7 Sahabat Nabi yang Kaya Raya

Inilah tujuh sosok sahabat Nabi Muhammad Saw yang kaya raya. Di antara sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW, terdapat beberapa yang dikenal karena kekayaan mereka. Namun, kekayaan mereka bukan semata-mata untuk memenuhi hawa nafsu, melainkan menjadi sarana untuk berbakti kepada Allah SWT dan menebarkan kebaikan di muka bumi.

Tak jarang kita mendengar kisah-kisah sahabat Rasulullah Saw yang memiliki kehidupan miskin. Saking miskinnya mereka untuk memiliki tempat tinggal saja tak punya, sehingga mereka harus bertempat tinggal di serambi teras-teras masjid Nabawi yang mereka biasa dijuluki sebagai ahl suffah salah satunya adalah sahabat yang masyhur paling banyak meriwayatkan hadits yaitu Abu Hurairah Ra. 

Namun demikian, bukan berarti sahabat-sahabat Nabi tidak ada yang kaya, ada juga para sahabat yang memiliki ekonomi mapan yang itu tetap bertahan hingga mereka wafat.

7 Sahabat Nabi yang Kaya Raya

Ibnu Khaldun dalam karya monumentalnya yaitu kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun beliau mengutip dari Syaikh Al-Mas`udi ulama ahli sejarah Arab bahwa ada tujuh sahabat Nabi yang kaya raya.

Pertama, adalah Sayyidina Utsman bin Affan Ra, khalifah rasulullah Saw yang ketiga dan sekaligus menantu beliau ini memiliki kekayaan yang cukup banyak, hingga saat beliau wafat meninggalkan property kekayaan yang bernilai 200.00 dinar dan sejumlah unta dan kuda, bahkan hingga saat ini beliau memiliki kebun kurma di daerah Madinah yang sampai saat ini tertera nama pemilik Utsman bin Affan.

Kedua, Al-Zubair dikatakan bahwa beliau itu memiliki kekayaan 50.000 dinar, 1.000 kuda, dan 1.000 budak. Tak hanya itu beliau juga memiliki bangunan rumah di kota Bashrah, Kufah, Mesir, dan Aleksandria.

Ketiga, adalah Thalhah bin Ubaidillah, beliau memiliki penghasilan 1.000 dinar di setiap harinya yang dihasilkan dari usaha di Irak, dan lebih lagi di daerah Al-Sirah suatu daerah bagian dari Yaman.

Beliau juga membangun rumah di kota Kufah, dan merenovasi kediamannya di Madinah dengan memasang plester, batu-bata, dan kayu berlapis yang pada saat itu sudah dianggap sebagai material bangunan yang mewah.

Keempat, Abdurrahman bin Auf, baliau memiliki kekayaan 1.000 kuda, 1.000 unta, ribuan kambing, dan bahkan seperempat harta warisan beliau mencapai jumlah 84.000 dinar. 

Kelima, adalah Zaid bin Tsabit, Beliau memiliki kekayaan tanah  dan uang 100.000 dinar, dan yang cukup unik adalah harta kekayaan beliau berupa emas dan perak yang ketika menjadi harta warisan harus dibagi-bagi dengan cara dipecahkan dengan kapak karena saking banyaknya emas dan perak yang beliau miliki.

Keenam, Sa`ad bin Abi Waqash, beliau memiliki bangunan rumah dengan bahan dari batu akik dengan bangunan bertingkat dan memiliki halaman yang luas.

Ketujuh, yang terakhir adalah sahabat Al-Miqdad yang mana beliau memiliki rumah yang diplester di Madinah.

Menurut Ibnu Khaldun mereka mendapatkan harta tersebut dari cara yang halal, mulai dari bisnis, harta ghanimah, hingga fai`. Para sahabat Rasulullah Saw di atas menggunakan hartanya untuk kebaikan, mereka tidak serta-merta berperilaku berlebihan dalam membelanjakan hartanya, bahkan mereka tetap mengarungi hidupnya dengan sederhana. Karena Islam tidak melarang umatnya untuk hidup dengan kaya asalkan dihasilkan dari proses yang halal dan memenuhi hak kewajibannya.

Demikian penjelasan mengenai tujuh sahabat Nabi yang kaya raya. Semoga bermanfaat dan kita bisa meneladani mereka. Wallahu a`lam.

BINCANG SYARIAH

Tujuh Sahabat Rasulullah yang Berkulit Hitam Selain Bilal

Penggunaan kata hitam tidak terbatas pada orang Nubia dan Abyssinia.

Berbicara tentang sahabat kulit hitam Nabi Muhammad (SAW), nama pertama yang muncul di benak kita adalah Bilal ibn Rabah, orang pertama yang mengumandangkan adzan dan pemimpin semua Mua’dhin. Namun ternyata, selain Bilal ibn Rabah, Rasulullah juga memiliki sahabat-sahabat yang berkulit hitam lainnya.

Penggunaan kata hitam tidak terbatas pada orang Nubia dan Abyssinia tetapi juga untuk orang Arab yang berkulit hitam dan cokelat, yang pada zaman sekarang akan dianggap hitam seperti orang Sudan yang sama-sama orang Arab dan berkulit hitam. Dilansir dari About Islam, Kamis (9/2/2023), Rasulullah memiliki tujuh sahabat berkulit hitam, dan berikut ini kisah mereka.

Tujuh Sahabat Rasulullah yang Berkulit Hitam Selain Bilal

1. Ummu Ayman

Ummu Ayman merupakan sahabat Nabi yang memiliki nama lengkap Barakah binti Tsa’labah. Ummu Ayman adalah seorang Abyssinian dan pelayan Abdullah bin Abdil Muthalib, ayah Nabi.

Ketika Aminah, ibu Nabi meninggal, Ummu Ayman kemudian menjadi pengasuh utama Nabi Muhammad di waktu kecil. Dia kemudian dibebaskan ketika Nabi dengan Sayyidah Khadijah binti Khuwaylid menikah.

Ummu Ayman adalah salah satu penganut Islam awal di Makkah dan merupakan salah satu dari mereka yang menghadapi penganiayaan dari kaum Quraisy. Dia termasuk orang yang hijrah dari Makkah ke Al-Madinah.

2. Usamah bin Zayd

Usamah bin Zayd adalah salah satu sahabat tercinta Nabi SAW. Kedua orang tua Usamah, Zayd bin Harithah, seorang Arab, dan Umm Ayman, seorang Etiopia, dibebaskan dari perbudakan oleh Nabi SAW. Ia lahir di Makkah tujuh tahun sebelum Hijrah dan digambarkan berkulit hitam.

