Watak Malas Bertentangan dengan Islam

ALLAH berfirman “Seseorang tidak mendapatkan sesuatu kecuali apa yang telah diusahakannya”. (QS. An-Najm : 39). Andaikata Sunnatullah tersebut tidak berlaku, betapa akan sangat membingungkannya kehidupan ini karena tidak ada yang bisa dijadikan pedoman lagi.

Dan kita tidak dapat menduga-duga apa yang akan kita peroleh dengan melihat sudah seberapa serius dan keras kita dalam mengusahakan sesuatu.

Sebagaimana diriwayatkan Thabrani dalam Al-Kabir, Rasulullah bersabda, “Allah mencintai setiap mukmin yang bekerja untuk keluarganya dan tidak menyukai mukmin pengangguran”. Haram hukumnya apabila seseorang yang mampu bekerja hanya berdiam diri. Yusuf Qardhawi dakam fatwa-fatwanya menyatakan bahwa setiap Muslim diharamkan malas bekerja dengan dalih sibuk beribadah atau tawakal kepada Allah, sebab langit tidak akan mencurahkan hujanemas dan perak. “barang siapa pada malam hari merasakan kelelahan karena bekerja pada siang hari, maka pada malam itu ia diampuni Allah”.

Nabi sudah lama mengingatkan, “Apabila kamu telah selesai salat subuh, maka janganlah kamu tidur”. Hadis ini memerintahkan kita agar manusia dengan segera bekerja sejak pagi-pagi sekali, supayaia menjadi produktif. Bahkan Nabi SAW secara khusus mendoakan orang yang bekerja sejak pagi sekali. “Ya, Allah, berkahilah umatku yang bekerja pada pagi-pagi sekali”.

Dalam kaitan ini, menaik untuk mengutip ungkapan Jimmy Carter, “Saya bisa saja bangun jam sembilan pagi dan menjadi petani kacang, atau bangun jam enam pagi dan menjadi presiden”. Malas adalah watak yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Karena itu Nabi pernah berdoa kepada Allah agar dilindungi dari sifat lemah dan malas, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan-Mu dari sifat lemah dan malas”. Alquran mengemukakan kepada Nabi SAW, “Katakanlah (Hai Muhammad, kepada umatmu): bekerjalah !”.

Bekerja keras untuk mencari rezeki yang halal akan mengundang rahmat dan cinta Allah, Rasul, dan juga orang-orang yang beriman. Dalam Alquran berkali-kali disebut, “Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaannya itu”.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa orang-orang yang menyediakan makanan dan kebutuhan lain untuk dirinya dan keluarganya lebih baik daripada orang yang menghabiskan waktunya beribadah tanpa mencoba berusaha mendapat penghasilan untuk dirinya sendiri. Islam sangat menjungjung tinggi kerja dan produktivitas. Islam tidak menyukai pengangguran dan kemalasan. []

 

Sumber: Islampost dari “Tangan-Tangan yang Dicium Rasul/Syahyuti/Pustaka Hira/Depok/Oktober 2011

INILAH MOZAIK