Syekh Ali Jaber Dai Asal Madinah yang Cinta Indonesia Tutup Usia

Syekh Ali Jaber dai asal Madinah yang cinta Indonesia dikabarkan meninggal dunia pagi ini. Kabar tersebut disampaikan oleh Ustadz Yusuf Mansur, sahabat karib Syekh Ali Jaber. “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, kita semua berduka, Indonesia berduka, Syekh Ali berpulang ke rahmatullah jam 8.30 pagi tadi di rumah sakit Yusuf Mansur,” terang dai interprener di Instagramnya.

Syekh Ali Jaber terinveksi covid-19 sejak akhir Desember 2020. Ia mendapat perawatan di rumah sakit. Sempat membaik, namun kondisinya kesehatannya semakin menurun setelah dirawat sekitar 16 hari. “Insya Allah beliau syahid,” doa Yusuf Mansur.

Dai Asal Madinah

Jauh sebelum peristiwa ini, saya teringat ketika di awal-awal beliau tinggal di Indonesia. Saya sudah mulai mengenalnya lewat televisi. Waktu saya masih bersekolah di Aliyah (sekitar tahun 2008-2010), sekolah kami pernah mendapatkan undangan untuk kegiatan QIyamul lail di bulan ramadan di salah satu masjid ternama di Jakarta. Syekh Ali Jaber waktu itu didaulat sebagai dai. Waktu itu, bahasa Indonesianya belum selancar sekarang.

Beliau bernama lengkap Ali Saleh Mohammed Ali Jaber, lahir di Madinah 3 Februari 1976. Ia lahir dari keluarga yang yang sangat kuat dalam pendidikan agama. Seperti dikutip dari Wikipedia, ayahnya yang mendidikan langsung anak-anaknya untuk belajar Al-Quran dan shalat. Tak segan, ayahnya akan memarahinya jika tidak mau belajar Al-Quran. Belakangan, beliau menyadari belajar Al-Quran penting untuk dirinya sendiri dan akhirnya di usia 11 tahun, beliau sudah hafal Al-Quran.

Pendidikannya sepenuhnya diselesaikan di Arab Saudi. Setelah lulus Aliyah, beliau terus mendalami Al-Quran dengan tokoh dan ulama ternama di Arab Saudi. Mengutip dari situs viva.co.id, diantara guru-gurunya adalah Syekh Muhammad Husein Al Qari’ (Ketua Ulama Qira’at di Pakistan), Syekh Said Adam (Ketua Pengurus Makam Rasulullah), Syeikh Khalilul Rahman (Ulama Alquran di Madinah dan Ahli Qiraat), Syekh Khalil Abdurahman (seorang ulama ahlul Quran di Kota Madinah), Syeikh Abdul Bari’as Subaity (Imam Masjid Nabawi dan Masjidil Haram), Syekh Prof. Dr. Abdul Aziz Al-Qari’ (Ketua Majelis Ulama Percetakan Al-Qur’an Madinah dan Imam Masjid Quba),  dan Syekh Muhammad Ramadhan (Ketua Majelis Tahfidzul Qur’an di Masjid Nabawi)

Menjadi Warga Negara Indonesia

Di tahun 2008, Syekh Ali Jaber tiba di Indonesia dan mulai berdakwah pertama kalinya di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ia pun menikah dengan gadis asal Lombok bernama Umu Nadia, dan telah dikaruniai anak bernama Hasan. Ketika mulai berdakwah di Lombok, ia mulai menjadi Imam Shalat, guru hafalan Al-Quran, dan Khatib di Masjid Agung Al-Muttaqin Cakranegara, Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Ia mulai berdakwah di Jakarta, pertama kali ketika diminta menjadi Imam Shalat Tarawih di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat. Ia juga diminta menjadi pembimbing tadarus Al-Quran dan Imam Shalat Id di masjid tersebut.

Kehadirannya di ibukota, mendapatkan sambutan hangat. Dengan hafalan Al-Quran, penyampaiannya yang sering mengutip Al-Quran dan hadis, serta bahasa yang halus, ia mulai sering berdakwah di berbagai tempat di Indonesia. Ia bahkan sempat mendapatkan penghargaan dari Presiden ke-5 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Di tahun 2011, ia mendapatkan kewarganegaraan Indonesia.

Syekh Ali Jaber dan Dinamika Muslimin Indonesia

Beberapa tahun terakhir, Syekh Ali Jaber dai asal Madinah ini makin dekat dengan aktivitas dan dinamika keagamaan umat muslim di Indonesia. Saat ini ia memiliki Yayasan bernama Yayasan Syekh Ali Jaber di Jatinegara, Jakarta Timur yang mendidik anak-anak untuk menghafal Al-Quran dan travel haji umroh. Syekh Ali Jaber pun mulai aktif berceramah di media televisi, bahkan sempat bermain film religi berjudul Surga Menanti (2016). Salah satu pemainnya adalah Syakir Daulay.

Di televisi, beliau menjadi juri acara kompetisi menghafal Al-Quran untuk anak-anak di RCTI, Hafiz Indonesia. Dalam amatan penulis, ini adalah lomba menghafal Al-Quran pertama yang diformat seperti kompetisi lainnya yang disiarkan rutin di TV. Model seperti ini juga melengkapi kompetisi bertemakan keislaman yang lebih dahulu disiarkan di televisi semisal Dai Cilik (Pildacil) dan lomba berceramah untuk tingkat dewasa seperti DAI (dakwah TPI) yang disiarkan lebih dulu. Kiprah lainnya di televisi adalah di acara Damai Indonesiaku, yang disiarkan langsung oleh TV One.

Boleh jadi karena dekatnya ia dengan popularitas di televisi, ia dengan mudah beradaptasi dengan selebritas di Indonesia. Ia misalnya memiliki akun Youtube yang dikelola secara baik. Maksud “baik” yang penulis ingin sampaikan disini, misalnya ia secara kreatif membuat video untuk tema-tema tertentu, tidak selalu berdakwah meskipun dakwah adalah konsen utama kontennya. Ia misalnya pernah membuat video cara memasak Nasi Kebuli. Di era Youtube ini juga, ia sempat muncul di konten Youtube Raffi Ahmad da Nagita Slavina, ketika ia diminta menjadi Imam Shalat Tarawih di rumah Raffi.

Terkait Islam dan Politik, salah satu tema yang mulai banyak diperbincangkan kembali khususnya pasca kasus Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, Syekh Ali Jaber memang terlihat dekat dengan mereka yang sering dikategorikan sebagai pengusung Islam Politik. Ia misalnya terlihat, bahkan sempat mendapatkan sorotan media, karena sedikit mengalami insiden dalam kegiatan aksi 212 di tahun 2017 lalu. Tapi, sepengetahuan penulis, ia bukan sosok yang sangat meledak-ledak layaknya Habib Rizieq misalnya. Namun, sepengetahuan penulis, ia tidak pernah misalnya, sangat sering, mengkritik atau bernada sumir terhadap negara secara terbuka.

Dalam kasus Covid-19 saat ini, ia pernah terlihat muncul dalam salah satu siaran langsung di kantor BNPB untuk membaca doa. Ia juga aktif mendorong masyarakat untuk tidak ke masjid dahulu di awal-awal terjadi pandemi ini.

Pasca kasus penusukannya kemarin, Mahfud MD, Menkopolhukam, menunjukkan dukungan terbuka agar kasus penusukan Syekh Ali Jaber segera diusut dan menyatakan dukungannya karena Syekh Ali Jaber kerap membantu pemerintah dalam Amar Makruf Nahi Munkar dalam kerangka Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semesta alam).

BINCANG SYARIAH