Kisah Tauladan Sahabat Nabi, Zahid ra Yang Mengharukan

Banyak sekali kisah tauladan pada zaman Rasullah dan sahabat nabi yang bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk menambah keimanan kita semua salah satunya Kisah tauladan sahabat nabi yang bernama zahid ra. Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid yang berumur 35 tahun namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah masjid Madinah. Ketika sedang memperkilat pedangnya tiba-tiba Rasulullah SAW datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.
“Wahai saudaraku Zahid, selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah SAW menyapa.

“Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid.
“Maksudku kenapa engkau selama ini engkau membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah,” kata Rasulullah SAW.
Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa yang mau denganku ya Rasulullah?”
” Asal engkau mau, itu urusan yang mudah!” kata Rasulullah SAW.

Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan sekretarisnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar kepada wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita. Akhirnya, surat itu dibawah ke rumah Zahid dan oleh Zahid dibawa kerumah Said. Karena di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.

“Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasul yang mulia diberikan untukmu saudaraku.”
Said menjawab, “Adalah suatu kehormatan buatku.”
Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya, itulah yang dinamakan SEKUFU.

Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?”
Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku berbohong.”
Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata, “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini. bukankah lebih disuruh masuk?”

“Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya,” kata ayahnya.
Disaat itulah Zulfah melihat Zahid sambil menangis sejadi-jadinya dan berkata, “Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau ayah..!” dan Zulfah merasa dirinya terhina.

Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak.”

Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama rasul?”

Akhirnya Said berkata, “Ini yang melamarmu adalah perintah Rasulullah.”
Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, kenapa sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dikawinkan dengan pemuda ini.

Karena ingat firman Allah dalam Al-Quran surat 24 : 51. Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan. Kami mendengar, dan kami patuh/taat. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 24:51)”

Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada tara dan segera pamit pulang. Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasul yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.

“Bagaimana Zahid?”
“Alhamdulillah diterima ya rasul,” jawab Zahid.
“Sudah ada persiapan?”
Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasul, kami tidak memiliki apa-apa.”

Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Ustman, dan Abdurrahman bi Auf. Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli persiapan perkawinan. Dalam kondisi itulah Rasulullah SAW menyerukan umat Islam untuk menghadapi kaum kafir yang akan menghancurkan Islam.

Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, “Ada apa ini?”
Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, maka apakah engkau tidak mengerti?”.

Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah kalau begitu perlengkapan kawin ini akan aku jual dan akan kubelikan kuda yang terbagus.”
Para sahabat menasehatinya, “Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang?”
Zahid menjawab dengan tegas, “Itu tidak mungkin!”

Lalu Zahid menyitir ayat sebagai berikut, Jika bapak-bapak, anak-anak, suadara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dari) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS. 9:24).

Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran dan mati syahid di jalan Allah. Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah.”

Lalu Rasulullah membacakan Al-Quran surat 3 : 169-170 dan 2:154). Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(QS 3: 169-170).

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS. 2:154).

Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan Zulfah pun berkata, “Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak bisa mendampinginya di dunia izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.”

 

 

sumber: DuniaIslam.org

Kisah Teladan Islami Si Tukang Batu Yang Di Cium Rasulullah SAW

Kisah Teladan Islami kali ini akan membagi tentang Si Tukang Batu Yang Di Cium Rasulullah . Diriwayatkan pada saat itu Rasulullah baru tiba dari Tabuk, peperangan dengan bangsa Romawi yang kerap menebar ancaman pada kaum muslimin. Banyak sahabat yang ikut beserta Nabi dalam peperangan ini. Tidak ada yang tertinggal kecuali orang-orang yang berhalangan dan ada uzur.

Saat mendekati kota Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan seorang tukang batu. Ketika itu Rasulullah melihat tangan buruh tukang batu tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari.

Sang manusia Agung itupun bertanya, “Kenapa tanganmu kasar sekali?”

Si tukang batu menjawab, “Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar.”

Rasulullah adalah manusia paling mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat tangan si tukang batu yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasul pun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda,

“Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada”, ‘inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya’.

* Rasulullahl tidak pernah mencium tangan para Pemimpin Quraisy, tangan para Pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah. Padahal tangan tukang batu yang dicium oleh Rasulullah justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, karena membelah batu dan karena kerja keras.

Suatu ketika seorang laki-laki melintas di hadapan Rasulullah. Orang itu di kenal sebagai pekerja yang giat dan tangkas. Para sahabat kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (Fi sabilillah), maka alangkah baiknya.” Mendengar itu Rasul pun menjawab, “Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah.” (HR Thabrani)

* Orang-orang yang pasif dan malas bekerja, sesungguhnya tidak menyadari bahwa mereka telah kehilangan sebagian dari harga dirinya, yang lebih jauh mengakibatkan kehidupannya menjadi mundur. Rasulullah amat prihatin terhadap para pemalas.

”Maka apabila telah dilaksanakan shalat, bertebaranlah kam di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jumu’ah 10)

”Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi ini”. (QS Nuh19-20)

* ”Siapa saja pada malam hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia diampuni”. (HR. Ibnu Asakir dari Anas)

”Siapa saja pada sore hari bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni”. (HR. Thabrani dan lbnu Abbas)

”Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud, selalu makan dan hasil usahanya”. (HR. Bukhari)

”Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)

”Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad)

Demikian lah sebagan kecil tentang kisah teladan islami agar kita semakin tahu dan semakin giat dalam mencari rizki allah yang halal dan berkah.

 

sumber: Dunia Islam

Cerita Kejujuran Pria Kembalikan HP yang Ditemukan di Masjid

Berita islam, Cerita Kejujuran ini sangat luar biasa. Pria ini Sedikit pun tak terbesit mengambil handphone yang ditemukannya. Bahkan, pemberian uang sebagai tanda terima kasih dari pemilik ditolak.

Dalam akun facebooknya Gatot Ponco N menceritakan pengalaman yang dialaminya. Pada 29 Desember 2015, Gatot dan istri naik motor dari Kota Malang ke Ponorogo melalui Blitar. Di daerah Wlingi, Blitar, Gatot berhenti untuk salat zuhur, lalu melanjutkan perjalanan sampai Ponorogo.

