Banjir Mualaf Di Manado’ begitulah judul berita di media ini beberapa waktu lalu. Berita ini menjadi viral. Nah, salah satu mualaf itu adalah Pendeta Dantje Mumek. Dia sudah 17 tahun menjadi pendeta. Bukan pendeta kaleng-kaleng, dia adalah master teologi dan menguasai Bahasa Inggris dengan sangat baik.
“Kalau ada tokoh dari luar negeri datang ke Manado, saya sering diminta sebagai penerjemah,” katanya kepada Hidcom, saat ditemui di Surabaya beberapa waktu lalu.
Dantje juga sudah beberapa kali diutus ke luar negeri untuk memberi pelayanan. “Saya pernah diutus ke Korea, Thailand dan Filipina,” katanya
Sebagai pendeta, Dantje, begitu biasa dipanggil, mengampu gereja sendiri dan punya jamaah. Tak hanya digereja, dimana dan kapanpun dia memberi pengabaran Injil. “Menjadi pendeta bagi saya itu lebih sebagai penggilan (iman),” katanya.
Tak hanya itu, dia juga menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi di Manado, Selawesi Tenggara. Tak heran saat login Islam beberapa waktu lalu jagat maya heboh. Terjadi pro kontra. Sangat banyak yang mendukung dan mendoakan. Namun tak sedikit juga yang menghujat. “Tidak masalah dihujat, karena saya yakin dengan kebenaran Alquran,” katanya.
Yang menarik, Dantje pernah studi perpustakaan program diploma di Universitas Airlangga Surabaya. Setelah beberapa saat bekerja di perpustakaan, dia memilih panggilan hatinya, yakni menjadi pendeta. “Karena memang sejak muda saya sudah senang memberi pelayanan,” katanya. Adiknya juga pendeta dan keponakannya juga aktib melakukan pengabaran injil. “Keluarga kami memang suka memberi pelayanan,” kata Dantje.
Pelayanan dalam kontek kekristenan, kata Dantje, adalah hamba Tuhan yang diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk mengabarkan injil di mana-mana.
Jelas, Dantje bukan pendeta kaleng-kaleng. Namun, mengapa pada akhirnya dia meninggalkan agama lamanya dan kemudian masuk Islam? Simak kisah selengkapnya di sini