Sebagian besar asuhan Usamah dilakukan di rumah Nabi (SAW) dalam jangka waktu yang sama dengan asuhan cucu Nabi, Al-Hasan bin ‘Ali. Saat remaja, Usamah dipilih oleh Nabi SAW untuk memimpin pasukan muslimin dalam ekspedisi melawan Romawi di Syria.

Beberapa sahabat menjadi sangat marah atas penunjukan Usamah sebagai jendral atas sahabat-sahabat yang lebih tua dari suku Quraisy. Nabi (SAW) mengatakan, setelah memuji dan berterima kasih kepada Allah (SWT).

“Wahai orang-orang! Saya mendapat kabar bahwa beberapa dari Anda marah karena saya menunjuk Usamah bin Zayd. Demi Allah, sesungguhnya ketaatanmu kepada Usamah adalah ketaatanmu kepadaku sebagaimana ketaatanmu kepada bapaknya sebelum dia.”

Usamah wafat pada tahun 61 H di Al-Madinah pada masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan.

3. Sa’ad Al-Aswad

Salah satu sahabat kulit hitam Nabi (SAW) adalah Sa’ad Al-Aswad As-Sulami. Sa’ad berasal dari Ansar dan mengalami diskriminasi di Al-Madinah.

Dia pernah bertanya kepada Nabi (SAW) apakah dia bisa masuk Jannah karena posisinya yang rendah di antara umat Islam. Sa’ad kemudian syahid dalam sebuah pertempuran. Diriwayatkan bahwa Nabi (SAW) menangisi dia sambil menggendongnya di pangkuannya.

4. Ammar bin Yasir

Salah satu sahabat terkenal yang dikenal kuat imannya adalah ‘Ammar bin Yasir (semoga Allah meridhai dia). Ammar adalah salah satu Muslim paling awal yang menerima Islam dan secara terus-menerus disiksa bersama keluarganya.

Suatu kali, saat disiksa dengan kejam, dia dengan enggan meninggalkan Islam. Dia kemudian mendatangi Nabi SAW dalam keadaan menangis, mengatakan bahwa dia mengatakan meninggalkan Islam tetapi tidak bersungguh-sungguh. Kemudian Nabi SAW menanggapi dengan menghapus air matanya dan berujar.

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah setelah dia beriman, kecuali yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam iman…” (QS An Nahl ayat 106)

Setelah banyak penganiayaan, ‘Ammar bersama rekan-rekan lainnya bermigrasi ke Abyssinia. Mereka menemukan perlindungan di bawah raja Kristen. Ia kemudian hijrah bersama para sahabat lainnya ke Al-Madinah, menjadikannya salah satu dari kelompok sahabat yang melakukan dua kali hijrah demi Allah .

‘Ammar kemudian berpartisipasi dalam kampanye besar untuk melindungi komunitas Muslim, termasuk Badr dan Uhud. Dia juga menyaksikan Haji Perpisahan Rasulullah. ‘Ammar kemudian mati syahid selama Pertempuran Siffin.

5. Mihja’

Salah satu sahabat nabi (SAW) yang terkenal adalah Mihja’ bin Shalih. Mihja’ adalah salah seorang penganut Islam awal di Makkah dan salah seorang yang hijrah ke Al-Madinah. Setelah hijrah, menurut At-Tabari dan lainnya, Mihja’ adalah yang pertama syahid selama Ghazwah  Badr (perang Badr).

6. Abu Dzar

Salah satu sahabat yang terhormat, yang dikenal karena kesetiaan dan kepeduliannya terhadap orang miskin, adalah Abu Dzar. Abu Dzar memiliki nama lengkap Jundab bin Junadah dari Suku Ghifar.

Pada  Era Jahiliah  (Asr Al-Jahiliyah , istilah yang digunakan untuk menyebut era pra-Islam), suku Ghifari dikenal bandit dan senang mengkonsumsi alkohol, selain menyembah berhala. Akan tetapi, Abu Dzar berpaling dari norma kesukuan ini bahkan sebelum memeluk Islam.

Setelah bertemu Nabi SAW, Abu Dzar dengan cepat menerima Islam. Dia pergi ke Ka’bah untuk menyatakan keimanannya di depan umum, dan suku Quraisy kemudian memukulinya. Dia pergi keesokan harinya untuk menyatakan imannya lagi, di mana dia pun dipukuli lagi.

Setelah berhari-hari melakukan ini dan menghadapi pemukulan, Nabi SAW menyuruhnya kembali ke sukunya agar dia bisa menyampaikan pesannya kepada mereka. Dia kemudian hijrah ke Al-Madinah dan berpartisipasi dalam Ghazwah Badar dan ekspedisi lainnya bersama para sahabat

7. Ayman, sang gembala

Salah satu sahabat Nabi yang setia adalah Ayman bin ‘Ubayd. Aiman merupakan putra dari  Ummu Ayman atau Ayman al Barakah dan ‘Ubayd bin Zayd. Ia adalah seorang wanita yang akhirnya dibebaskan dari perbudakan oleh Nabi (SAW) dan juga ayahnya ‘Ubayd bin Zayd.

Ayman memeluk Islam di Makkah dan melakukan migrasi demi Allah ke Al-Madinah. Dia adalah seorang penggembala dan diberi amanah oleh Nabi (SAW) untuk memelihara kambing-kambingnya.

Ayman berpartisipasi dalam banyak pertempuran untuk membela Islam. Di perang Hunayn, ketika sebagian umat Islam panik, Ayman adalah salah satu dari delapan umat Islam yang berdiri di samping Nabi SAW dan membelanya. Umat Islam akhirnya memenangkan pertempuran. Ayman mati syahid dalam perang Hunayn.

KHAZANAH REPUBLIKA

Sosok Sahabat Pembebas Palestina

Di masa Khalifah Umar, para sahabat bebaskan Palestina.

Perjuangan rakyat Palestina untuk membebaskan diri dari kekejian Israel mengingatkan umat Islam terhadap perjuangan para sahabat alaihasalam.

Siapa saja para pejuang dari kalangan sahabat Nabi yang membebaskan Palestina, Ustaz Rafiq Jauhary Lc mengungkapkan dalam tulisannya.

1.Umar bin Khattab dan Prestasinya. 

Dalam tulisannya, Ustaz Rafiq Jauhary memperkenal sosok Umar bin Khattab dan Prestasinya. Di antara julukan yang disematkan pada Khalifah kedua dalam Islam (Umar bin Khattab) adalah ‘Sang Penakluk’. 