Saat di Ponorogo, Gatot, baru sadar jika HP nya tidak ada di saku atau di dalam tas. Setelah itu, dia memakai HP sang istri menghubungi telepon genggamnya. Di ujung telepon terdengar seorang pria mengatakan HP tertinggal di teras masjid.

“Beliau simpan (ponselnya). Padahal banyak orang dikondisi tersebut akan segera mematikan HP atau membuang kartunya dan memakai HP nya,” kata Gatot.

Gatot lalu meminta izin HP tersebut diambil oleh temannya Shanti Widyawati yang rumahnya di Blitar. Luar biasanya, pria itu menolak dan memilih mengirim HP agar Gatot bisa segera menggunakannya kembali.

“Insya Allah beberapa hari sampai di Ponorogo, minta tolong dituliskan alamatnya,” kata Gatot menirukan ucapan pria itu.

Esoknya, lanjut Gatot, sang pria mengirim pesan singkat ke nomor HP istrinya memberitahukan jika HP sudah dikirim pakai JNE. “Beliau takut saya khawatir, beliau berkata lagi Insya Allah beberapa hari lagi paketan akan sampai di Ponorogo,” tuturnya.

Gatot begitu terharu, paket HP sudah diterimanya. Yang bikin Gatot kaget sang pengirim sengaja tidak mencantumkan namanya, di paket hanya tertulis pengirim: ‘Saudaramu di Blitar’.

“Begitu mulianya beliau. Bahkan sesaat kemudian saya telepon beliau mengucapkan terima kasih dan menanyakan alamat beliau pun enggan memberikan alamat bahkan nama,” ungkapnya.

Gatot pun berdoa semoga kebaikan pria tersebut kelak mendapat balasan setimpal.

“Saya yakin kata-kata terima kasih tidak bapak harapkan termasuk share saya di FB. Tapi saya hanya ingin berbagi masih banyak orang baik di sekitar kita dan kita pun punya kesempatan belajar mencontoh keikhlasan bapak menjadi orang baik,” tandasnya.

Sumber : Merdeka.com atau Dunia Islam

Santri Versus Tukang Cukur

Satu siang, di tempat cukur rambut terjadi obrolan antara si tukang cukur dengan pelanggannya. Kebetulan yang dicukur itu Zaid, seorang alumni sebuah Pesantren ternama.

Kian lama obrolan dua orang itu kian hangat saja.  Dari tema yang mulanya ngalor-ngidul, si tukang cukur yang “abangan” itu membawa obrolan ke masalah seputar akidah.

“Kalau menurut saya, Tuhan itu tak benar-benar ada ,“ tukang cukur memulai.

“Lho kok bisa mengatakan seperti itu?” Zaid mengejar tanya.

“Ya lihat saja kehidupan ini Mas, banyak orang yang hidupnya nelangsa, penuh masalah, ribet semrawut, bahkan saking beratnya masalah itu ada yang sampai berani bunuh diri. Katanya Tuhan itu maha Pengasih yang bakal menolong setiap hambanya,. Nah buktinya mana?”

Hmm.  Zaid terdiam. Dia tak langsung menjawab. Bukan lantaran tak mampu, tapi Zaid tengah mencari jawaban yang pas buat si tukang cukur. Dia teringat benar pesan Kiainya agar bisa menyampaikan setiap hal sesuai dengan nalar lawan bicaranya.

Hingga berapa lama, Zaid belum juga angkat bicara. Si tukang cukur hampir menyelesaikan tugasnya. Tiba-tiba Zaid melihat seorang tengah duduk di luar tempat cukur rambut. Tampang dan rambut orang itu begitu acak-acakan dan berantakan. Seberkas ide pun mengalir  di kepala Zaid.

“ Nah Pak, kalau Anda mengatakan Tuhan itu tak ada, maka saya katakan tukang cukur itu tak ada.“

“ Lho, gimana sih, wong saya itu ada di sini,” tukang cukur tak mengerti

“Pokoknya, saya yakin kalau tukang cukur itu tak ada,“ Zaid ngeyel.

“Kalau tukang cukur itu ada, lha kok masih ada orang yang rambutnya berantakan,“ jawab Zaid sambil menunjuk seorang tak jauh dari tempat itu.

“Anda ini gimana sih, dia yang di sana itu maksudnya, kalau dia rambutnya berantakan, ya sebab tak mau datang ke tempat ini, coba kalau ke sini, pasti saya rapikan,“ sergah Tukang cukur.

“Nah, seperti itu juga pak, kalau ada orang yang ditumpuk masalah dan hidupnya begitu ribet, bukan lantaran Tuhan itu tak ada, tapi sebab si pemilik masalah itu tak mau datang menghadap Tuhannya, Allah. Coba kalau datang, berserah diri, memohon ampun dan pertolongan, Allah pasti menolongnya,” jawab Zaid mantab.

Sang Tukang cukur pun terdiam seribu bahasa. Skak mat!* (In’am Al Fajar/Red: Mahbib)

 

*Diadaptasi dengan perubahan seperlunya dari cerita Habib Novel bin Muhammad Alaydrus

 

sumber: NU.or.id

Sepenggal Kisah Tawakal Seekor Kijang

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pamekasan KH Abdul Ghoffar, suatu waktu berbincang dengan NU Online seputar seekor kijang yang memiliki ketawakalan tinggi. Cerita ini berpangkal dari kisah seorang musafir bernama Malik bin Dinar.

Ketika Malik melintasi sebuah gurun dalam perjalanan menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji, Kiai Ghoffar memulai kisahnya, dia melihat seekor burung gagak terbang sambil menggigit sepotong roti. Malik berpikir, tentu ada hal yang aneh di balik kejadian yang dilihatnya tersebut.

Lalu burung itu diikutinya hingga akhirnya masuk sebuah gua. Malik mengikutinya dari belakang. Sekonyong-konyong tampak seorang lelaki tergeletak di tanah, sedangkan kedua tangan dan kakinya terikat erat.

