Ketika Allah Memberi Perumpamaan Nyamuk dalam Alquran

Bahwa segala sesuatu yang Allah ciptakan mempunyai hikmah.

Dalam Alquran, ada banyak hewan yang dijadikan sebagai perumpamaan. Semisal laba-laba, nyamuk, lalat, lebah, semut dan sebagainya.

Tak lain itu dimaksudkan agar manusia bertafakur tentang makhluk-makhluk lainnya yang Allah ciptakan. Bahwa segala sesuatu yang Allah ciptakan mempunyai hikmah. 

Sebagaimana dalam surat Al Baqarah ayat 26.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik. 

Dalam tafsir Tahlili Al Baqarah ayat 26, Tafsir Alquran Kementerian Agama RI menjelaskan bahwa menurut Ibnu Abbas ayat tersebut diturunkan berhubungan dengan tuduhan orang-orang Yahudi bahwa perumpamaan yang ada dalam Aquran itu tidak mempunyai nilai yang berarti. Karena dalam perumpamaan itu disebut sesuatu yang tidak berarti, bahkan termasuk binatang kecil lagi hina.

Selain nyamuk dalam Al Baqarah ayat 26, Allah juga memberikan perumpamaan lain seperti zubab yang berarti lalat pada surat al Hajj ayat 73 atau juga laba-laba pada surat Al Ankabut ayat 41. Seandainya orang Yahudi itu mengetahui maksud perumpamaan itu, tentu mereka akan menyatakan bahwa perumpamaan dalam Alquran merupakan perumpamaan yang tepat dan benar. 

Dalam Al Baqarah ayat 26, Allah dengan tegas menyatakan tak segan untuk membuat contoh dan perumpamaan dalam penjelasan informasinya dengan menggunakan perumpamaan seekor nyamuk atau bahkan lebih kecil dari itu. Orang yang beriman pasti dapat menerima keterangan ini, namun orang kafir dan munafik tak mau memahami tujuan Allah membuat perumpamaan semisal nyamuk dalam Alquran. 

Mari sekilas kita menyelami hikmah dibalik penciptaan seekor nyamuk. Ada beberapa jenis nyamuk, seperti jenis anapheks atau anopheles yang hidup di air kotor, ini merupakan jenis nyamuk berbahaya yang menyebabkan malaria.

Ada juga jenis nyamuk Aedes aegypti yang hidup di air bersih dan menyebabkan demam berdarah. Namun ada juga nyamuk tak berbahaya seperti culex. Kekuasaan Allah yang telah menciptakan predator bagi nyamuk seperti cecak, karak, tokek dan lainnya. 

Ketika mencoba memahami perikehidupan nyamuk, kita akan mengetahui betapa rumit dan kompleksnya sistem yang berjalan. Secara umum kita mengetahui makhluk ini adalah penghisap darah manusia dan binatang lainnya.

Akan tetapi, pengetahuan demikian ini tidak sepenuhnya benar. Karena tidak semua individu nyamuk hidup dari mengisap darah. Hanya nyamuk betina saja yang memerlukan darah dalam dietnya.

Nyamuk betina memerlukan protein dari darah dalam proses akhir pembentukan telur. Dengan kata lain, nyamuk betina mengisap darah untuk meyakinkan akan berlanjutnya kehidupan jenisnya.

Proses perkembangan nyamuk merupakan salah satu aspek yang mengagumkan. Ada fase yang panjang dalam perkembangan nyamuk yang tak bisa penulis jabarkan secara detail dalam tulisan ini. 

Selain fase perkembangan nyamuk yang menakjubkan, nyamuk juga dilengkapi perangkat sistem canggih. Nyamuk dilengkapi dengan organ yang dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan suhu, udara, kelembaban dan juga bau.