“Sebuah julukan hebat yang diberikan kepada seorang yang mampu meruntuhkan Kerajaan Persia dan mengusir Romawi dari bumi Syam, bahkan pimpinan tertingginya Heraklius pun terpaksa harus melarikan diri ke Konstantinopel (kini dikenal menjadi Istanbul, Turki),”katanya saat membagi tulisanya kepada Republika, Sabtu (15/5).

Prestasi besar yang ditorehkan Umar bin Khattab dapat dilihat di tahun kedua dalam kepemimpinannya, dimana beliau beserta pasukannya sejumlah 35.000 orang di bawah panglima Abu Ubaidah bin Jarah mampu menaklukkan Baitul Maqdis, Palestina. 

Cerita ini bermula dari tahun pertama menjabat sebagai Khalifah di tahun ke-13 H Umar bin Khattab membuat sebuah keputusan fenomenal. Umar mencopot Khalid bin Walid dari jabatannya sebagai panglima tentara dan menyerahkannya pada Abu Ubaidah bin Jarah.

“Kebijakan ini mulanya menjadi perbincangan yang hangat, tentu saja karena saat itu Khalid bin Walid memiliki prestasi yang sangat cemerlang,” katanya.

Tidak ada satu wilayah pun yang dilalui Khalid melainkan pasti ditaklukkannya, akan tetapi justru karena itulah beliau mencopotnya dengan alasan kekhawatirannya jika masyarakat berubah mengkultuskan Khalid, seolah dialah pembawa kemenangan.

2. Abu Ubaidah bin Jarah 

Sahabat Abu Ubaidah sebagai sosok Panglima Tentara. Abu Ubaidah yang harus menyesuaikan diri dengan puluhan ribu pasukannya pun akhirnya di tahun pertama mampu menusukkan serangannya ke Ibu Kota negeri Syam, Damaskus. Kota yang dikatakan sebagai surga dunia ini pun berhasil dibebaskan sehingga menjadi awal bergetarnya dominasi Romawi di negeri Syam.

Para komandan di bawah kepemimpinannya pun mampu menunjukkan prestasi bagus, termasuk di antaranya adalah seorang komandan bernama Amru bin Ash yang berhasil memperdaya seorang Aretion Romawi sehingga dirinya pun digelari Aretion Arab.  Amru bin Ash kemudian mengirimkan surat kepada Umar bin Khattab, ia mengatakan.

“Sesungguhnya saya sedang menghadapi peperangan yang sangat sulit untuk ditaklukkan. Adalah kota yang sengaja saya khususkan bagi Anda, terserah mau Anda apakan,” katanya.

Begitu membaca surat ini Umar pun langsung memahami bahwa komandan ini bukan sedang bercanda, dan Umar pun paham bahwa kota yang dimaksud adalah Baitul Maqdis/Palestina.

Pasukan Islam 

Dalam peperangan itu kendali tertinggi tetap berada di bawah Panglima Abu Ubaidah bin Jarah. Untuk menguasai Palestina dari cengkraman Romawi, Ubaidah memiliki 35.000 pasukan yang dipimpin oleh tujuh komandan, masing-masing dari mereka memiliki 5.000 pasukan. 

Mereka adalah:

Khalid bin Walid

Yazid bin Abu Sufyan

Syurahbil bin Hasanah (kavaleri berkuda)

Mirqal bin Hasyim

Musayib bin Najiyah

Qais bin Hubairah

Urwah bin Muhalhil

IHRAM

Sungguh, Munajat Ali bin Abi Thalib nan Dahsyat

PARA sahabat Nabi SAW sering disebut para singa di medan perang, namun juga peratap yang tak malu menangis di dini hari, di hadapan Ilahi. Di bawah ini adalah munajat yang sering dipanjatkan sahabat Ali bin Abi Thalib RA di keheningan malamnya.
“Segala puji bagi-Mu, wahai Pemilik Kedermawanan, Keagungan, dan Ketinggian.Engkau Maha Agung, memberi dan mencegah siapa yang Kau kehendaki.

Hanya kepada-Mu aku mengadu di saat sulit dan bahagia, wahai Tuhanku, Penciptaku, Pelindungku dan Suakaku

Ilahi, jika dosa telah menumpuk, maka maaf-Mu lebih agung dan lebih lapang dari dosaku

Ilahi, jika kuturuti segala kehendak nafsuku, maka kini aku berkelana di sahara penyesalan.

Ilahi, Engkau melihat kefakiran dan kepapaanku, sedangkan Engkau mendengar munajatku yang tersembunyi

Ilahi, jangan Kau putus harapanku dan jangan biarkan hatiku tersesat, karena asaku tertumpu pada aliran karunia-Mu

Ilahi, jangan Kau sia-siakan daku atau Kau campakkan aku, maka siapa lagi yang dapat kuharap dan kujadikan penyafaat

Ilahi, lindungilah aku dari siksa-Mu, karena aku adalah hamba-Mu yang terpenjara, hina, takut dan bersimpuh pada-Mu

Ilahi, bahagiakanlah aku dengan mengajarkan hujjahku bila aku sudah kembali ke alam kuburku

Ilahi, jika Kau siksa daku seribu tahun, maka temali harapanku kepada-Mu tak kan terputus

Ilahi, biarkan aku merasakan manisnya maaf-Mu pada hari tiada keturunan dan harta yang bermanfaat di sana


Ilahi, jika Kau tak menjagaku, niscaya aku kan binasa, dan jika Kau memeliharaku, maka aku takkan binasa

Ilahi, jika Engkau tak maafkan pendosa, maka siapakah yang kan memaafkan orang jahat yang berlumuran hawa nafsu?

Ilahi, jika aku teledor dalam mencari ketakwaan, maka kini aku berlari mengejar maaf-Muilahi, jika aku berbuat kesalahan tanpa sepengetahuanku, aku selalu mengharap-Mu sehingga orang-orang berkata, “Alangkah tidak takutnya ia!”

Ilahi, dosa-dosaku telah menumpuk bak gunung menjulang, namun ampunan-Mu lebih agung dan tinggi dari dosaku

Ilahi, mengingat karunia-Mu dapat menyelamatkan bara (hati dan kekhawatiran)ku, sedangkan mengingat dosa-dosa, maka mengucurlah air mataku

Ilahi, maafkanlah kesalahanku dan musnahkanlah dosa-dosaku, karena aku mengaku, takut dan bersimpuh di haribaan-Mu

Ilahi, berilah kebahagiaan dan ketenangan kepadaku, karena aku tak kan mengetuk pintu selain-Mu

Ilahi, jika Kau usir aku atau Kau hinakan aku, maka apa dayaku dan tak ada yang bisa kuperbuat, ya Rabbi?