Pada saat itu, si burung gagak sedang menyuapi seorang lelaki tadi, sepotong demi sepotong, hingga semua roti tersebut habis dimakan oleh lelaki tersebut. Setelah itu, burung gagak terbang keluar dan tidak kembali lagi.

Malik bertanya kepada orang yang disuapi burung gagak tadi: “Dari manakah tuan?”  Orang itu menjawab, “Saya adalah salah seorang haji. Penyamun telah merampas semua harta benda saya, lalu mengikat saya dan melemparkan saya di tempat ini. Aku telah bersabar menahan lapar selama lima hari.

Kemudian setelah itu aku berdoa, ‘Wahai Tuhan yang telah berfirman dalam Kitab-nya, ‘Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya?’. Akulahorang yang kesulitan itu, maka kasihanilah aku!”

“Kemudian Allah mengutus burung gagak tadi. Setiap hari ia datang member makan dan minum kepadaku,” ungkapnya.

Setelah ikatannya dibuka oleh Malik, maka keduanya pun melanjutkan perjalanan bersama-sama. Di tengah jalan mereka kehausan, padahal keduanya tidak membawa air sedikit pun.

“Lalu keduanya mencari-cari air di gurun itu. Bersamaan dengan itu, tampak oleh keduanya sebuah sumur dikerumuni beberapa ekor kijang. Melihat keduanya, kijang-kijang itu berlompatan lari,” terang Kiai Ghoffar.

Dilanjutkan Kiai Ghoffar, tatkala keduanya hendak mengambil air dalam sumur, tiba-tiba airnya menyusut sampai ke dasarnya. Kemudian keduanya menimba dan minum bersama.

“Setelah puas minum, Malik berucap: ‘Wahai Tuhanku, kijang-kijang itu sama sekali tidak pernah ruku’ dan sujud, namun Engkau beri air di permukaan sumur dengan mudah, sedang kami harus menimba seratus hasta, baru dapat mengeluarkan air dari sumur tadi!”

Maka terdengar jawaban,” Hai Malik, kijang-kijang itu bertawakkal kepadaku, sehingga Aku beri mereka minum. Sedangkan engkau, bertawakal kepada tambang dan timbamu!”

Menurut Kiai Ghoffar, kisah tersebut berpangkal pada pola hidup para sufi tempo dulu. Di dunia pesantren, cerita tersebut serta cerita-cerita lainnya, disampaikan secara istikamah atau berkesinambungan. Selain kisah kijang, Kiai Ghoffar coba menerangkan kisah-kisah lain yang selama ini ‘terabadikan’ dalam setiap pengajian kitab dilangsungkan.

“Kisah-kisah para sufi, penting untuk selalu diketengahkan dalam kehidupan pesantren. Sebab, adakalanya para santri justru lebih menghayati cerita yang mengandung hikmah dibanding penjelasan kitab yang disampaikan secara menoton,” ujar Pengasuh Pesantren Riyadus Sholihin, Desa Laden, Kecamatan/Kabupaten Pamekasan tersebut.

Mengenai ketawakalan kisah kijang, hikmah yang bisa dipetik menurut Kiai Ghoffar terbilang banyak. Salah satunya ialah totalitas penghambaan manusia kepada Tuhannya. Kehidupan dunia, kerapkali membuat manusia lupa kepada Allah.

“Manusia juga sering abai terhadap karunia yang Allah berikan. Sebut saja dalam kisah tadi. Seandainya si Malik berpikir dan mensyukuri pemberian Allah berupa air di daerah gurun, pasti dia akan sangat bersyukur. Mengingat, di gurun pasir sangat sulit mendapatkan pasir,” tekannya.

Ditanya kebenaran kisah tersebut, Kiai Ghoffar menyatakan agar kita tidak melihat alur cerita semata. Terlepas dari benar tidaknya, ujar Kiai Ghoffar, hikmah rasa syukur dan tawakal kepada Allah merupakan segala-galanya.

“Ulama-ulama terdahulu, dalam menyampaikan hikmah atau nilai-nilai yang terkandung dalam Islam, tak sedikit yang mengemasnya dalam bentuk kisah atau cerita. Dan dakwah dengan pola seperti itu mudah diserap dan bisa mewarnai kehidupan kita, ketimbang dakwah maupun nahi mungkar yang dilakukan dengan cara paksaan atau dengan cara mungkar saja” tukasnya. (Hairul Anam)

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pamekasan KH Abdul Ghoffar, suatu waktu berbincang dengan NU Online seputar seekor kijang yang memiliki ketawakalan tinggi. Cerita ini berpangkal dari kisah seorang musafir bernama Malik bin Dinar.
<>
Ketika Malik melintasi sebuah gurun dalam perjalanan menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji, Kiai Ghoffar memulai kisahnya, dia melihat seekor burung gagak terbang sambil menggigit sepotong roti. Malik berpikir, tentu ada hal yang aneh di balik kejadian yang dilihatnya tersebut.

Lalu burung itu diikutinya hingga akhirnya masuk sebuah gua. Malik mengikutinya dari belakang. Sekonyong-konyong tampak seorang lelaki tergeletak di tanah, sedangkan kedua tangan dan kakinya terikat erat.

Pada saat itu, si burung gagak sedang menyuapi seorang lelaki tadi, sepotong demi sepotong, hingga semua roti tersebut habis dimakan oleh lelaki tersebut. Setelah itu, burung gagak terbang keluar dan tidak kembali lagi.

Malik bertanya kepada orang yang disuapi burung gagak tadi: “Dari manakah tuan?”  Orang itu menjawab, “Saya adalah salah seorang haji. Penyamun telah merampas semua harta benda saya, lalu mengikat saya dan melemparkan saya di tempat ini. Aku telah bersabar menahan lapar selama lima hari.

Kemudian setelah itu aku berdoa, ‘Wahai Tuhan yang telah berfirman dalam Kitab-nya, ‘Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya?’. Akulahorang yang kesulitan itu, maka kasihanilah aku!”