Bahkan, nyamuk mempunyai kemampuan untuk melihat melalui perubahan suhu yang menolongnya saat mencari mangsanya, walaupun keadaan sangat gelap. Bahkan berkaitan dengan teknik nyamuk menghisap darah ternyata juga  merupakan seperangkat sistem yang sangat kompleks dan rumit.

Dengan rancangan tubuh yang demikian, walaupun hanya ada pada nyamuk yang kecil, ini merupakan bukti akan kerja penciptaan. Di dalam Alquran, nyamuk yang kecil ini dijadikan contoh untuk memperlihatkan kekuasaan Allah. Mereka yang beriman mengerti, sedangkan mereka yang kafir menyangkalnya. 

KHAZANAH REPUBLIKA

Manusia Lebih Hina Dari Nyamuk

DUNIA ini tidak lebih baik dari seekor nyamuk! Mungkin Anda bersungut-sungut ketika membaca kalimat di atas. Benarkah dunia yang sebegitu besar dan indahnya lebih hina dari seekor nyamuk? Makhluk yang sering kita pandang tak berharga itu?

Makhluk kecil yang sering mengusik ketenangan kita. Ternyata ia mengalahkan kemegahan dan kebesaran dunia. Apa pasal? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus menyamakan persepsi terlebih dahulu.

Sebagaimana sudah maklum, bahwa pandangan orang terhadap dunia itu berbeda-beda. Di satu sisi, orang memandang dunia ini adalah surga, namun di sisi lain orang memandang dunia sekadar mampir ngombe saja. Perbedaan pandang ini bertolak dari perbedaan cara memahami makna kehidupan dunia itu sendiri.

Yang pertama mengartikan kehidupan dunia dengan kesenangan dan foya-foya. Sedangkan yang kedua mengartikan kehidupan dunia ini sebagai ladang amal dan ibadah. Jika yang pertama mereka akan berbuat apa saja demi tercapainya cita-cita, tanpa menghormati nilai-nilai kemanusian, bahkan dengan menghalalkan segala cara. Tipu, dusta, manipulsi, kolusi, dan korupsi adalah makanan sehari-hari. Bahkan membunuh pun bukanlah barang baru.

Mereka inilah sekumpulan orang yang tidak bernurani dan ingin menang sendiri. Orang yang hatinya telah mati dan tidak mengenal kasih sayang, yang kerjaannya hanya memperturutkan hawa nafsu belaka. Maka yang kedua adalah orang-orang berhati lembut, penuh kasih sayang, dan bernurani sehat.

Sejatinya, yang menjadikan nilai dunia lebih rendah dari nyamuk bukanlah karena dunia itu lebih jelek dari segi penciptaannya daripada nyamuk. Bukan, bukan karena itu. Sebab kalau dari sisi ini jelas dunia jauh lebih bernilai. Apa yang ada di dunia adalah semata-mata karunia dan nikmat dari Allah, sang Pencipta. Gunung, lautan, matahari, bulan, bintang, dan seterusnya adalah pemberian yang wajib disyukuri. Dan tanpa diragukan lagi, semua itu jauh lebih baik dan berharga dibanding nyamuk.

Tetapi yang menjadikan nilai dunia ini lebih rendah dari nyamuk adalah dikarenakan polah dan tingkah laku manusia itu sendiri. Lalu apa hubungannya dengan soalan ini? Ya jelas ada hubungannya, karena manusia adalah pemakmur dan penanggung jawab bumi. Terlebih-lebih mayoritas penduduk bumi berjenis manusia pertama, sebagaimana diuraikan di atas. Jadi, kesimpulannya adalah tingkah laku manusia itu lebih hina dan rendah daripada tingkah laku nyamuk.

Dari Sahl bin Saad berkata, Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam pernah bersabda, “Seandainya dunia ini sama nilainya dengan sayap nyamuk di sisi Allah. Niscaya Ia tidak akan memberikan minuman dari dunia itu kepada orang kafir, meskipun hanya seteguk air” (HR. Tirmidzi. Syeikh Albani menshahihkan hadis ini).

