tawakal

Tawakal

Tawakkal adalah menyandarkan hati kepada Allah ketika mencari maslahat atau menghindari mudarat dalam perkara duniawi dan ukhrawi

AT-TAWAKKAL adalah kata dalam bahasa Arab. Kata ini berasal dari bentuk kelima dari akar و ك ل (waw – kaf-  lam). Yang berarti menyerahkan diri kepada, mengandalkan/ bergantung pada, atau memiliki kepercayaan pada orang lain.

Kata masdarnya (kata benda verbal) adalah tawakkul.  Kata tawakal kemudian menjadi 1 dari 99 Asmaul Husna. Allah adalah الوكيل/ al-wakiil.

Ibnu Atsir mengatakan kita akan menemukan nama al-wakiil di deretan nama-nama Allah yang agung. Karena dialah yang Maha Menjaga dan Menjamin Rezeki seluruh hambaNya.

Ia adalah penjamin kehidupan para hambaNya. Ia yang mengurus urusan hamba-hambaNya yang sholih, yang berpaling kepadanya dan bergantung padanya, dia mencukupkan mereka dan memperkaya mereka.

Jadi esensi makna الوكيل/ al-wakiil tercermin dengan melakukan sendiri perkara yang berkaitan – dalam mengayomi rezeki misalnya – dengan pihak yang dijagaNya. Asy-Syinqithi menginterpretasikan bahwa makna al-wakiil berhubungan dengan makna dasari dari wakiil/ و ك ل (waw-kaf-lam).

Wakil adalah pihak kedua yang diserahi urusan oleh pihak pertama. Jadi penyerahan ini bertujuan mencari kemaslahatan dan mencegah munculnya keburukan.

Tawakal adalah jalan terindah dan teragung bagi para hamba pilihan. Tawakkal adalah menyandarkan hati kepada Allah ketika mencari maslahat atau menghindari mudarat dalam perkara duniawi dan ukhrawi.

Mukmin yang bertawakkal akan menyerahkan seluruh urusan kepada Allah ﷻ dan mewujudkan keimanannya dengan  meyakini bahwa Allah yang mampu memberi atau  tidak memberi sesuatu dan mendatangkan manfaat atau marabahaya. Allah ﷻ  memerintahkan Nabi Muhammad ﷺ untuk bertawakal. Allah ﷻ dan Rasul-Nya memerintahkan para mukmin untuk memiliki akhlak mulia ini.

قُلْ هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ءَامَنَّا بِهِۦ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا ۖ فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

“Katakanlah, ‘Dialah yang Maha Pengasih, kami beriman kepada-Nya dan kepadaNya kami bertawakal. Maka kelak kamu akan tahu siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS: Al-Mulk: 29).

فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۖ إِنَّكَ عَلَى ٱلْحَقِّ ٱلْمُبِينِ

“Sebab itu bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya kamu (Muhammad) berada di atas kebenaran yang nyata.” (QS: An-Naml: 79).

وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ وَكِيلًا

“Dan bertaqwalah kepada Allah, cukuplah Allah yang menjadi pelindung.” (QS: An-Nisaa: 81)

وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱلْحَىِّ ٱلَّذِى لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِۦ ۚ وَكَفَىٰ بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا

“Dan bertawakallah kepada Allah yang hidup, yang tidak mati dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hambaNya.” (QS: Al-Furqon: 58)

Allah ﷻ telah menyebutkan kata tawakal hanya untuk orang-orang yang dekat dengan-Nya, orang-orang yang mulia di sisi-Nya dan orang-orang pilihan-Nya. Keimanan mereka harus disertai dengan tawakkal. Ketika tidak disertai dengan tawakkal.

Ketika tidak disertai dengan tawakal, keimanan itu tidak sempurna. Orang yang tidak bertawakal cenderung memiliki yang tipis.

Allah ﷻ menjelaskan karakter orang yang beriman dan bertawakkal dalam QS Al Anfal 2.

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah  kuat imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakkal.” (QS: Al-Anfal:2)

Allah ﷻ juga memberi tahukan kepada para Rosul-Nya bahwa tawakkal adalah tempat bertopang dan bersandar mereka. Karena itu, Allah ﷻ memerintahkan mereka untuk memelihara tawakkal di dalam diri mereka.

وَقَالَ مُوسَىٰ يَٰقَوْمِ إِن كُنتُمْ ءَامَنتُم بِٱللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوٓا۟ إِن كُنتُم مُّسْلِمِينَ

فَقَالُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلْقَوْمِ ٱلظَّٰلِمِينَ

“Dan Musa berkata, ‘Wahai kaumku! Apabila kamu beriman kepada Allah, bertawakallah kepada-Nya. Jika kamu benar-benar muslim (berserah diri). ‘Lalu mereka berkata, ‘Kepada Allah-lah kami bertawakkal. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum zalim.” (QS: Yunus : 84-85).*/Haryono Madari, sumber: Ensiklopedia Akhlak Muhammad

HIDAYATULLAH