Wujud Kebaikan pada Kesulitan

Seorang peneliti pernah melakukan percobaan. Ia ingin mengetahui respons katak terhadap suhu air. Percobaan dimulai dengan mempersiapkan dua ekor katak dan dua tungku elektrik yang di atasnya terdapat dua wadah yang berisi air. Katak yang pertama dimasukkan ke wadah yang berisi air bersuhu kamar. Pada suhu tersebut katak diam, tidak bergerak karena merasa nyaman.

Setelah dibiarkan beberapa saat, air di wadah itu dinaikkan suhunya dua derajat Celcius. Karena kenaikan suhu sangat rendah, katak masih merasa nyaman sehingga tidak bergerak. Menaikkan suhu dua derajat Celcius terus diulang. Dan setiap kali suhu dinaikkan katak tetap tidak bergerak karena merasa nyaman. Sampai suhu air 100 derajat tetap saja katak tidak bergerak karena mati.

Berbeda dengan katak yang pertama, katak yang kedua dimasukkan ke wadah berisi air yang suhunya 100 derajat Celcius. Begitu dimasukkan, katak langsung loncat keluar wadah karena merasa sakit. Kita suka merasa galau jika dihadapkan pada kesulitan.

Padahal, padanya terdapat kebaikan dalam bentuk kreativitas sebagaimana diperlihatkan oleh loncatan katak karena merasa sakit oleh panasnya air. Dan sebaliknya kita sering merasa nyaman dengan ketenangan padahal di balik itu terkadang sedang menanti lonceng kematian sebagaimana diperlihatkan oleh katak yang mati.

Sejatinya, kesulitan itu ada dua macam, yakni kesulitan yang sengaja dibuat bahkan direncanakan oleh kita dan kesulitan yang diberikan Allah SWT. Pada kedua kesulitan tersebut terdapat kemuliaan atau kebaikan. Kita suka membuat kesulitan karena yakin padanya terdapat kebaikan. Bekerja dan belajar, misalnya, merupakan aktivitas sulit. Namun, semuanya dilakukan dengan penuh kesenangan karena kita yakin pada keduanya terdapat banyak kebaikan.

Dengan bekerja, kita akan mendapatkan upah untuk menopang kehidupan. Sedangkan, dengan belajar, kita akan mendapatkan ilmu. Bertambahnya ilmu tidak hanya akan mendatangkan kebaikan dunia tetapi juga kebaikan akhirat. Sebagimana firman-Nya “… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Mujadalah: 11).

Kebaikan yang sama terdapat pada kesulitan yang diberikan Allah SWT. Di dalam Alquran, kesulitan jenis ini biasa disebut ujian (fitnah) atau mushibah. Mengenai kebaikan ujian (fitnah) ditegaskan oleh Alquran sebagai instrumen untuk menaikkan kualitas keimanan. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS al-Ankabut:2).

Pada musibah pun terdapat kebaikan sebagaimana sabda Nabi SAW, “Barang siapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan, Allah akan menimpakan kepadanya musibah. (HR Imam al-Bukhari). Secara terperinci dijelaskan dalam hadis lain bahwa kesulitan merupakan instrumen penghapus dosa, “Tiada seorang mukmin yang ditimpa oleh lelah atau penyakit atau risau pikiran atau sedih hati sampai jika terkena duri melainkan semua penderitaan itu akan dijadikan penghapus dosanya oleh Allah.” (HR Bukhari-Muslim).

Jadi, kita tidak boleh galau jika dihadapkan pada kesulitan karena padanya terdapat kebaikan dan kemuliaan. Bahkan, kalau perlu kesulitan harus direncanakan supaya hidup lebih baik dan mulia. Wallahu alam.

 

Oleh: H Karman

sumber:Republika Online