Peringatan dari Hal-Hal yang Menghapus Pahala Amal

Allah Ta’ala berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَرْفَعُوْٓا اَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوْا لَهٗ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ اَنْ تَحْبَطَ اَعْمَالُكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تَشْعُرُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah meninggikan suaramu melebihi suara Nabi dan janganlah berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain. Hal itu dikhawatirkan akan membuat (pahala) segala amalmu terhapus, sedangkan kamu tidak menyadarinya.” (QS. Al-Hujurat: 2)

Di dalam ayat tersebut terdapat faedah ilmu:

Petunjuk kepada hadis yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang ayat ini,

وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَآ اٰتَوْا وَّقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ

Dan orang-orang yang melakukan (kebaikan) yang telah mereka kerjakan dengan hati penuh rasa takut.’(QS. Al-Mukminun: 60)”

‘Aisyah bertanya, “Apakah mereka adalah orang-orang yang meminum khamr dan yang mencuri?”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak, wahai putri Ash-Shiddiq. Akan tetapi, mereka adalah orang-orang yang berpuasa, melaksanakan salat, dan bersedekah dalam keadaan takut bahwa amal-amal tersebut tidak diterima. Mereka adalah orang-orang yang berlomba-lomba di dalam kebaikan.” (HR. At-Tirmidzi dan dinyatakan sahih oleh beliau)

Mengetahui apa-apa yang merusak amal pada saat melaksanakannya dan (mengetahui) apa-apa yang membatalkannya dan menghapusnya setelah pelaksanaannya merupakan di antara perkara yang sangat penting bagi seorang hamba untuk memperbaikinya dan bersemangat untuk mengamalkannya dan memperhatikannya. (Al-Wabil Ash-Shayyib, Ibnu Al-Qayyim rahimahullah)

Ada riwayat sahih dari tiga orang sahabat. Pertama, Fadhalah bin ‘Ubaid sebagaimana di dalam kitab At-Taqwa karya Ibnu Abi Ad-Dunya. Kedua, Abu Ad-Darda’ sebagaimana di dalam Tafsir Ibnu Abi Hatim.  Ketiga, Abdullah bin Umar sebagaimana di dalam Tarikh Ibnu ‘Asakir. Semoga Allah meridai mereka semua. Mereka semua mengatakan, “Seandainya aku tahu bahwa Allah menerima dariku satu ruku’ atau satu sujud ataupun satu sedekah, maka hal itu lebih aku cintai dari pada dunia dan isinya.” Lalu, membaca ayat,

اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ

Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah: 27)

Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma menambahkan di dalam asar yang dinukil dari beliau. Setelah beliau bersedekah satu dirham, beliau berkata, “Seandainya aku tahu bahwa Allah menerima dariku satu sedekah atau satu sujud karena hal itu perkara gaib, maka hal itu lebih aku cintai daripada kematian.” Lalu, membaca ayat,

اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ

Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah: 27)

Allah Ta’ala berfirman,

وَقُلْ رَّبِّ اَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَّاَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَّاجْعَلْ لِّيْ مِنْ لَّدُنْكَ سُلْطٰنًا نَّصِيْرًا

Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Ya Tuhanku, masukkan aku (ke tempat dan keadaan apa saja) dengan cara yang benar, keluarkan (pula) aku dengan cara yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(-ku).’” (QS. Al-Isra’: 80)

“Shidq (benar) di dalam perkataan adalah lurusnya lisan di dalam perkataan seperti lurusnya bulir di atas tangkainya. Shidq (benar) di dalam perbuatan adalah lurusnya perbuatan di atas perintah dan mutaba’ah seperti lurusnya kepala di atas badan. Shidq (benar) di dalam keadaan adalah lurusnya amalan hati dan anggota badan di atas ikhlas dan pemaksimalan tenaga dan kemampuan. Maka dari itu, seorang hamba mengamalkan shidq (benar) dengan menyempurnakan hal-hal ini. Dan proses menegakkannya menjadi proses menjadi shiddiq (orang yang benar).” (Ibnu Al-Qayyim)

Allah Ta’ala berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَلَا تُبْطِلُوْٓا اَعْمَالَكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul serta jangan batalkan amal-amalmu!” (QS. Muhammad: 33)

Allahu a’lam.

(Ditulis oleh Fadhilatusysyaikh Abdullah bin Shalih Al-‘Ubailan, 7-12-1443 H)

***

Penerjemah: Ahmad Fardan

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/78014-peringatan-dari-hal-hal-yang-menghapus-pahala-amal.html