“Kemudian Allah mengutus burung gagak tadi. Setiap hari ia datang member makan dan minum kepadaku,” ungkapnya.

Setelah ikatannya dibuka oleh Malik, maka keduanya pun melanjutkan perjalanan bersama-sama. Di tengah jalan mereka kehausan, padahal keduanya tidak membawa air sedikit pun.

“Lalu keduanya mencari-cari air di gurun itu. Bersamaan dengan itu, tampak oleh keduanya sebuah sumur dikerumuni beberapa ekor kijang. Melihat keduanya, kijang-kijang itu berlompatan lari,” terang Kiai Ghoffar.

Dilanjutkan Kiai Ghoffar, tatkala keduanya hendak mengambil air dalam sumur, tiba-tiba airnya menyusut sampai ke dasarnya. Kemudian keduanya menimba dan minum bersama.

“Setelah puas minum, Malik berucap: ‘Wahai Tuhanku, kijang-kijang itu sama sekali tidak pernah ruku’ dan sujud, namun Engkau beri air di permukaan sumur dengan mudah, sedang kami harus menimba seratus hasta, baru dapat mengeluarkan air dari sumur tadi!”

Maka terdengar jawaban,” Hai Malik, kijang-kijang itu bertawakkal kepadaku, sehingga Aku beri mereka minum. Sedangkan engkau, bertawakal kepada tambang dan timbamu!”

Menurut Kiai Ghoffar, kisah tersebut berpangkal pada pola hidup para sufi tempo dulu. Di dunia pesantren, cerita tersebut serta cerita-cerita lainnya, disampaikan secara istikamah atau berkesinambungan. Selain kisah kijang, Kiai Ghoffar coba menerangkan kisah-kisah lain yang selama ini ‘terabadikan’ dalam setiap pengajian kitab dilangsungkan.

“Kisah-kisah para sufi, penting untuk selalu diketengahkan dalam kehidupan pesantren. Sebab, adakalanya para santri justru lebih menghayati cerita yang mengandung hikmah dibanding penjelasan kitab yang disampaikan secara menoton,” ujar Pengasuh Pesantren Riyadus Sholihin, Desa Laden, Kecamatan/Kabupaten Pamekasan tersebut.

Mengenai ketawakalan kisah kijang, hikmah yang bisa dipetik menurut Kiai Ghoffar terbilang banyak. Salah satunya ialah totalitas penghambaan manusia kepada Tuhannya. Kehidupan dunia, kerapkali membuat manusia lupa kepada Allah.

“Manusia juga sering abai terhadap karunia yang Allah berikan. Sebut saja dalam kisah tadi. Seandainya si Malik berpikir dan mensyukuri pemberian Allah berupa air di daerah gurun, pasti dia akan sangat bersyukur. Mengingat, di gurun pasir sangat sulit mendapatkan pasir,” tekannya.

Ditanya kebenaran kisah tersebut, Kiai Ghoffar menyatakan agar kita tidak melihat alur cerita semata. Terlepas dari benar tidaknya, ujar Kiai Ghoffar, hikmah rasa syukur dan tawakal kepada Allah merupakan segala-galanya.

“Ulama-ulama terdahulu, dalam menyampaikan hikmah atau nilai-nilai yang terkandung dalam Islam, tak sedikit yang mengemasnya dalam bentuk kisah atau cerita. Dan dakwah dengan pola seperti itu mudah diserap dan bisa mewarnai kehidupan kita, ketimbang dakwah maupun nahi mungkar yang dilakukan dengan cara paksaan atau dengan cara mungkar saja” tukasnya. (Hairul Anam)

 

 

sumber: NU.or.id

Masuk Neraka Gara-gara Air Wudhu?

Berikut ini adalah cerita tentang dua orang dengan kondisi yang kontras: seorang laki-laki kaya raya dan perempuan papa. Dalam keseharian pun, keduanya tampak begitu berbeda. Sang lelaki hidupnya padat oleh kesibukan duniawi, sementara wanita yang miskin itu justru menghabiskan waktunya untuk selalu beribadah.

Kesungguhan dan kerja keras lelaki tersebut membawanya pada kemapanan ekonomi yang diidamkan. Kekayaannya tak ia nikmati sendiri. Keluarga yang menjadi tanggung jawabnya merasakan dampak ketercukupan karena jerih payahnya. Lelaki ini memang sedang berkerja untuk kebutuhan rumah tangga dan pendidikan anak-anaknya.

Nasib lain dialami si perempuan miskin. Para tetangganya tak menemukan harta apapun di rumahnya. Kecuali sebuah bejana dengan persediaan air wudhu di dalamnya. Ya, bagi wanita taat ini, air wudhu menjadi kekayaan yang membanggakan meski hidup masih pas-pasan. Bukanah kesucian menjadikan ibadah kita lebih diterima dan khidmat? Dan karenanya menjanjikan balasan yang jauh lebih agung dari sekadar kekayaan duniawi yang fana ini?

Syekh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani dalam kitab al-Minahus Saniyyah mengisahkan, suatu ketika ada seorang yang mengambil wudhu dari bejana milik perempuan itu. Melihat hal demikian, si perempuan berbisik dalam hati, “Kalau air itu habis, lalu bagaimana aku akan berwudhu untuk menunaikan sembahyang sunnah nanti malam?”

Apa yang tampak secara lahir tak selalu menunjukkan keadaan sebenarnya. Diceritakan, setelah meniggal dunia, keadaan keduanya jauh berbeda. Sang lelaki kaya raya itu mendapat kenikmatan surga, sementara si perempuan papa yang taat beribadah itu justru masuk neraka. Apa pasal?

Lelaki hartawan tersebut menerima kemuliaan lantaran sikap zuhudnya dari gemerlap duniawi. Kekayaannya yang banyak tak lantas membuatnya larut dalam kemewahan, cinta dunia, serta kebakhilan. Apa yang dimilikinya semata untuk kebutuhan hidup, menunjang keadaan untuk mencari ridla Allah.

