Profesor Okuda: Ilmuwan Muslim Jepang dan pendidik

Prof. Dr. Atsushi Kamal Okuda, Profesor sistem Politik di Universitas Keio. Ilmuwan muslim Jepang dan pendidik.

Dr Kamal Okuda telah lama berjuang mencari agama, sampai ia memeluk Islam. Dia menjelaskan hidupnya sebelum memeluk Islam: “Sebelum memeluk Islam hidup saya adalah barbar .. Sangat barbar! Jahil.. tidak tahu yang sebenarnya!”

Dr. Okuda adalah contoh yang sangat baik bagi umat Islam di Jepang. Dia mengambil minat dalam perundang-undangan Islam, ia pindah ke Aleppo-Syria untuk melanjutkan studi dan belajar bahasa Arab. Dia mengatakan: “Pada saat itu saya masuk Islam .. Saya percaya bahwa ini adalah hadiah terbesar dari Allah dalam hidup saya!”.

Hari ini, Dr Okuda bekerja keras dengan rekan-rekannya dan para mahasiswa di Jepang untuk menyebarkan Islam di sana, dan untuk menyelamatkan bangsa mereka. Semoga Allah memberi mereka berkat dan pahala mereka baik.

sumber: Islam in Japan 日本でのイスラム

Islam Mulai Mengakar di Masyarakat Jepang

Tahun demi tahun, Islam semakin kuat mengakar di tengah masyarakat Jepang. Kendati berorientasi ekonomi, kebijakan menggenjot aspek wisata syariah ini membuka celah penyebaran Islam. Kepentingan Jepang menarik lebih banyak wisatawan Muslim merupakan arus baru yang mengakrabkan Islam kepada rakyat Negeri Sakura.

Mengandalkan zona ramah untuk Muslim (Muslim friendly zone), berbagai fasilitas dibangun bagi para wisatawan Muslim. “Masyarakat Jepang sangat toleran soal agama. Kadang, mereka bertanya-tanya tentang Islam. Saya pun kalau minta izin kerja yang berkaitan dengan ibadah, misal Idul Fitri atau shalat Jumat, mereka tidak banyak komentar,” ujar warga negara Indonesia (WNI), Arif Ahmad, yang tinggal di Tokyo kepada ROL.

Setelah setahun tinggal di Jepang, alumnus FIB UGM ini mulai banyak terlibat dalam agenda komunitas Muslim. Termasuk, aktif membantu pelaksanaan agenda-agenda komunitas Muslim selama Ramadhan kemarin.

Japan Travel Guide for Muslim Visitor yang disusun Japan Tourism Agency dan Japan National Tourism Organization menyebutkan, tak kurang dari 60 masjid dan tempat ibadah sudah berdiri di seluruh Jepang. Yang paling terkenal Masjid Jamii Tokyo dan Masjid Kobe. Kemudian, ada pula Masjid Sapporo di Hokkaido, Masjid Sendai di Miyagi, Masjid Nagoya di Aichi, Osaka Ibaraki Mosque di Osaka, dan Masjid Fukuoka di Fukuoka.

Pemerintah juga mulai menyediakan tempat ibadah untuk Muslim di stasiun, bandara, dan ruang-ruang publik. Aspek kenyamanan para wisatawan Muslim menjadi prioritas utama pemerintah. Kendati, di Jepang tidak ada azan yang saling bersahutan layaknya negara-negara Muslim. Azan tidak boleh diperdengarkan keluar lewat speaker, tapi hanya terdengar di area masjid.

Seiring pemenuhan tempat ibadah, kuliner yang menjadi kebutuhan utama wisatawan mendapat perhatian khusus. Seorang Muslim tidak bisa sembarangan soal makanan. Setiap orang Jepang bisa makan makanan Muslim, tapi tidak setiap Muslim bisa makan makanan orang Jepang.

Karena itu, sekarang mulai banyak produk bahan pangan yang berlogo halal. Restoran halal di Jepang meningkat dari waktu ke waktu. Ada restoran yang menyajikan kuliner halal bercita rasa Malaysia, India, Pakistan, Turki, Mesir, Cina, dan Maroko. Mereka tersebar di kota-kota besar, seperti Tokyo, Kobe, Osaka, Nagoya, dan Kyoto.

 

sumber: Republika Online