Ada banyak kesalah berfikir sebagian orang yang memahami pejuang kemerdekaan Palestina, termasuk Izzuddin Al-Qassam, sayap militer. WNI yang tinggal di Jalur Gaza ini mengungkap ‘rahasia’ nya
Oleh: Mohammad Hussein
KEBERHASILAN pejuang kemerdekaan Palestina dan pembebas Masjidil Aqsha, khususnya Brigade Izzuddin Al-Qassam, saya militer Hamas, dalam melakukan operasi bertajuk “Taufan (Badai) Al-Aqsha telah melahirkan silang pendapat di kalangan masyarakat.
Sebagian kagum dan bertanya-tanya, bagaimana mungkin dengan peralatan seadanya bisa melawan musuh yang didanai dan didukung negara-negara besar?
Bahka tidak sedikit yang sinis, aksi pejuang Gaza hanyalah “drama” saja. Saya ingin menjelaskan, bahwa para pejuang Gaza bukanlah orang sembarangan.
Mereka dikenal memiliki mental kuat. Mereka adalah orang-orang terpilih.
Jadi ketika mereka merangsek dan masuk wilayah Israel, sesungguhnya mereka tidak berharap kembali pulang. Mereka ini sudah berniaga dengan Allah Swt, bertijarah, sudah menjual diri mereka untuk surga.
Jadi jangan bayangkan kayak perang-perangan orang Amerika ke Afganistan. Dimana mereka pasti berusaha untuk kembali ke negaranya, bertemu keluarganya setelah misi selesai.
Para pejuang Gaza tidaklah demikian. Umumnya mereka tidak mikir bisa kembali. Namun jika akhirnya mereka bisa kembali ya syukur.
Mereka meninggalkan istri anak di rumah. Dan satu orang menghadapi puluhan tetara Zionis yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan senjata mutahir, katanya.
Sayangnya, masih ada orang di Indonesia yang berani memfitnah mereka, seolah –olah mereka ini hanya “drama”. Fitnah lainnya, bahwa mereka didukung Syiah, seolah-oleh dengan itu, para pejuang menggadaikan akidah Sunni–nya.
Sungguh ngeri fitnahnya. Baik, saya akan membahas tentang false flag (bendera palsu) terkait para pejuang pembebasan Palestina dan Masjid Al-Aqsha ini.
Jadi kalau ada orang Indonesia yang menganggap bahwa Zionis-Yahudi ini sengaja melonggarkan pertahanannya agar para pejuang mujahidin bisa masuk ke wilayah mereka, jelas itu fitnah.
Ada juga yang mengatakan, buktinya ada buldozer bisa tembus ke perbatasan. “Emangnya nggak kelihatan oleh intelijen atau oleh para tentara perbatasan Israel?”
Seolah-olah ini ada kesengajaan pihak penjajah membiarkan kelompok pejuang bisa leluasa masuk. Untuk itu, saya menulis ada 12 hal tentang pejuang kemerdekaan Palestina di Gaza, yang sesungguhnya tidak banyak diketahui publik.
Pertama. Israel Tidak Sekuat Propaganda
Banyak kubangan narasi berbau propaganda di Indonesia, yang meninggi-inggikan kemampuan orang Zionis-Israel. Jadi ini adalah salah satu keberhasilan media mencuci otak kita, menganggap bahwa Zionis-Yahudi ini memiliki teknologi yang paling canggih di dunia, kemudian tentara Israel ini termasuk tentara yang kuat, sebagaimana Amerika dianggap negara dengan tentara yang paling profesional dan handal seperti di film Rambo.
Atau Amerika ini memiliki tentara sekuat Jonh Statam, Arnold Schwarzenegger dalam film-film propaganda Hollywood. Dan lucunya, kita menganggap seolah tidak mungkin banget orang Gaza yang diblokade selama 17 tahun bisa dengan mudah menembus pertahanan Zionis-Israel, yang dianggap memiliki tentara dan kemampuan luar biasa.
Jawaban saya, ini kedustaan dan jangan mudah silau ketika mendengar hal-hal seolah hebat Israel. Hari ini para pejuang Gaza sudah membuktikan bahwa itu semua sebuah kebohongan.
Bahwa kekuatan ‘Israel’ tidak lebih kuat dari rumahnya laba-laba, yang sangat rapuh sekali. Yang kuat dan tangguh justru pasukan Al-Qassam.
Kedua. Menggunakan Logika Error Memahami Pejuang Gaza
Ada yang menuduh bahwa pejuang Gaza ini menjadikan orang/manusia sebagai tameng hidup, hal ini karena Yahudi ngebom atau melontarkan roketnya di tengah-tengah kerumunan warga atau pemukiman warga. Perkataan seperti ini adalah logika error.