Tapi, bagaimana mungkin manusia bisa lebih hina dan rendah daripada nyamuk? Bukankah manusia diberi kelebihan akal, sedangkan nyamuk tidak? Justru, di sinilah letak pokok persoalannya.

Jika manusia memang memiliki akal, kenapa ia mengganggu yang lain? Kenapa buang sampah sembarangan, misalnya? Kenapa pula merokok di sembarang tempat, bukankah ia punya mata, kenapa tidak digunakan? Lalu kenapa juga ada penebangan liar, perusakan alam dan pemusnahan satwa? Bukankah kerusakan yang terjadi di bumi ini sebagian besar adalah ulah tangan manusia? Bukankah error-nya ekosistem itu juga disebabkan manusia?

Belum lagi kerusakan moral: pembunuhan, pemerkosaan, pemerasan, penganiayaan, pencurian, dan seterusnya. Bukankah itu juga tingkah laku manusia? Ya, memang, kerusakan itu manusialah biang keladinya. Sungguh benar apa yang diberitakan Alquran.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar (Q.s. ar-Rm [30]: 41).

Itu pun masih ditambahi penyimpangan-penyimpangan agama yang dilakukan manusia. Kemusyrikan di mana-mana. Kedustaan sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan larangan-larangan agama pun dianggap sepele. Lalu di mana akal manusia? Di mana pula mata dan telinganya? Kenapa tidak digunakan?

Pantaslah memang, jika manusia menjadi lebih hina dan rendah daripada nyamuk. Tingkah lakunya saja sudah tidak mencerminkan sisi kemanusiaan. Jika hal itu dilakukan oleh binatang kita bisa memaklumi, karena binatang tidak berakal. Kalau manusia? Adakah pembelaan yang pantas bagi orang yang tidak mau menggunakkan akalnya? Maka Allah mencela orang yang tidak mau menggunakan akalnya, bahkan menyebutnya lebih sesat dari binatang.

“Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah). Mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka Itulah orang-orang yang lalai (Q.s. al-Arf [7]: 179).

Itulah tingkah laku manusia jika tidak ada keimanan di dalam dadanya. Iman akan mengikat batin manusia dengan sang Pencipta, membuat hidupnya serasi dan seimbang antara tampilan luar dan dalamnya. Manakala hati kosong dari cahaya ilahi, manusia menjadi tidak terkendali. Sebab tidak ada pengikat antara dirinya dan Tuhannya. Itulah hal paling mendasar kenapa manusia seringkali tidak punya nurani.

Alih-alih menunaikan hak orang lain, hak dirinya yang asasi saja ia abaikan. Yang terpikirkan olehnya adalah bagaimana hidup senang. Hanya ada nafsu dalam benaknya. Kecintaannya kepada dunia telah membuat mata hatinya buta. Meskipun cahaya petunjuk terang benderang di depan matanya, ia tidak akan melihatnya. Tidak ada ketaatan dan kebaktian. Yang ada hanya ketamakan dan kerakusan. Inilah alasan kenapa Allah Azza wa Jalla memandang dunia ini hina, lebih rendah dari sayap nyamuk. Berikut ini alasan kenapa dunia disifati dengan kehinaan.

Kecintaan seseorang kepada dunia akan membuatnya mengagungkan dunia, padahal ia rendah di sisi Allah. Dan di antara dosa-dosa besar adalah mengagungkan sesuatu yang dianggap-Nya rendah.

Kecintaan seseorang terhadap dunia akan menjadikan tujuan hidupnya untuk dunia semata, sehingga ia akan melakukan segala cara untuk mewujudkannya. Bahkan sarana yang seharusnya ditujukan untuk mencari keridaan Allah dan akhirat pun ia tujukan untuk dunianya. Akibatnya, semuanya menjadi terbalik, dan hatinya menjadi berbalik arah ke belakang.

