Islam, Tata Kelola Sampah dan Lingkungan

HIDUP di lingkungan yang bersih dan sehat adalah harapan semua orang. Namun saat ini Impian untuk menciptakan lingkungan bersih tidaklah mudah.

Sebagian orang seringkali kurang peduli dengan kondisi lingkungan. Tumpukan sampah yang menggunung, polusi udara dan polusi tanah tidak terelakkan. sampah menjadi salah satu permasalahan yang tak kunjung terselesaikan.

Belum lama ini, Dirjen PSLB3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati (Biro Humas KLHK) mengatakan, Indonesia menghasilkan 12,87 juta ton sampah plastik pada 2023. Rosa mengatakan sampah plastik masih menjadi isu serius yang dihadapi Indonesia.

Kondisi tersebut menyebabkan penanganan sampah plastik menjadi fokus dalam Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024 yang diperingati 21 Februari.

Belum lagi adanya penyelenggaraan Ptahun ini juga cukup berkontribusi dalam menyumbang sampah. Seperti yang disampaikan sebelumnya oleh Dirjen Vivien bahwa terkait dengan penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak di tahun 2024 ini, KLHK mengajak seluruh pihak untuk ikut menangani sampah yang berasal dari bekas alat peraga kampanye, seperti poster, baliho, spanduk, bendera, tiang-tiang bambu dan lain sebagianya.

***

Kondisi sampah yang memprihatinkan ini tentu tidak diinginkan oleh masyarakat dan ingin segera terselesaikan. Selain bau busuk yang menyengat, tumpukan yang mengganggu pemandangan, juga rawan menjadi sarang penyakit yang berbahaya.

Solusi yang dicanangkan oleh pemerintah hari ini adalah program mengelola sampah secara mandiri dengan program TPS 3R; Reduce (kurangi), Reuse (memanfaatkan), Recycle (mendaur ulang) atau mengadakan bank sampah.

Apabila program ini berjalan diharapkan penumpukan sampah disekitar masyarakat akan hilang.

Sayangnya, program inipun ternyata kurang mensolusikan permasalahan sampah di Indonesia, karena program pencegahan ini ada setelah problem sampah sudah terlanjur menyebar dan kurang pengawalan dalam memastikan berjalannya program.

Namun apabila kita kulik lebih dalam asal muasal dari permasalahan ini, akan kita temukan bahwa ternyata manajemen pengelolaan sampah tidak sekedar masalah teknis belaka.

Namun hal ini sangat berhubungan dengan pandangan hidup atau ideologi suatu negara. Penggunaan plastik yang amat dekat dengan masyarakat karena biayanya lebih murah, ini tentu berkaitan dengan banyaknya beban hidup yang mahal sehingga ketika membeli kebutuhan, masyarakat akan mengutamakan yang praktis dan murah saja tanpa memikirkan efek kedepannya.

Sehingga rasanya kurang tepat bila kita menyalahkan individu saja terkait permasalahan sampah ini, sebab permasalahan sampah harusnya bukan sekedar tanggung jawab individu.

Mesti ditelusuri apakah hal ini terjadi karena semata-mata ketidakdisiplinan masyarakat, atau memang negara yang belum optimal dalam memberikan edukasi, memfasilitasi produk ramah lingkungan serta menyediakan tempat pengolahan sampah.

Islam dan Menjaga Lingkungan

Islam mengajarkan sikap disiplin menjaga lingkungan akan muncul secara intrinsik setelah masyarakat dibina oleh negara, mereka merasa selalu diawasi oleh Allah SWT terhadap segala perbuatan mereka.

Syariat Islam mengajarkan batasan syariat apa yang boleh dan apa yang tidak boleh membuat kerusakan di bumi, serta ajaran memanfaatkan alam secukupnya.

Seperti firman Allah SWT yang artinya, “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya…” (TQS. Al-Araf: 56).

Untuk itu selain mengedukasi rakyatnya akan bahaya limbah sampah plastik,  syariat mengajarkan manusia berfikir (mengembangkan riset terpadu). Saat ini kita mengenalistilah teknologi baru yang ramah lingkungan, mulai dari kemasan alternatif hingga teknologi pengolahan sampah yang efisien.

Dalam pemerintahan Islam, negara juga harus memberikan bantuan khusus untuk inovasi penyediaan alternatif plastik yang didanai oleh negara sebagai bentuk periayahan negara untuk rakyat.

Ini sesuai dengan seruan hadist Rasulullah ﷺ, yang artinya; “Imam adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. al-Bukhari).

Upaya ini memang membutuhkan biaya besar, namun bagi pemerintah hal ini bukan masalah besar karena imam dan kepimpinan Islam akan menggunakan sumber dana dari Baitul Maal.

Dana ini akan dialokasikan untuk membantu pendanaan inovasi penyediaan bahan alternatif pengganti plastik, dengan begitu rakyat tetap dapat menikmati kemudahan teknologi plastik yang ramah lingkungan. Sehingga impian kehidupan bersih, asri dan nyaman dapat terwujud. Wallahu a’lam.*

Aktivis Mahasiswa Muslimah

HIDAYATULLAH