Ilahi, pencinta-Mu kan terjaga sepanjang malam, bermunajat dan memohon kepada-Mu, sedangkan orang yang lupa akan terlelap tidur

Ilahi, makhluk ini berada di antara dua tidur, maka kala sadar ia bersimpuh di malam hari.Mereka semua mengharap karunia agung-Mu, mengharap rahmat-Mu yang agung dan menginginkan keabadian

Ilahi, asaku memberikan sebuah harapan kebahagiaan, sedang keburukan dosaku akan menghinakanku

Ilahi, jika Kau memaafkanku, maka maaf-Mu adalah penyelamatku, dan jika tidak, aku kan hancur dengan dosa yang membinasakan ini

Ilahi, bangkitkanlah aku untuk agama Muhammad dan segera bertaubat, bertakwa, khusyu dan bersimpuh di haribaan-Mu

Ilahi, jangan Kau halangi aku dari syafaatnya yang agung, karena syafaatnya pasti terkabulkan. Curahkan sholawat atas mereka selama para muwahhid memohon dan orang-orang saleh bermunajat bersimpuh di pintu-Mu.”

Ali bin Abi Thalib []

INILAH MOZAIK

Sahabat Nabi yang Termasuk Assabiqunal Awwalun

Assabiqunal Awwalun adalah sebutan untuk sahabat-sahabat yang dahulu dan pertama menerima dakwah Nabi Saw dan mereka masuk Islam mendahului lainnya. Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah sahabat yang termasuk Assabiqunal Awwalun. Imam Al-Dzahabi menyebutkan lima puluh sahabat, sementara Ibnu Ishaq hanya menyebutkan dua puluh satu sahabat.

Namun demikian, yang disepakati para ulama sebagai Assabiqunal Awwalun adalah sembilan sahabat. Yaitu, Sayidah Khadijah binti Khuwailid, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Al-Shiddiq, Utsman bin Affan, Al-Zubair bin Al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah.

Ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Sirah Al-Nabawiyah berikut;

السابقون الأولون فئة من المسلمين والمسلمات بادرت إلى الاستجابة لدعوة النبي صلى الله عليه وسلم، فآمنت برسالته وصدقته. وأولهم زوج النبي صلى الله عليه وسلم أم المؤمنين خديجة بنت خويلد رضي الله عنها، وحِبُّه زيد بن حارثة، وابن عمه علي بن أبي طالب رضي الله عنهما، وكان صبيًا يعيش في كفالة الرسول صلى الله عليه وسلم، وصديقه الحميم أبو بكر الصديق رضي الله عنه . كل هؤلاء أسلموا في بداية الدعوة النبوية  وبفضل جهد أبي بكر رضي الله عنه في الدعوة أسلم عثمان بن عفان، والزبير بن العوام، وعبد الرحمن بن عوف، وسعد بن أبي وقاص، وطلحة بن عبيد الله رضي الله عنهم. وهؤلاء هم الرعيل الأول لا خلاف في ذلك أما غيرهم فقد اختلف رواة السيرة في تعيينهم وحصر عددهم

Assabiqunal Awwalun adalah sekolompok sahabat dari kalangan laki-laki dan perempuan yang segera menerima dakwah Nabi Saw, kemudian mereka beriman kepada kerasulan dan kejujuran beliau. Yang pertama adalah Sayidah Khadijah binti Khuwailid, kesayangan Nabi Saw Zaid bin Haritsah, anak paman Nabi Saw Ali bin Abi Thalib, ia sejak kecil diasuh oleh Nabi Saw, dan teman Nabi Saw Abu Bakar Al-Shiddiq.

Mereka semua masuk Islam di awal dakwah kenabian. Kemudian dengan kegigihan Abu Bakar dalam berdakwah, Sayidina Ustman masuk Islam, juga Al-Zubair bin Al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka adalah generasi pertama yang masuk Islam, tidak ada perbedaan dalam hal itu. Adapun selain mereka, maka ulama sirah berbeda pendapat mengenai penentuan dan jumlah mereka.

BINCANG SYARIAH

10 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga

Nabi Saw memiliki banyak sahabat yang membantunya dalam berdakwah dan menyebarkan agama Islam. Di antara banyak sahabat tersebut, terdapat sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga dan oleh para ulama disebut dengan al-‘asyrah al-mubasysyarina bil jannah, atau sepuluh orang yang diberi kegembiraan dengan surga.

Sepuluh sahabat dimaksud adalah: Sayyidina Abu Bakar Al-Shiddiq, Sayyidina Umar bin Khaththab Al-Faruq, Sayyidina Utsman bin Affan, Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Al-Zubair bin Al-Awwam, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Sa’id bin Zaid bin Amru, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.

Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam At-Tirmidzi dari Abdurrahman bin Auf, dia berkata

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِي الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِي الْجَنَّةِ

Rasulullah Saw bersabda; Abu Bakar di surga, Umar di surga, Usman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa’ad di surga, Sa’id di surga, Abu Ubaidah bin Jarrah di surga.

Juga berdasarkan hadis riwayat Imam Abu Dawud dari Sa’id bin Zaid, dia berkata;

أشْهَدُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنِّي سَمِعْتُهُ وَهُوَ يَقُولُ: عَشْرَةٌ فِي الْجَنَّةِ: النَّبِيُّ فِي الْجَنَّةِ، وَأَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ، وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ، وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ بْنُ الْعَوَّامِ فِي الْجَنَّةِ وَسَعْدُ بْنُ مَالِكٍ فِي الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ وَلَوْ شِئْتُ لَسَمَّيْتُ الْعَاشِرَ قَالَ: فَقَالُوا: مَنْ هُوَ؟ فَسَكَتَ قَالَ: فَقَالُوا: مَنْ هُوَ؟ فَقَالَ: هُوَ سَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ.

Saya bersaksi mendengar Rasulullah Saw pernah bersabda; Sepuluh orang pasti masuk surga: Nabi di surga, Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman surga, Ali di surga, Thalhah surga, Zubair bin Al-Awwam di surga, Sa’ad bin Malik di surga, dan Abdurrahman bin Auf di surga. Jika aku mau, aku sampaikan yang kesepuluh. Mereka berkata; Siapakah dia? Beliau diam. Mereka bertanya lagi; Siapakah dia? Beliau menjawab; Dia adalah Sa’id bin Zaid.

BINCANG SYARIAH

Inilah 10 Sahabat Terbaik Hasil Didikan Nabi ﷺ

SETIAP bulan Rabiul Awwal tepatnya tanggal 12 diperingati sebagai hari lahir Nabi Muhammad ﷺ. Pada peringatan kali ini penulis mencoba untuk menelusuri kesuksesan Nabi ﷺ dalam mendidik para sahabatnya sehingga disebut sebagai generasi terbaik.

Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi ﷺ bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ يَجِيءُ أَقْوَامٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ، وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ. رواه البخاري، ومسلم

Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah masaku, lalu orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka. Selanjutnya datang kaum-kaum yang kesaksian salah seorang mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Nabi Muhammad ﷺ adalah pendidik pertama dan utama dalam pendidikan. Nabi ﷺ bersabda, “Allah tidak mengutusku sebagai orang yang kaku dan keras akan tetapi mengutusku sebagai seorang pendidik dan mempermudah. (HR Muslim).

Proses transformasi ilmu, internalisasi nilai-nilai spiritual dan nilai emosional yang dilakukan oleh Nabi ﷺ dapat dikatakan sebagai mukjizat yang luar biasa. Keberhasilan pendidikan Nabi ﷺ terlihat dari kemampuan para sahabatnya. Terkait hal ini, Nabi ﷺ bersabda, “Para sahabatku laksana bintang. Siapa di antara mereka yang kalaian teladani, niscaya kalian akan mendapat petunjuk.”

Di bawah ini adalah para sahabat hasil didikan ‘madranah’ langsung dari Nabi Muhammad ﷺ.

Abu Bakar ash-Shiddiq

Beliau adalah orang laki-laki pertama yang beriman, dan merupakan salah satu dari sepuluh sahabat yang memperoleh jaminan Surga. Dengan dakwahnya, banyak sahabat masuk Islam, seperti Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidillah, dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Mereka termasuk yang mendapat dijaminan masuk Surga.

Abu Bakar adalah seorang pedagang yang selalu memelihara kehormatan diri, kaya harta, berakhlak mulia, dan kesempurnaan iman. Namanya menjadi hiasan Al-Quran, yang mengisyaratkan tentang sikap dan perilaku Abu Bakar (QS al-Lail [92]: 5-7; QS Al-Lail [92]: 17-21; dan QS Fushshilat [41]: 30.

Pada masa kekhalifahannya, selama dua tahun tiga bulan lebih sepuluh hari, Abu Bakar berhasil menghimpun Al-Quran, memerangi orang-orang murtad dan yang enggan membayar zakat. Dan selama hidupnya meriwayatkan sebanyak 142 hadis Nabi ﷺ.

Umar bin Al-Khathab

Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijjah tahun keenam sesudah kenabian. Beliau pertama masuk Islam, dan termasuk sahabat yang disegani.

Banyak ayat Al-Quran yang diturunkan membenarkan pendapat Umar bin Khathab, di antaranya adalah ketika terjadi fitnah dan berita bohon yang menyangkut Aisyah RA, kemudian turunlah firman Allah SWT, antara lain QS an-Nur [24]: 16; QS al-Maidah [5]: 90; QS al-Munafiqun [63]: 8; dan QS at-Taubah [9]: 84.

Pada masa kekhalifahannya, selama 10 tahun 6 bulan 4 hari, banyak wilayah yang berhasil ditaklukkan seperti Syam, Iraq, Persbeliau, Mesir, Burqah (nama daerah di Libia), Azerbaijan,

Mencetak uang dirham dengan cap “Alhamdulillah” pada satu sisinya dan di sisi lainnya tertulis cap “La ilaha illa Allah” dan “Muhammad Rasulullah”; yang pertama menetapkan tahun hijrah sebagai kalender Islam; meriwayatkan sebanyak 527 hadis.

Umar bin Khathab meninggal pada hari Rabu, 26 Dzulhijjah tahun 23 H, dalam usia 63 tahun, persis seperti usia Nabi dan Abu Bakar saat meninggal. Jasadnya dimakamkan di samping makam Nabi dan makam Abu Bakar.

Utsman bin Affan

Beliau masuk Islam setelah dbeliaujak oleh Abu Bakar, dan termasuk salah satu dari sepuluh sahabat yang mendapat jaminan masuk Surga. Digelari Dzunnurain, karena menikahi dua putri Nabi ﷺ. Setelah Ruqayyah menbeliaunggal beliau menikahi Ummu Kultsum.

Utsman menjabat khalifah selama 11 tahun 11 bulan 14 hari. Beliau berjasa dalam menyempurnakan pengumpulan Al-Quran. Pada masa pemerintahannya, wilayah Afrika, Cyprus, Tabaristan, Khurrasan, Armenia, Qauqaz, Kirman, dan Sajastan berhasil dibebaskan. Beliau orang pertama memperluas Masjidil Haram dan Nabawi, membangun pangakalan angkatan laut, membentuk kepolisian negara, dan membangun gedung peradilan.

Selama hidupnya, meriwayatkan 146 hadis dari Nabi ﷺ. Beliau meninggal dunia pada tahun 35 H dalam usia 82 tahun. Jasadnya dimakamkan di pemakaman Baqi’.

Ali bin Abi Thalib

Beliau masuk Islam pada usia sepuluh tahun karena pada usia itulah diumumkan dakwah Islam, dan termasuk sahabat yang diberitakan jaminan Surga.  Beliau orang pertama yang mengorbankan dirinya demi dakwah Islam.

Pada malam hijrah, Nabi ﷺ menugaskan Ali untuk tidur di tempat tidur beliau. Beliau ditugaskan Nabi untuk mengembalikan barang-barang kepada orang-orang musyrik pada pagi harinya.

Ali menjabat khalifah selama 4 tahun 8 bulan, selama hidupnya meriwayatkan 586 hadis. Beliau meninggal pada 17 Ramadhan 40 H, dalam usia 63 tahun, dan dimakamkan di Kufah.

Zubair bin Awwam

Beliau masuk Islam pada usia lima belas tahun dan hijrah dalam usia delapan belas tahun setelah menderita penganiayaan dan siksaan yang bertubi-tubi. Dalam Perang Al-Jamal, beliau mengundurkan diri dari barisan pasukan Mu’awiyah setelah diingatkan oleh Ali dengan sabda Nabi ﷺ;  “Wahai Zubair, tidakkah kamu mencintai Ali?” Zubair menjawab, “Tidakkah aku mencintai putra pamanku sendiri (dari pihak ibu dan bapak) dan orang yang seagama denganku?” Beliau mengatakan, “Wahai Zubair, demi Allah, kelak kamu akan memeranginya (Ali) dan kamu berlaku aniaya terhadapnya.”

Mendengar hadits Nabi ini, beliau langsung mengundurkan diri dari Pasukan Mu’awiyah dan tidak mau memerangi Ali.