Kecintaan kepada dunia juga akan menghalangi seseorang melakukan amalan yang akan bermanfaat baginya di akhirat, karena ia terlalu sibuk oleh dunia yang dicintainya.

Kecintaan kepada dunia juga akan menjadikan seseorang terlalu bergantung pada dunia. Padahal seberat-berat siksa adalah karena dunia.

Jika kecintaan itu menjadikan seseorang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat, maka ia termasuk sebodoh-bodoh manusia. Sebab ia mendahulukan kehidupan yang semu dari kehidupan yang hakiki.[Ustadz Abu Hasan Abdillah, BA., MA./Muslim.or.id]

Menghadapi Nyamuk, Cuaca Terik dan Potensi Gangguan Kesehatan di Armina

Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) menemukan sejumlah hal yang berpotensi mengganggu kesehatan jemaah selama di Arafah, Muzdalifah sampai Mina. Mulai dari cuaca yang sangat terik, nyamuk sampai masalah penyakit lainnya. Bagaimana tips mengantisipasinya?

Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono melaporkan, tim yang survei ke Arafah dua hari lalu menemukan setidaknya dua hal yang perlu mendapat penanganan sebelum puncak haji tiba. Pertama, adalah nyamuk di Arafah, lalu toilet di Mina.

“Nyamuk di Arafah banyak banget kemarin, ini perlu diantisipasi. Yang kedua di Mina, itu posisi toilet itu kan lebih tinggi dari posisi tenda harus naik ini juga kami sudah komunikasikan karena jemaah Indonesia banyak yang lansia,” terang Anung saat diwawancarai di kantor Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), Selasa (30/8/2016).

Persoalan ini langsung dikomunikasikan pada pihak Kementerian Kesehatan Arab Saudi yang berkunjung ke KKHI. Untuk nyamuk, pihak kesehatan Saudi berjanji akan melakukan fogging setelah semua tenda berdiri di Arafah. Saat ini, memang proses pembangunan tenda masih berjalan.

“Mudah-mudahan ini mengurangi risiko yang tadi terjadi di lapangan, dan saya percaya ini sebenarnya bagian yang biasa dilakukan pemerintah Arab Saudi tapi kita memang perlu mengkomunikasikan hal-hal semacam ini,” urainya. Sementara terkait toilet saat ini masih dicarikan jalan keluarnya.

Hal lain yang menjadi potensi gangguan kesehatan adalah penggunaan eskalator berjalan di terowongan Mina. Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, banyak jemaah cedera ketika berdesakan di eskalator berjalan datar tersebut. Karena itu, tim kesehatan akan melakukan pemantauan dan mengimbau jemaah agar berhati-hati saat memakai eskalator, terutama saat akan turun.

“Sebenarnya bukan barang salah, tapi di eskalator biasanya orang kan enggak jalan begitu pindah ke jalur normal kalau kita nggak melangkah yang belakang dorong itu ada potensi jatuh,” paparnya.

Dokter Muchtaruddin Mansur, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes menambahkan, faktor cuaca ekstrem juga akan mempengaruhi kondisi jemaah. Karena itu, dia memilustrasi pemerkosaanberikan sejumlah tips bagi jemaah agar tetap sehat selama proses Arafah Mina (Armina). Berikut imbauannyaa:

 

  1. Selalu jaga hidrasi dengan banyak minum.
  2. Hindari keluar dari tenda selama Arafah saat siang hari. Suhu diprediksi bakal mencapai 50 sampai 52 derajat celcius pada puncak nanti.
  3. Tati jadwal kegiatan-kegiatan ibadah termasuk jadwal melontar.
  4. Gunakan pelindung seperti kacamata anti surya dan alas kaki. Pentingnya alas kaki karena banyak jemaah kakinya melepuh ketika terlepas.
  5. Banyak makan bergizi dan buah.
  6. Cukup istirahat dan kendalikan emosi.

 
sumber: Detikcom