Tak Tersentuh Api Neraka

Tak Tersentuh Api Neraka

Semua orang Islam pasti ingin masuk surga dan terhindar dari neraka.

Allah SWT menyediakan surga dan neraka. Yang pertama itu merupakan tempat kembali bagi mereka yang diridhai-Nya. Adapun yang terakhir itu merupakan balasan bagi siapa saja yang dimurkai-Nya. Termasuk dalam golongan ini ialah kaum kafir dan munafik.

Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan langkah awal untuk menggapai ridha Illahi. Di samping itu, perbuatan seseorang selama di dunia juga harus selaras dengan perintah-Nya. Itulah yang disebut sebagai takwa. Di atas itu, terdapat level ihsan, yakni melakukan berbagai amalan dengan sebaik-baiknya.

Nabi SAW bersabda, “Ihsan itu adalah kalian menyembah kepada Allah seolah-olah kalian melihat-Nya. Kalaupun kalian tidak bisa melihat-Nya, ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Melihat (apa-apa yang kalian kerjakan).”

Hayyin

Semua orang Islam pasti ingin masuk surga dan terhindar dari neraka. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ada empat golongan yang Allah haramkan untuknya tersentuh api neraka.

Hadis yang diriwayatkan at-Tirmidzi dan Ibnu Hibban itu memaparkan keempat kelompok itu. Mereka masing-masing adalah orang yang memiliki hayyin, layyin, qarib atau sahl.

Hayyin berarti ketenangan lahir dan batin. Ciri-ciri golongan ini antara lain ialah kata-katanya meneduhkan dan sikapnya jauh dari amarah. Mereka mampu dan sigap mengontrol pikiran, perasaan, dan perbuatannya.

Karakteristik hayyin bermula dari hati. Seperti diisyaratkan dalam Alquran surah ar-Rad ayat 28. Artinya, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Layyin

Kelompok kedua adalah mereka yang bersifat layyin. Karakteristik itu berarti lemah lembut atau sopan santun. Golongan ini dapat dikenali dari kecenderungannya yang enggan melukai orang lain, baik dengan lisan maupun perbuatan.

Sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW. Beliau selalu menebar kasih sayang di tengah masyarakat. Nabi SAW bersabda, “Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Lembut. Dia mencintai sikap lemah lembut. Allah akan memberikan kepada sikap lemah lembut sesuatu yang tidak Dia berikan pada sikap yang keras, dan juga akan memberikan apa-apa yang tidak diberikan pada sikap lainnya.” (HR Muslim).

Qarib

Golongan ketiga ialah pemilik sifat qarib. Itu bisa diartikan sebagai pribadi yang menyenangkan, hangat, dan akrab. Sikapnya tidak dingin. Seseorang yang qarib biasanya rendah hati dan tawaduk. Sebaliknya, sifat sombong hanya akan menjauhkannya dari orang-orang.

Adapun kelompok terakhir ialah sahl. Sifat itu dapat dimaknai sebagai ‘mudah’ atau ‘memudahkan.’ Rasulullah SAW pernah bersabda, “Ajarkanlah, permudahlah, dan jangan mempersulit.” Seorang yang sahl tidak akan memperumit persoalan. Semua diperlakukannya secara proporsional. Bagaimanapun, hal itu tidak berarti menyepelekan masalah.

Lagipula, di rumah sang ayah tidak terlalu banyak hal-hal yang memperlihatkan ritual ibadah mereka. Thenny lebih banyak menguatkan pendidikan agama Islam untuk sang anak. Dengan begitu, mereka tak akan mudah terpengaruh.

Demikian juga ketika dia berbagi kisah kepada para mualaf yang baru saja masuk Islam. Kepada mereka, ia menyampaikan bahwa ada banyak hal yang harus dipelajari.

Bersyahadat hanya satu permulaan. Mualaf harus lebih banyak belajar karena tentu ketertinggalan mereka dengan Muslim yang berislam sejak lahir lebih banyak.

“Mualaf tidak harus cepat bangga ketika baru bersyahadat karena banyak ibadah dan ilmu Islam yang harus dipelajari, memang tidak mudah tetapi jika belajar dengan serius dan rutin tentu akan membuahkan hasil,” ujar dia.

OLEH HASANUL RIZQA

REPUBLIKA.ID