Banyak yang mengira kemampuan roket-roket yang dilontarkan pejuang Gaza adalah konvensional alias jadul. Kalau itu dilakukan, maka tidak akan ada satupun roket yang bisa sampai ke ‘Israel’.
Sebab, roket-roket itu akan segera disergap oleh Iron Dome ‘Israel’ yang dibiayai Amerika Serikat (AS). Harap tahu, pesawat tanpa awak Zionis memata-matai Gaza dan penduduknya selama 24 jam dengan teknologi kamera canggih.
Kamera-kamera militer canggih ini bisa zoom ratusan kali lipat yang akhirnya dengan mudah bisa menentukan titik lokasi para pejuang sebelum melontarkan serangan roket. Kalau begitu ceritanya, sudah hancur dan sudah dibom duluan oleh drone-drone Zionis.
Tetapi yang terjadi adalah ribuan roket dari Gaza berhasil tembus ke langit ‘Israel’. Apa artinya? Artinya memang mereka tidak sanggup menahan.
Masalahnya bukan di situ persoalanya. Apa dipikir para pejuang Gaza masih menggunakan cara lama (kuno)? Kalau itu yang mereka lalukan (seperti yang dibayangkan sebagian orang), maka sudah lama mereka habis atau dihabisi dari awal.
Ketiga. Keberhasilan Pembuatan Roket
Yang terjadi saat ini adalah, para pejuang telah berhasil mengembangkan sistem roket yang canggih. Dimana roket-roket canggih itu dibuat oleh anak-anak Gaza sendiri.
Mereka bisa mengembangkan sistem roket yang bisa diluncurkan dari bawah-tanah dengan menggunakan sistem remote. Hal ini sudah dilirh para pejuang dan sudah banyak dicari videonya di YouTube.
Keempat. Sistem Keamanan Terowongan
Keungguhan pejuang Gaza lainnya adalah mereka diberi kemudahan Allah Swt membuat sistem keamanan berupa rowongan militer, bahkan mampu membuat dengan kedalaman 30 M, lalu membuat lagi dengan jarak (panjang) melebih 200 meter, yang nanti, tunnel-tunnel (terowongan, red) ini saling terkait (nyambung, red) dengan terowongan lain.
Di tempat itulah mereka membuat sistem keamanan, termasuk menyimpan roket-roket dengan jumlah ribuan. Bahkan sistem keamanan ini diletakkan di beberapa tempat yang tidak dijamah atau jauh dari pemukiman warga dan tidak bisa dijangkau Zionis.
Saya beri gambaran. Berapa kedalaman rata-rata sumur di Indonesia? Kemungkinan 5-6 meter. Kalau kedalaman terowongan pejuang Gaza bisa lebih 30 meter, belum panjang terowonganya.
Yang menarik, semua ini mereka kerjakan dan digali dengan tangan kosong. Bukan dengan teknologi canggih.
Lima. Terus Bekerja dan Sabar
Terus berlatih, meningkatkan kemampuan teknologi, dan membuat terowongan, itulah yang terus dilakukan para pejuang Gaza. Mereka terus bekerja untuk perjuangan, dan tidak pernah santai-santai.
Biasanya, ketika sudah usai berperang, di masa-mana normal, para pemuda Gaza membuat persiapan-persiapan untuk membangun terongan-terongan bawah tanah lagi. Menggali dan menggali.
Enam. Dipenuhi Orang Hebat
Masih banyak orang –termasuk di Indonesia— yang menilai, Israel itu dipenuhi orang-orang hebat dengan tekonologinya yang canggih-canggih. Mungkin sebaiknya kita buang dulu dan jangan terlalu silau dengan propaganda bahwa Israel hebat bahkan dengan kekuatan .
Sudah waktunya kita menghentikan pemikiran seperti ini.
Masih banyak orang meremehkan kemapuan para pejuang Gaza. Yang saya saksikan, banyak para pejuang Gaza adalah orang-orang cerdas dan jenius.
Kita sering diberi propaganda bahwa orang Yahudi itu rata-rata jenius. Tapi yang saya temukan, banyak orang Gaza lebih jenius di antara rata-rata orang Yahudi – ‘Israel’.
Tahun 2020 saya mengambil diploma jurusan syu’un israilliyah atau Israel Affair. Saya belajar semua hal tentang Israel; politiknya, ekonominya, militernya, dan antropologi mereka.
Guru saya seorang mantan tahanan di penjara Israel selama 22 tahun. Beliau mengambil S1 dan S2 di penjara.
Jadi beliau kalau kuliah dan ujian itu jarak jauh. Tapi banyak naskah-naskah jawaban ujiannya yang disabotase oleh sipir-sipir penjara Israel.