Setelah menarik diri dari perang tersebut, Amr bin Jurmuz membuntutinya, lalu membunuhnya pada saat Zubair sedang shalat. Kejadian ini terjadi pada tahun 36 H. Semasa hidupnya beliau meriwayatkan 38 hadis.

Sa’ad bin Abi Waqash

Beliau termasuk orang yang awal masuk Islam dan pada saat itu usianya baru 17 tahun. Beliau pernah diangkat menjadi gubernur wilayah Iraq.

Sa’ad kehilangan penglihatan di akhir hayatnya. Beliau meninggal di istananya di daerah Al-‘Aqiq yang berjarak sekitar 5 mil dari kota Madinah. Beliau adalah sahabat yang terakhir meninggal dari kalangan muhajirin, meninggal pada tahun 55 H dalam usia 80 tahun, dan selama hidupnya meriwayatkan 271 hadis.

Abu Ubaidah bin Al-Jarrah

Ketika Perang Badar, beliau ikut memperkokoh dan membela kaum Muslimin, sedangkan ayahnya berada dalam barisan kaum Quraisy yang musyrik dan kafir. Dalam perang tersebut, ayahnya selalu memburunya, tetapi selalu mengelak, menghindar dan menjauh.

Ayahnya tidak menyadari kenapa sang anak sengaja menghindar. Karena penasaran, ayah Ubaidah terus mengubernya hingga tak ada pilihan lain untuk Abu Ubaidah selain menghadapinya.

Dalam perang itu Abu Ubaidah terpaksa membunuh ayahnya yang terus mendesak dan melawannya. Walaupun hatinya terasa berat tapi demi menegakkan amanat Allah dan Rasul-Nya, Abu Ubaidah terpaksa membunuh ayahnya.

Ketika menjabat sebagai panglima perang, Abu Ubaidah berhasil membebaskan Kota Damaskus, Himsh, Anatokia, Ladziqiyah, Halb, dan pada akhirnya seluruh wilayah Syam dapat dibebaskan. Semasa hidupnya meriwayatkan 14 hadis, dan meninggal dunia pada tahun 18 H, jasadnya dimakamkan di Ghorbaristan.

Abdurrahman bin Auf

Beliau masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar dan termasuk salah satu di antara delapan orang yang mula-mula masuk Islam. Abdurrahman sangat mahir dalam berdagang.

Beliau memulai usaha dengan berdagang keju dan minyak samin. Tidak lama kemudian sudah dapat mengumpulkan sedikit uang dari usaha keuntungan dagangnya. Dan, Abdurrahman menguasai perekonomia dan keuangan.

Dalam sehari, Abdurrahman memerdekakan 30 budak, banyak mendermakan harta kepada fakir miskin, kepada istri-istri Nabi, untuk keperluan militer, dan ketika akan meninggal mewasiatkan 400 dinar bagi setiap orang yang ikut dalam Perang Badar. Di samping itu, juga mewasiatkan 1000 ekor kuda dan 50.000 dinar untuk perjuangan di jalan Allah.

Abdurrahman bin Auf meninggal dunia di usia 75 tahun, dimakankan di Makam al-Baqi. Selama hidupnya meriwayatkan 65 hadits.

Thalhah bin Ubaidillah

Thalhah adalah salah seorang dari kaum Muslimin yang kaya raya, tapi pemurah dan dermawan. Suatu hari istrinya, Su’dan binti Auf, melihat Thalhah murung dan duduk termenung.

Melihat keadaan suaminya, sang istri menanyakan sebab kesedihannya. Thalhah mengatakan, “Uang yang ada di tanganku ini begitu banyak sehingga memusingkanku. Apa yang harus kulakukan?”

Istrinya berkata, “Uang yang ada di tanganmu itu bagi-bagikan saja kepada fakir miskin.” Maka dibagikanlah seluruh uang yang ada di tangan Thalhah tanpa meninggalkan sepersen pun.

Thalhah meninggal dalam usia 60 tahun dan dimakamkan di suatu tempat dekat padang rumput di Basra. Selama hidupnya meriwayatkan sebanyak 38 hadits.

Sa’id bin Zaid

Sa’id bin Zaid termasuk gelombang pertama yang masuk Islam sebelum Nabi ﷺ memasuki Darul Arqam. Beliau memeluk Islam sebelum Umar bin Khathab. Istrinya adalah adiknya Umar, yaitu Fathimah binti Khathab.

Dalam usianya yang mencapai tujuh puluh tahun lebih, Sa’id selalu siap terjun ke medan perang, dan lebih condong memilih pendekatan dirinya dengan Masjid Nabawi. Di situ beliau menunaikan shalat fardhunya dengan khusyu dan sambil mengenang masa lalu.

Sa’id meninggal di Al-Aqiq, dekat Kota Madinah, tahun 51 H, dan dimakamkan di Kota Madinah. Selama hidupnya meriwayatkan 48 hadits.

Itulah sebagian dari sahabat hasil pendidikan Nabi ﷺ.

لَقَدْ كَانَ فِى قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِن تَصْدِيقَ ٱلَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS: Yusuf [12]: 111).

Semoga Allah membimbing kita kaum Muslimin agar dapat mengambil pelajaran dari kisah hidup para sahabat sehingga dapat bertemu mereka di Surga-Nya bersama Nabi ﷺ yang senantiasa kita rindukan. Amin.

*/H Imam Nur Suharnopenulis buku Muhammad ﷺ The Great Educator, dan Kepala Divisi HRD Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat

HIDAYATULLAH



Ini Profil Singkat 10 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga

RASULULLAH dan para sahabatnya yang setia telah dijaminkan surga oleh Allah SWT. Diantara puluhan bahkan ratusan sahabat Nabi itu, ada 10 orang yang telah terjamin masuk surga. Tahukah, siapa mereka?

Sebuah hadis dari Nabi SAW mengungkap identitas mereka.

عَنْ عَبْد الرَّحْمَنِ بْن عَوْفٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِي الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِي الْجَنَّةِ . رواه الترمذي

“Dari Abdurrahman bin Auf, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, ‘Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’ad di surga, Sa’id di surga, Abu ‘Ubaidah bin Jarrah di surga.” (HR. At-Tirmidzi).”

Nah, berikut ini profil singkat 10 sahabat yang dijamin masuk surga tersebut:

1. Abu Bakar Ash-Siddiq

Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu bernama asli ‘Abdullah bin Abu Quhafah. Beliau lahir pada tahun 573 M dan salah satu sahabat yang awal memeluk Islam. Beliau adalah khalifah pertama sekaligus mertua Rasulullah SAW.