Pandangan hidup semacam ini tak dimiliki si perempuan. Hidupnya yang serbakekurangan justru menjerumuskan hatinya pada cinta kebendaan. Buktinya, ia tak mampu merelakan orang lain berwudhu dengan airnya, meski dengan alasan untuk beribadah. Ketidakikhlasannya adalah petunjuk bahwa ia miskin bukan karena terlepas dari cinta kebendaan melainkan “dipaksa” oleh keadaan.

Syekh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani menjelaskan dalam kitab yang sama bahwa zuhud adalah meninggalkankecenderungan hati pada kesenangan duniawi, tapi bukan berarti mengosongkan tangan dari harta sama sekali. Segenap kekayaan dunia direngkuh untuk memenuhi kadar kebutuhan dan memaksimalkan keadaan untuk beribadah kepada-Nya.

Nasihat ulama sufi ini juga berlaku kebalikannya. Untuk cinta dunia, seseorang tak mesti menjadi kaya raya terlebih dahulu. Karena zuhud memang berurusan dengan hati, bukan secara langsung dengan alam bendawi. (Mahbib)

 

 

sumber: NU.or.id

Kisah Ulama 15 Tahun Pura-pura Tuli

Hatim Al-Asham merupakan salah seorang ulama besar yang wafat di Baghdad, Irak tahun 852 M atau 237 H. Terdapat sebuah kisah penuh hikmah yang mendasari kata ‘al-asham’, berarti tuli, yang menjadi julukannya, sebagaimana diriwayatkan Imam Ghazali dalam kitab Nashaihul Ibad.

Sejatinya Hatim tidak-lah tuli, hingga pada suatu hari, seorang wanita datang ke tempat Hatim untuk menanyakan sesuatu. Tak dinyana, ketika melontarkan pertanyaannya di hadapan Hatim, belum selesai ia bertanya, wanita tadi tak kuasa untuk menahan kentutnya.

Bunyinya terdengar jelas, hingga membuat ia salah tingkah dan terdiam. Di tengah kegalauan wanita itu, tiba-tiba Hatim berkata dengan suara keras.

“Tolong bicara yang keras! Saya tuli,”

Namun, yang bertanya justru bingung. Dalam kebingungannya, ia kembali dikagetkan dengan suara keras Hatim.

“Hai, keraskanlah suaramu, karena aku tidak mendengar apa yang kamu bicarakan,” teriak Hatim.

Wanita tadi kemudian menduga bahwa Hatim ini seorang yang tuli. Ia pun merasa sedikit lega, karena suara kentutnya tidak didengar Hatim. Suasana kembali menjadi cair. Ia pun kembali mengulang pertanyaannya.

Sejak saat itu, Hatim mendadak “menjadi tuli” dan bahkan ia melakukan hal tersebut selama wanita tadi masih hidup. Ya, demi menjaga perasaan dan kehormatan wanita itu, ia terus berpura-pura tuli selama 15 tahun. (Ajie Najmuddin)

 

sumber: NU.or.id

Memberi Minum Anjing Sekarat

Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam pernah bercerita tentang pertemuan seorang laki-laki dengan seekor anjing dalam sebuah tempat tak jauh dari sumur. Kisah perjumpaan itu dimulai ketika tenggorokan lelaki tersebut betul-betul telah kering.

Lelaki ini terus melangkah meski dahaga menyiksanya sepanjang perjalanan, hingga ia menemukan sebuah sumur, lalu terjun dan meminum air di dalamnya. Air yang mengaliri kerongkongnya cukup untuk menyembuhkan rasa haus itu. Lidahnya kembali basah, tenaganya sedikit bertambah.

Saat keluar dari lubang laki-laki ini terperanjat. Di hadapan matanya sedang berdiri seekor anjing dengan muka memelas. Napasnya kempas-kempis. Lidahnya menjulur-julur. “Anjing ini pasti mengalami dahaga sangat seperti yang telah aku derita,” kata si lelaki.

Laki-laki tersebut seperti menyadari bahwa meski haus, anjing sekarat itu tak mugkin turun ke dalam sumur karena tindakan ini bisa malah mencelakakanya. Seketika ia terjun kembali ke dalam sumur. Sepatunya ia penuhi dengan air, dan naik lagi dengan beban dan tingkat kesulitan yang bertambah. Si lelaki bahagia bisa berbagi air dengan anjing.

Apa yang selanjutnya terjadi pada lelaki itu?

Rasulullah berkata, “Allah berterima kasih kepadanya, mengampuni dosa-dosanya, lantas memasukkannya ke surga.”

Para sahabat bertanya, “Wahai, Rasulullah! Apakah dalam diri binatang-binatang terkandung pahala-pahala kita?”

“Dalam setiap kesulitan mencari air terkandung pahala,” sahut Nabi.

Kisah di atas mengingatkan kita pada keharusan bersifat welas asih kepada sesama makhluk, termasuk binatang. Tapi, bukankah anjing adalah binatang haram? Bukankah keringat dan air liurnya termasuk najis tingkat tinggi dan karenanya harus dijauhi?

Cerita tersebut Rasulullah justru menyadarkan kita bahwa status haram dan najis tak otomatis berbanding lurus dengan anjuran membenci, melaknat, dan menghinakan. Bukankah Rasulullah pernah berujar, “Irhamû man fil ardl yarhamkum man fis samâ’ (sayangilah yang di bumi, niscaya yang di langit akan menyayangimu.” (Mahbib)

*) Ditulis berdasarkan hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim

 

 

sumber: NU.or.id

Pesan Taqwa dalam Khutbatul Hajah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam

Barang siapa merenungkan khutbah Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya ini, maka ia akan mendapati banyak penjelasan tentang petunjuk sunnah- dan tauhid, penyebutan sifat-sifat Rabb yang Maha Tinggi, pokok-pokok iman seluruhnya, dakwah kepada Allah

 

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam biasa membuka khutbah ataupun nasehatnya dan pelajarannya dengan mukadimah yang dikenal dengan istilah khutbatul hajah. Berikut ini teksnya: [1]

