedalaman ini, hampir tidak di jum pai cahaya. Sedangkan di bawah keda laman seribu meter, tidak terdapat cahaya sama sekali.

Penjelasan Harun Yahya tentang dunia bawah laut pun bisa menegaskan kembali betapa benar firman Allah tentang gulita yang bertindih-tindih. Pengukuran dengan teknologi saat ini berhasil mengungkapkan bahwa antara tiga hingga 30 persen sinar matahari dipantulkan oleh permukaan laut. Jadi, hampir semua tujuh warna yang menyusun spektrum sinar matahari diserap satu demi satu ketika menembus permu kaan lautan hingga kedalaman 200 meter kecuali sinar biru. Di bawah kedalaman seribu meter, tidak dijumpai sinar apa pun.

Tidak hanya itu, Harun Yahya yang me ngutip buku Oceanography, a View of the Earth pun mencoba meneliti kalimat lain da lam ayat di atas. Ketika masih ada om bak lain di atas ombak. Apa yang disebut kan itu ternyata juga dibuktikan secara ilmiah oleh penelitian modern saat ini. Para ilmuwan menemukan keberadaan gelombang di dasar lautan yang terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan air laut dengan kerapatan atau masa jenis berbeda.

Gelombang internal ini meliputi wila yah perairan di kedalaman lautan dan sa mudra. Pada kedalaman ini, air laut punya massa jenis lebih tinggi dibandingkan la pis an air di atasnya. Ajaibnya, gelombang internal ini punya sifat gelombang permu kaan. Dia bisa pecah seperti ombak. Meski tidak bisa dilihat dengan mata manusia, keberadaannya dapat dikenali lewat suhu atau perubahan kadar garam di tempattempat tertentu.

Kemukjizatan Alquran memang tak bisa diragukan. Apa yang dikatakan pada 15 abad yang lalu ternyata terbukti oleh sains modern abad 20. Jika saja para awak the Challenger mengetahui apa yang di tuang kan dalam surah an-Nur ayat 40, mung kin saja separuh pertanyaan mereka akan terjawab.

Meski demikian, kita tidak bisa memungkiri bahwa dunia barat yang tidak mengenal Alquran justru amat giat menggali ayat-ayat kauniyah yang bertebaran di alam semesta. Beragam penelitian justru membuka tabir-tabir kebenaran yang sudah tertera pada ayat-ayat suci. Padahal, Allah SWT memberi perintah pertama kali kepada kita untuk membaca. Dengan nama Tuhan yang menciptakan.

Sudah saatnya kita mengambil hikmah dari ayat-ayat qauliyah yang bertebaran di dalam Alquran dan ayat-ayat kauniyah di alam semesta. Terlebih tentang laut. Me ngutip apa yang dikatakan Presiden Joko Widodo, sudah terlalu lama kita memunggungi laut. Sudah terlalu lama juga kita mengabaikan ayat-ayat Allah tentang laut. Karena laut bisa menjadi salah satu media untuk mengenal-Nya.

Hendaknya, kita pun mengingat kem bali pesan Rasulullah SAW yang mengistimewakan para mujahid yang berjuang di laut. Sesuai dengan hadis yang dirawikan oleh Ummu Haram bahwa Nabi SAW du duk-duduk di sisinya. Beliau pun tertawa. Lantas, Ummu Haram berkata, “Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?” Kata Nabi, “Sejumlah manusia dari umatku mengarungi lautan hijau (demi berjihad) di jalan Allah. Perumpamaan mereka adalah seperti para raja atas keluarganya.” Ummu Haram pun berkata,”Wahai Ra sulullah, berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikanku dalam golongan mereka.” Lalu beliau berdoa, “Ya Allah, jadikan dia bagian dari mereka.” Wallau a’lam.

 

REPUBLIKA