Rasulullah pernah bersabda,”Sesungguhnya aku tidak tahu sampai kapan aku akan hidup bersama kalian, oleh karena itu teladanilah dua orang sepeninggalku (sambil menunjuk Abu Bakar dan Umar bin Khattab)”. (Hadis Jami’ At-Tirmidzi No. 3596).

Beliau orang pertama yang membenarkan perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi dan kemudian dengan julukan “Ash-Shidiq”. Abu Bakar wafat dalam umur 63 tahun. Dari beliau diriwayatkan 142 hadits.

2. Umar Bin Khattab

Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu juga merupakan khalifah kedua dan dijuluki Amirul Mukminin dalam dalam sejarah Islam. Umar lahir di makkah tahun 583 M dan wafat pada 25 Dzulhijjah Tahun 23 Hijriyah (644 Masehi).

Dia adalah khalifah kedua menggantikan Abu Bakar Ash-Shidiq dijuluki Al-Faruq karena dapat memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Di tangannyalah peradaban Islam mulai eksis dan tumbuh pesat menyebar ke berbagai wilayah.

Umar juga dikenal sebagai orang terdepan membela Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam. Bahkan beliau menentang kawan-kawan lamanya yang pernah menyiksa para sahabat Nabi sebelum beliau memeluk Islam.

3. Utsman Bin Affan

Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al Umawy al Qurasy. Utsman Bin Affan radhiyallahu ‘anhu dijuluki “Dzun Nura’ini” karena menikahi dua putri Rasulullah yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum.

Utsman diangkat menjadi khalifah ketiga dengan masa kekuasaan terlama (644-656). Keutamaan Utsman yang tidak pernah dilupakan dalam sejarah Islam adalah beliau membukukan Al-Qur’an dalam versi bacaan (mushaf) dan membuat beberapa salinannya yang dikirim ke beberapa negeri-negeri Islam.

4. Ali Bin Abi Thalib

Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu (599-661 M) adalah Khalifah keempat (terakhir) dari Khulafa’ Ar-Rasyidun yang berkuasa sekitar 4-5 tahun. Ali adalah sepupu Nabi Muhammad SAW yang juga menantu beliau setelah menikahi Fatimah Az-Zahra radhiyallahu ‘anha.

Ketika Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, Ali baru menginjak usia 8 tahun. Ali merupakan orang kedua yang memeluk Islam, setelah Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi SAW.

5. Thalhah Bin Ubaidillah

Selain dari 4 Khulafaur Rasyidin, sahabat Nabi yang dijamin masuk surga adalah Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu (wafat 36 H/ 656 M).

Thalhah termasuk enam konsultan Nabi Muhammad SAW yang pernah terlibat dalam Perang Uhud. Dalam perang tersebut dia mengalami luka sangat parah.

Thalhah mati syahid pada Perang Jamal di masa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun. Beliau dimakamkan di Basrah.

6. Az-Zubair Bin Al-Awwam

Zubair Bin Al-Awwam merupakan putra dari bibi Rasulullah SAW atau sepupu langsung Nabi SAW. Beliau termasuk golongan As-Sabiqun Al-Awwalun, orang yang awal memeluk Islam.

Ahli sejarah mengatakan bawah pedang pertama yang dihunuskan untuk membela Islam adalah pedang milik Az-Zubair.

7. ‘Abdurrahman Bin ‘Auf

Sahabat yang satu ini terkenal paling kaya dan dermawan. Beliau tak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk jihad di jalan Allah. Abdurrahman Bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu merupakan sahabat Nabi ke-8 yang memeluk Islam setelah Abu Bakar.

Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf bertugas menjaga kesejahteraan dan keselamatan Ummahatul Mu’minin (para istri Rasulullah). Beliau wafat pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun) dan dimakamkan di Baqi’.

8. Sa’ad Bin Abi Waqqas

Sa’ad Bin Abi Waqqas radhiyallahu ‘anhu adalah paman Rasulullah dari pihak ibu. Beliau lahir dan besar di Makkah dan dikenal sebagai pemuda yang memiliki pemikiran cerdas.

Sa’ad bin Abi Waqqash termasuk salah satu sahabat yang memiliki umur panjang. Beliau hidup di era Rasulullah, Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar bin Khattab, dan Khalifah Utsman bin Affan.

Pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, Sa’ad pernah ditugaskan memimpin delegasi ke Cina. Beliau juga pernah memimpin pasukan Islam ketika berperang melawan Persia di Qadissyah, perang besar dalam sejarah Islam.

Beliau wafat dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

9. Sa’id Bin Zaid

Sa’id Bin Zaid radhiyallahu ‘anhu dijuluki sebagai Abu al-‘Awar. Said bin Zaid menikah dengan adik Umar bin Khatab, yaitu Fatimah binti al-Khattab.

Beliau seorang sahabat Nabi yang awal masuk Islam. Semasa hidupnya, beliau ikut serta dalam semua peperangan bersama Rasulullah. Bahkan ketika pengepungan Damaskus juga perang Yarmuk bergejolak, beliau ikut ambil bagian di dalamnya.

Beliau wafat 51 H (671) dalam usia 70 tahun dan dimakamkan di Baqi’.

10. Abu ‘Ubaidah Bin Al-Jarrah

Abu Ubaidah bin al-Jarrah radhiyallahu ‘anhu, sahabat yang termasuk paling awal memeluk Islam. Beliau ikut berhijrah ke Habasyah (saat ini Ethiopia) dan kemudian hijrah ke Madinah. Beliau mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam.

Setelah terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah, beliau ditunjuk sebagai panglima perang melawan Kekaisaran Romawi.

Beliau wafat disebabkan oleh wabah tha’un dan dimakamkan di Deir Alla, Yordania pada tahun 18 H dan hingga saat ini sering diziarahi oleh kaum muslimin. []

ISLAM POS






Usamah bin Zaid, Kesayangan Rasulullah

Usamah bin Zaid adalah kesayangan Rasulullah. Ia putra dari orang yang juga merupakan kesayangan Rasulullah dan anak angkat beliau. Yaitu Zaid bin Haritsah.

Masa Kecilnya

Nama dan nasabnya adalah Usamah bin Zaid bin Haritsah al-Kalbi. Ayahnya, Zaid, dulu budak dari Ummul Mukminin Khadijah radhiallahu ‘anha. Lalu diberikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saat Zaid masih kecil, ayah dan pamannya pernah datang menjemputnya ke Mekah. Keduanya ingin menebus dan membebaskannya dari perbudakan. Ternyata Zaid menolak itu ikut bersama ayahnya. Ia lebih memilih tinggal bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itulah, Rasulullah sangat mencintainya. Beliau membebaskannya dari status budak dan mengangkatnya sebagai anak. Kedudukan Zaid di sisi Rasulullah juga terbawa pada anaknya, Usamah.