Segala puji bagi Allah , kepadaNya kita memuji, mohon pertolongan, mohon ampunan, dan mohon perlindungan dari bahaya diri kita dan buruknya amal-amal perbuatan kita. Barang siapa yang diberi petunjuk Allah ta’ala maka tiada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk –kecuali dengan izin Allah-. Dan bahwasanya saya bersaksi tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah ta’ala semata, tiada sekutu bagiNya, dan saya bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusanNya.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepadaNya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali imron: 102)

Wahai manusia! Bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertaqwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. “ (QS. An nisa’: 1)

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu  dan barangsiapa menaati Allah dan rasulNya maka sungguh dia menang dengan kemenangan yang agung.” (QS. Al ahzab: 70-71)

Adapun selanjutnya,

Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah kitab Allah (Al qur’an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu’alaihiwasalam, dan seburuk-buruk perkara (dalam urusan agama) adalah yang diada-adakan, dan semua yang diada-adakan itu adalah bid’ah, dan semua bid’ah itu sesat, dan semua kesesatan tempatnya di neraka.

Demikian kalimat pembuka yang sering disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam khutbahn beliau.

Barang siapa merenungkan khutbah Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya ini, maka ia akan mendapati banyak penjelasan tentang petunjuk –sunnah- dan tauhid, penyebutan sifat-sifat Rabb yang Maha Tinggi, pokok-pokok iman seluruhnya, dakwah kepada Allah, penyebutan ketinggian Allah ta’ala yang menjadikan Dia mencintai Makhluk-Nya, hari kiamat yang menjadikan para sahabat takut keburukannya, perintah untuk mengingat-Nya bersyukur kepada-Nya  yang menjadikan para sahabat cintai kepada-Nya. Sehingga mereka –para sahabat- akan mengingat keagungan Allah dan sifat-sifat serta nama-nama-Nya yang menjadikan Dia cinta kepada makhluk-Nya, mengamalkan perintah untuk menta’ati-Nya bersyukur kepadaNya mengingatNya yang mana menjadikan mereka –para sahabat- cinta kepada Allah. Mereka mendengarkan sampai selesai kemudian pulang dan sungguh mereka mencintai Allah dan Allah mencintai para sahabat.

Keutamaan Taqwa dalam Ayat-ayat Al-Qur’an

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan” (QS. An naba’: 31)

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air- mata air” (QS. Adz dzaariyat : 15)

“katakanlah: ‘apa (adzab) yang demikian itukah yang baik, atau surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa?’ Dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka?” (QS. Al furqon : 15)

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sesungguhnya kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al an’am : 32)

“…bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa” (QS. At taubah: 123)

“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu al-Furqan [2]. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al anfaal: 29)

“…Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa” (QS. At taubah: 4)

Ayat-ayat diatas sekaligus menunjukkan begitu pentingnya taqwa, sebagaimana pula dalam khutbatul hajah yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sampaikan seperti pada pembukaan artikel ini, beliau mengingatkan tentang taqwa dengan tiga ayat Al qur’an. Maka perlu bagi kita untuk mengenal taqwa.

Taqwa itu Letaknya Didalam Hati

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata:”…taqwa itu disini, seraya menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali…”[3]

Imam Nawawi –rahimahullah– menjelaskan: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallammenunjuk ke dadanya, maksudnya hati. Dalam hadits Arba’in nawawi ke-6 Beliau menjelaskan ‘dalam jasad ada segumpal daging, jika baik maka baik seluruh jasad’

Ibnu Daqiq Al ‘id –rahimahullah– menjelaskan: makna dari hadits tersebut, dan dalam riwayat lain: ‘Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad-jasad kalian dan rupa-rupa kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati-hati kalian’ maknanya, amalan dhohir  (yang tampak) belum tentu dapat menghasilkan ketaqwaan, namun ketaqwaan itu adalah apa yang terdapat di dalam hati dari pengagungan, khasy-yah (rasa takut yang disertai pengagungan), mendekatkan diri kepada Allah dan hati yang merasa diawasi Allah ta’ala yaitu dengan menyadari bahwa Allah melihat dan meliputi segala sesuatu. Dan makna melihat hati-hati kalian –wallahu a’lam– adalah melihat harapan dan persangkaan, dan hal itu semua dilakukan dengan hati.

Ibnu ‘Utsaimin –rahimahullah– mengatakan: “Taqwa kepada Allah ta’ala itu letaknya di hati, jika hatinya bertaqwa maka anggota badannya juga.”

Perintah Bertaqwa Hingga Maut Menjemput

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepadaNya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali imron: 102)

Syaikh As sa’di –rahimahullah– menjelaskan: “Ayat di atas merupakan perintah Allah untuk hamba-Nya yang beriman agar bertaqwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya taqwa dan tetap bertaqwa hingga akhir hayat. Barangsiapa bersungguh-sungguh terhadap sesuatu, maka ia akan menginggal di atas sesuatu itu. Maka barang siapa yang keadaannya, hidupnya dan keberadaannya terus menerus di atas taqwa kepada Rabbnya dan ketaatan kepada-Nya, kematian akan menimpanya di saat seperti itu. Allah ta’ala akan mengokohkan taqwa ketika kematiannya dan memberinya kematian khusnul khatimah. Taqwa kepada Allah itu –menurut Ibnu Mas’ud adalah menta’ati sehingga tidak bermaksiat, mengingat sehingga tidak melupakan, dan bersyukur sehingga tidak mengkufuri. Ayat ini menunjukkan penjelasan hak Allah ta’ala yaitu ketaqwaan hamba. Adapun kewajiban hamba terhadap taqwa ini, yaitu sesuai ayat: ‘bertaqwalah kepada Allah semampu kalian’ dan penjelasan tentang taqwa itu di dalam hati dan diaplikasikan anggota badan sangat banyak. Kesemuanya menjelaskan taqwa adalah mengerjakan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya”.