Tahanan dan sipir ini sama-sama kuliah jarak jauh dan mengambil kampus jarak jauh yang sama, misalnya di Open University. Para sipir ini ternyata banyak yang nyontek hasil jawaban dosen saya.
Meski nyontek, masih kalah nilainya dengan para tahanan Palestina, termasuk guru saya yang akhirnya lulus dengan dengan Cum Laude.
Jadi jangan bayangkan kalau orang Yahudi-Israel pasti cerdas-cerdas, tidak. Bahkan kalau boleh saya bilang, orang Gaza inilah yang cerdasnya di atas orang Yahudi-Israel.
Bagaimana mereka ditekan, dalam penjara terbuka, diblokade dari darat, laut dan udara masih mampu mengembangkan teknologi canggih, yang tadinya bisa membuat roket yang hanya mampu menyentuh jarak 2 KM, dan berkembang bisa sampai menghasilkan sebuah roket buatan sendiri mencapai 200 KM.
Sayangnya kita –sebagian kecil umat Islam— banyak meremehkan para pejuang perlawanan dan pejuang kemerdekaan Palestina dan Al-Aqsha.
Tujuh. Pejuang Palestina Sudah Siap
Sejak hari pertama Operasi Taufan (Badai) Al-Aqsha terlihat para pejuang memang sudah sangat siap perang. Sebaliknya, banyak tentara Israel tidak siap perang.
Israel juga terlihat tidak siap dengan kemampuan intelijen mereka, yang katanya hebat. Yang hanya mereka tahu, Gaza tidak akan mungkin menyerang lebih dahulu.
Delapan. Perkembangan Intelijen Hamas
Di konten pertama saya sudah sempat saya ulas, sebenarnya tentara Israel akan membuat sebuah serangan kejutan ke Gaza. Rencana ini sudah sangat matang dan pada tingkat rahasia.
Sayangnya, hal ini mampu ditembus dan dibocorkan oleh pejuang Gaza sebelum mereka memulai serangan. Harap tahu, para pejuang Gaza dikenal memiliki kemampuan dan strategi canggih.
Mereka yang sebenarnya sudah lama merencakan strategi akhirnya langsung membuat serangan kejutan setelah tahu bocoran rencana tentara Zionis ini.
Bahkan tidak semua anggota pejuang Al-Qassam tahu serangan “Operasi Taufan (Badai) Al-Aqsha” yang membuat kepanikan pemimpin Zionis dan sekutu Israel di seluruh dunia. Hanya segelintir komandan saja yang tahu informasi itu.
Kenapa saya bisa tahu? Karena Al-Qassam sudah merilis sendiri informasi ini beberapa hari lalu dan telah membocorkan keberhasilanya.
Sembilan. Perkembangan Teknologi dan Taktik Perang
1.Selain mereka bisa membuat senjata roket dan drone sendiri, bahkan terbaru –para pejuang Gaza memasuki perbatasan ‘Israel’ (yang sebenarnya wilayah Palestina yang dicaplok, red) bukan dengan cara konvensional. Misalnya merayap di semak-semak, kemudian lari menuju titik target.
Kalau begitu, pasti sudah terdetaksi radar cainggih Israel sumbangan AS. Untuk diketahui, Israel memasang balon udara mata-mata (mirip Google Loon).
Dengan balon yang tinggi itu, Israel memantau ke mana-mana, khususnya di Gaza. Kalau para pejuang ini menyerang dengan konvensional, seperti yang saya maksud, sudah pasti tertembak dulu.
2. Yang cukup mengagetkan, saat Operasi Taufan (Badai) Al-Aqsha hari Sabtu (7/10/2023), para pejuang menggunakan paralayang atau paratroopers (pasukan paralayang).
Jangankan musuh (Israel, red) bahkan mayoritas orang Gaza sendiri baru tahu tidak ada yang tahu para pejuang Gaza ini punya paralayang. Jadi ini kejutan luar biasa.
Bagaimana paratrooper bisa masuk kawasan Israel? Mereka masuk saat ribuan roket diluncurkan.
Jadi sistem pertahanan Israel itu sibuk fosuk ke roket. Di situlah paratrooper masuk, karena mereka tidak terfikir ada infiltrasi melalui paralayang, yang akhirnya mereka bisa lengang mendarat di pangkalan-pangkalan militer sekitar perbatasan.
3.Untuk diketahui, para pejuang Gaza masuk ke Israel melalui ‘Serangan Fajar’. Mereka masuk pagi-pagi ketika tentara perbatasan itu belum siap. Kalau kita lihat video-video yang beredar, kelihatan sekali korban serangan di pangkalan militer banyak tentara masih belum pakai baju dinas, masih pakai kaos.