Penutup

Derajat ketaqwaan seseorang itu bertingkat tingkat. Ada yang sudah bisa sampai menjauhi hal – hal yang mubah karena takut syubhat, ada yang baru bisa sampai menjauhi hal – hal yang makruh. Yang paling rendah, menjauhi hal – hal yang haram, walaupun masih belum bisa menjauhi hal – hal yang makruh apalagi yang mubah. Maka bersyukurlah bagi yang telah mencapai tingkatan yang lebih tinggi dari yang lain dan bersungguh-sungguhlah untuk terus menjaga taqwa hingga ajal menjemput dengan minta pertolongan kepada Allah ta’ala.

Wallaahu a’lam bissawwaab

Artikel Muslimah.Or.Id

Penulis : Ummu Shalihah

Muraja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits

Maraji’

  1. Al wajiiz fii fiqhu as sunnah wa al kitaab al ‘aziiz, ‘Abdul ‘Adziim bin Badawi, Daar Al fawaaid
  2. Taisiir Al kariim Ar rahmaan fii tafsiir kalaam al mannaan, Al ‘allaamah Asy syaikh ‘Abdurrahmaan bin Naashir As sa’diy, Daar Ibnu Hazm
  3. Syarhu Al arba’iin An nawawiyah fii Al ahaadiitsi As shahiihah An nabawiyyah, Daar Al Mustaqbal

————————————————-

[1] Hadits shahih, lihat di kitab Al-Wajiz hal. 180, ditulis oleh ‘Abdul ‘Adzim bin Badawi, penerbit Daarul Fawaaid

[2] Maksudnya, petunjuk yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil, dapat juga diartikan sebagai pertolongan.

[3] Hadits Arba’in nawawi ke-35, diriwayatkan oleh Muslim

 

sumber: Muslimah.or.id

17 Bahaya MSG Bagi Ibu Hamil

Mononatrium glutamat (biasa disebut MSG) yang dikonsumsi oleh ibu hamil, meskipun dalam jumlah yang sedikit saja tetaplah berbahaya. Namun yang menjadi masalah kini adalah, ibu hamil banyak yang mengetahui bahaya MSG terhadap janin yang ada di dalam kandungannya namun mereka tetap saja menggunakan MSG ke dalam masakannya. Alasannya adalah ibu hamil tidak mau citarasa makanannya menjadi tidak enak dikarenakan tidak menambahkan MSG.
Memang MSG dapat memberikan citarasa yang enak pada masakan, bahkan makanan yang mengandung MSG pun dijual bebas di pasaran. Makanan yang banyak mengandung MSG tersebut menjadi idola bagi pecinta kuliner. Masakan yang mengandung MSG seperti bakso dan mie ayam menjadi kegemaran bagi masyarakat. Tidak jarang ibu hamil pun suka mengkonsumsi bakso dan mie ayam yang mengandung MSG tersebut. Citarasa yang gurih membuat makanan mengandung MSG semakin diminati.

Tapi dibalik semaunya itu, ibu hamil harus tahu bagaimana dampaknya apabila makanan yang mengandung MSG ini masuk ke dalam tubuh selama kehamilan. Berikut ini berbagai macam bahaya MSG bagi ibu hamil yang harus diketahui :

1. Hipertensi

Ibu hamil dilarang terkena hipertensi, hal itu dikarenakani hipertensi dalam kehamilan bisa menyebabkan komplikasi kehamilan. Komplikasi kehamilan itu bisa menyulitkan ibu hamil ketika menghadapi persalinan. Preeklamsia juga bisa disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau hipertensi. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang asin dan juga mengandung MSG dipercaya bisa membuat ibu hamil terkena hipertensi.

2. Bayi Tidak Cerdas

Mengkonsumsi MSG terlalu banyak bisa membuat bayi yang ada di dalam kandungan ibu tidak cerdas. Hal itu dikarenakan kandungan di dalam MSG bisa menyebabkan bayi mengalami penurunan kecerdasan. Kandungan di dalam MSG bisa mempengaruhi syaraf otak bayi. Jika syaraf otak bayi terganggu, bayi pun akan mengalami penurunan kecerdasan. Cara membuat anak cerdas sejak dalam kandungan adalah dengan menghindari MSG.

3. Mengganggu Perkembangan Janin

Kandungan yang ada dalam MSG bisa mengganggu perkembangan janin yang ada di dalam kandungan. Hal itu dikarenakan MSG bisa masuk ke dalam plasenta dan mempengaruhi tumbuh kembang janin.

4. Sakit Kepala

Ibu hamil yang terlalu banyak mengkonsumsi MSG bisa menyebabkan ibu hamil terkena sakit kepala. Sakit kepala itu misalnya sakit di bagian kepala belakang dan berdenyut-denyut. Ibu hamil yang memiliki usia kehamilan sangat muda dan mengkonsumsi MSG bisa menyebabkan pusing akibat morning sickness yang semakin bertambah.

5. Mual

MSG yang dikonsumsi secara berlebihan bisa menyebabkan ibu hamil mengalami mual.  Ibu hamil muda dan mengalami morning sickness jika mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung MSG bisa membuat rasa mualnya semakin bertambah.

6. Dehidrasi

Bahaya mengkonsumsi MSG yang berlebihan adalah bisa menyebabkan ibu hamil terkena dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kondisi dimana ibu hamil kekurangan cairan. Ibu hamil tidak boleh mengalami dehidrasi, hal itu dikarenakan dehidrasi bisa menyebabkan penurunan oksigen di dalam tubuh ibu hamil itu sendiri dan juga di dalam tubuh bayi yang dikandung oleh ibu hamil tersebut.

7. Detak Jantung Lebih Cepat

Salah satu bahaya mengkonsumsi MSG adalah bisa membuat denyut jantung ibu hamil terasa lebih cepat. Hal itu dikarenakan glutamat dalam MSG bisa berpengaruh terhadap kinerja jantung. MSG bisa membuat kinerja jantung menjadi lebih berat sehingga jantung akan kesulitan dalam memompa darah ke seluruh tubuh, hal itulah yang membuat denyut jantung ibu hamil meningkat lebih cepat.

Tidak hanya untuk ibu hamil saja, untuk bayi yang ada di dalam kandungan pun MSG bisa membuat denyut jantung bayi meningkat atau berdetak lebih cepat.

8. Sesak Nafas

Mengkonsumsi MSG berlebihan bisa menyebabkan ibu hamil mengalami sesak nafas. Sebenarnya sesak nafas normal dialami oleh ibu hamil yang usia kandungannya di atas perkembangan janin 8 bulan (32 minggu). Namun karena mengkonsumsi MSG berlebihan, di usia kandungan di bawah 32 minggu bisa menyebabkan ibu hamil terkena sesak nafas.

Saat sesak nafas, asupan oksigen yang masuk ke dalam tubuh tergolong sedikit sehingga bayi di dalam rahim pun akan memiliki jumlah oksigen yang sedikit. Akibatnya adalah bayi di dalam kandungan akan merasakan lemas dan tidak bertenaga karena jumlah oksigen yang sedikit di dalam tubuh.

9. Mudah Mengantuk

Ibu hamil yang terlalu banyak mengkonsumsi MSG bisa menjadi mudah mengantuk. Hamil bukan saatnya untuk menjadi bermalas-malasan, mengantuk akan membuat ibu hamil malas bergerak. Jika ibu hamil malas untuk beraktivitas akibatnya adalah ibu hamil akan mengalami peningkatan berat badan yang berlebihan. Tidak hanya itu saja, aktivitas sangat dibutuhkan bagi ibu hamil untuk bisa membuat bayi di dalam kandungan sehat.

Posisi bayi di dalam kandungan bisa berubah-ubah dan tidak bisa masuk ke panggul jika ibu hamil kerjaannya hanya tidur dan bermalas-malasan.

10. Diare

Ibu hamil yang banyak mengkonsumsi MSG bisa menyebabkan ibu hamil terkena diare, ibu hamil yang mengalami diare saat kehamilan sangat rentan untuk terkena dehidrasi. Jika ibu hamil dehidrasi, ibu da janin bisa mengalami gangguan kesehatan.

11. Kram

MSG pada ibu hamil bisa memicu terjadinya kram perut. Kram perut tidak bisa disepelakan, kram perut dengan intensitas yang sering bisa menyebabkan ibu hamil mengalami keguguran. Oleh sebab itulah hindari mengkonsumsi MSG secara berlebihan.

12. Mengubah Mood

Ibu hamil yang terlalu banyak mengkonsumsi MSG bisa memperburuk suasana hati ibu hamil tersebut. Perubahan hormon yang terjadi pada ibu hamil sudah bisa membuat kondisi mood ibu hamil berubah-ubah, lalu bagaimana jadinya jika ibu hamil mengkonsumsi MSG yang berlebihan.

Mood ibu hamil pun akan menjadi memburuk dan mudah berubah-ubah misalnya saja sebentar senang, sebentar sedih, sebentar nangis dan sebentar lagi tertawa.

13. Depresi

Perubahan hormon bisa menyebabkan ibu hamil mengalami stress kemudian menjadi depresi, karena bahaya MSG bagi ibu hamil yang dikonsumsi secara berlebihan bisa memperburuk kondisi tersebut. Pasalnya adalah dengan mengkonsumsi MSG secara berlebihan bisa membuat ibu hamil semakin merasakan depresi.

14. Cemas Berlebihan

Mengkonsumsi MSG secara berlebihan bisa membuat ibu hamil merasakan cemas yang berlebihan. Cemas yang berlebihan tersebut membuat ibu hamil akan semakin merasakan stress dan juga semakin depresi.

15. Hilang Keseimbangan

Banyak MSG bagi ibu hamil akan membuatnya mudah hilang keseimbangan, hal itu bisa dirasakan oleh ibu hamil ketika dia berjalan. Ketika berjalan ibu hamil akan merasakan bumi bergoyang dan mengakibatkan ibu hamil tersebut hilang keseimbangan. Jika ibu hamil hilang keseimbangan akibatnya adalah ibu hamil bisa jatuh dan terbentur. Terjatuh dan juga terbentur merupakan larangan ibu hamil.

Hal itu dikarenakan jika sampai terjatuh dan terbentur di dalam rahim ibu hamil akan mengalami penggumpalan darah. Darah yang menggumpal itu nantinya bisa menutup jalan lahir bayi.

16. Hiperaktif

Mengkonsumsi MSG secara berlebihan bisa membuat ibu hamil memiliki anak yang hiperaktif. Tidak heran jika ibu yang banyak memasak menggunakan MSG, kelak ibu hamil tersebut akan memiliki anak atau bayi yang tidak bisa tenang atau diam.

17. Insomnia

MSG bisa menyebabkan ibu hamil terkena insomnia atau susah tidur. Susah tidur bisa disebabkan oleh stress dan depresi yang berlebihan selama kehamilan. Karena merasakan stress dan juga depresi ibu hamil juga susah tidur. Ibu hamil harus memiliki tidur yang berkualitas, hal itu dikarenakan tidur merupakan salah satu cara ibu hamil untuk bisa memulihkan stamina dan juga energinya.

Terutama ibu hamil yang mengalami morning sickness. Insomnia itu tidak hanya menyerang ibu hamil saja, namun bayi yang ada di dalam kandungan pun bisa terkena insomnia, sehingga bayi yang habis dilahirkan akan sulit tidur dan cenderung rewel.

Batas Aman Mengkonsumsi MSG

Bayi di bawah umur 12 bulan dilarang keras untuk mengkonsumsi MSG, selain itu ibu hamil dan juga orang dewasa pun tidak boleh mengkonsumsi MSG secara berlebihan. Batas aman mengkonsumsi MSG adalah dua sendok teh saja, lebih dari dua sendok teh tersebut bisa dikatakan kadar MSG dikatakan berlebihan.

Penumpukan MSG yang bertahun-tahun bisa membuat gangguan kesehatan dan juga gangguan kehamilan. Oleh sebab itulah bijak dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung MSG merupakan salah satu cara menjaga kesehatan.

 

sumber: Hamil.co.id