Ada pengamat militer Timur-Tengah yang berkomentar, ada rilis dan laporan mengatakan bahwa para anggota militer Israel di perbatasan ini kebanyak orang-orang tidak berkompeten. Mereka tidak siap dengan kemungkinan serangan kejutan para pejuang Gaza.
3. Perkembangan lain yang sedikit diketahui orang umum adalah kemampuan pemuda-pemuda pejuang Gaza melakukan infiltrasi melalui saluran internet dengan cara peretasan.
Sudah bukan sekali dua kali sistem keamanan atau sistem alarm diretas (dihack) pejuang Gaza. Hacker-hacker Palestina –terutama di Gaza– biasa meng-hack siaran televisi ‘Israel’.
Ketika banyak orang-orang Yahudi lagi nonton TV (Sinetron di tempat kita) tiba-tiba tampilan berubah menjadi pesan dari para pejuang Gaza. Dari tahun ke tahun para pejuang tidak pernah istirahat.
Mereka terus melakukan inovasi, bagaimana menembus pertahanan musuh, bagaimana mematikan fungsi alarm dan sirine perbatasan. Tahun 2021 diakui sendiri oleh pihak Israel mereka membombardir sebuah gedung dengan dalih adanya sebuah perangkat elektronik yang mengacaukan sinyal Iron Dome (Kubah Besi).
Sepuluh. Ilmuwan-ilmuwan Terus Lahir
Banyak yang menilai Iron Done (Kubah Besi) dianggap sebagai sistem pertahanan terbaik di dunia. Padahal ilmuwan Gaza bisa membuat hal seperti itu.
Dengan kecerdasan mereka banyak orang Israel ini takut. Karena itulah banyak ilmuwan-ilmuwan Gaza dibunuhin di luar-luar Gaza.
Ada Muhammad Zawahri, pembuat drone asal Gaza yang dibunuh Israel di Tunisia. Dia ini insinyur yang menemukan atau mengembangkan teknologi drone.
Ada juga Dr Fadi Al-Batsh, 35, ilmuwan muda asal Palestina yang ditembak mati di Malaysia. Meski demikian, para ilmuwan-ilmuwan Gaza terus mengembangkan kemampuan mereka dan itu menjadi ketakutan terbesar Yahudi-Israel.
Sebelas. Pencari Mati dan Takut Mati
Kaum Yahudi memang terkenal sebuah bangsa yang paling pengecut. Mereka dikenal sangat takut mati.
Nah, bisa dibayangkan, orang yang takut mati, bertemu dengan tentara yang memang ingin mecari mati. Cara melogikanya sangat mudah, bayangkan ada anak kecil membawa senjata otomatis bertemu bapak-bapak memegang golok.
Jadi, sekalipun ia memegang senjata lebih mutakhir, mentalnya jatuh saat bertemu bapak-bapak yang memegang golok. Jadi, terlalu berlebihan banget dan sangat tidak logis kalau masih ada yang berfikir apa yang dilakukan pejuang Gaza itu hanya sebuah “drama”.
Satu lagi, hari Sabtu adalah hari liburnya orang Yahudi-Israel. Ada informasi, bahwa setiap malam Sabtu, mereka selalu berpesta, ada yang mabuk-mabukan.
Kita juga sudah meihat bagaimana satu video yang beredar menunjukkan ratusan orang lagi joget dan pesta, tiba-tiba pasukan pejuang Gaza datang.
Dua Belas. Kembali pada Al-Quran
Terakhir, yang perlu diketahui umat Islam di Tanah Air. Intinya hilangkan dan jauh kesan bahwa pasukan penjajah itu hebat.
Serangan pejuang Gaza terbaru membuktikan dan membongkar banyak kebohongan yang telah dipropagandakan Zionis. Mereka yang katanya intelijen paling jago ternyata dipermalukan oleh intelijen Gaza.
Sistem pertahanan yang katanya canggih mudah dibobol pejuang Gaza.Tentara-tentara yang katanya sangat terlatih ternyata tidak ada apa-apanya dengan para pejuang Gaza.
Tank Merkafa yang katanya tank terkuat mudah lebur oleh roket anak-anak Gaza. Jadi Yahudi-Israel tidaklah sekuat dan tidak sehebat yang digambarkan.
Suatu ketika, saya mewawancarai salah seorang petinggi pejuang di Gaza. Saya bertanya, “Kok kalian kuat banget, bertahun-tahun diblokade, diembargo, dibombardir bahkan dimiskinkan, ditutup aksesnya, kok masih sanggup bertahan? Bahkan bisa melawan?”
Dia hanya menjawab, “Kami hanya mengamalkan satu ayat dalam Al-Quran,” ujarnya.*
Penulis warga negara Indonesia yang kini tinggal di Jalur Gaza, Palestina. Naskah dioleh dari konten YouTube Mohammad Hussein Gaza