Karena termasuk orang kesayangan Rasulullah, Usamah juga digelari “Hubbu Rasulillah” (kesayangan Rasulullah). Usamah lahir di Mekah 7 tahun sebelum hijrah. Sejak lahir, Usamah tumbuh di tengah keluarga muslim. Karena itulah ia tak mengenal masa jahiliyah. Saat perintah hijrah ditetapkan, Usamah kecil turut hijrah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Madinah.

Ibunya adalah Ummu Aiman radhiallahu ‘anha. Namanya adalah Barakah. Sang ibu juga merupakan budak Rasulullah dan wanita yang pernah menyusui beliau. Saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membebaskan Zaid, beliau menikahkannya dengan Ummu Aiman. Dari pasangan ini kemudian lahir Usamah.

Pengaruh Rasulullah Pada Usamah

Pada tahun ke-6 diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lahirlah Usamah bin Zaid dari pasangan Zaid bin Haritsah dan Ummu Aiman Barakah binti Tsa’labah. Tumbuhlah Usamah kecil di lingkungan dan pendidikan islami. Ia tidak merasakan gelapnya jahiliyah.

Sejak kecil, Usamah selalu menyertai Nabi. Ia sangat dekat dengan lingkungan nubuwwah. Diriwayatkan dalam Musnad Imam Ahamd, dari Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Saat di Arafah, aku dibonceng Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. Lalu ontanya miring dan terjatuhlah tali kekangnya. Beliau raih tali itu dengan salah satu tangannya. Sementara tangan satunya tetap terangkat berdoa.”

Ini menunjukkan kedekatannya dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam kondisi haji dan sedang menunaikan rukun terbesarnya, beliau membonceng Usamah. Anak kecil itu duduk erat bersama beliau. Menyaksikan aktivitas Nabi di hari yang paling mulia.

Dalam Riwayat al-Bukhari disebutkan, dari Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah memegangku dan al-Hasan. Beliau bersabda,

اللهم أحبهما؛ فإني أحبهما

“Ya Allah cintailah keduanya. Karena aku mencintai keduanya.”

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mencintai Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu.

مَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ أَنْ يُبْغِضَ أُسَامَةَ ، بَعْدَمَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : مَنْ كَانَ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَلْيُحِبَّ أُسَامَةَ

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Tidak boleh bagi siapapun untuk membenci Usamah setelah aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Siapa yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka cintailah Usamah’.”

Usamah juga adalah orang yang memahat cincin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan Nabi menikahkannya saat ia berusia 15 tahun.

Dimarahi Rasulullah

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Urwah bin az-Zubair radhiallahu ‘anhuma, diceritakan di zaman Rasulullah, tepatnya saat fathu Mekah, ada seorang wanita yang melakukan pencurian. Keluarga besarnya takut kalau si wanita ini akan diqishahsh. Mereka pun melobi Usamah bin Zaid. Saat Usamah membicarakan hal itu dengan Rasuullah, berubahlah rona wajah beliau. Beliau bersabda,

أتكلمني في حد من حدود الله؟!

“Apakah engkau melobi untuknya dalam permasalahan hukum Allah”!?

Usamah menjawab, “Mohonkan ampun untukku wahai Rasulullah.”

Di sore harinya, Rasulullah berkhutbah di hadapan khalayak. Beliau memuji Allah dengan pujian yang layak untuk-Nya. Kemudian berkata,

أما بعد، فإنما أهلك الناس قبلكم أنهم كانوا إذا سرق فيهم الشريف تركوه، وإذا سرق فيهم الضعيف أقاموا عليه الحد، والذي نفس محمد بيده لو أن فاطمة بنت محمد سرقت لقطعت يدها

“Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah jika ada orang terpandang yang melakukan pencurian, mereka biarkan. Apabila yang melakukan pencurian orang yang lemah, mereka tegakkan hukum. Demi Allah yang jiwaku berada dalam gengamnya, seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya.”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar tangan wanita tersebut dipotong. Kemudian wanita tersebut baik dalam taubatnya. Dan iapun menikah. Aisyah berkata, “Setelah itu ia datang menemui Rasulullah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memenuhi keperluannya.”

Bimbingan Ummu Aiman

Ummu Aiman radhiallahu ‘anhu adalah seorang wanita yang sempat menyusui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia adalah seorang mujahidah yang turut serta di medan pertempuran bersama Rasulullah. Ia hadir di Perang Uhud dan juga di Khaibar. Tugasnya adalah memberi minum pasukan. Dan mengobati mereka yang terluka.

Ummu Aiman juga meriwayatkan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam al-Ishabah, Ibnu Hajar rahimahullah menukilkan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

هذه بقية أهل بيتي

“Dia ini (Ummu Aiman) adalah bagian keluargaku yang tersisa.”

Ayah Usamah, Zaid bin Haritsah, yang merupakan suami Ummu Aiman syahid di Perang Mu’tah. Kemudian di Perang Hunain, gugur juga Aiman, putra Ummu Aiman, saudara se-ibu dari Usamah. Di bawah bimbingan Ummu Aiman-lah Usamah tumbuh besar. Ia menjadi seorang pejuang dan pahlawan. Ia diajarkan akan nilai-nilai jihad, perjuangan, dan kepemimpinan. Dari hasil didikan itu, di usia 18 tahun, Usamah telah memimpin pasukan besar yang juga dianggotai tokoh-tokoh sahabat Muhajirin dan Anshar.

Memimpin Mujahidin Menghadapi Romawi

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat Usamah yang masih begitu beliau untuk memimpin pasukan menghadapi Romawi. Beliau berkata, “Usamah, berangkatlah atas nama Allah dan keberkahan dari-Nya. Saat engkau sampai di tempat terbunuhnya ayahmu (wilayah Romawi), berhentikan pasukan. Aku angkat engkau sebagai pimpinan pasukan ini…” kemudian Rasulullah serahkan pasukan kepada Usamah. Beliau berkata, “Berangkatlah dengan nama Allah.”

Pengangkatan Usamah tentu sedikit kontroversi. Karena secara kultur, bangsa Arab terbiasa mengangkat orang-orang yang ber-usia dan memiliki pengalaman. Jarang mereka menuakan seseorang yang tidak diketahui rekam jejaknya sebelumnya. Karena itu, sebagian sahabat mempertanyakan pengangkatan Usamah. Bukan karena hasad dan tidak suka. Tapi karena hal itu tak biasa.

Mengetahui penolakan tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan ekspresi ketidak-sukaan. Beliau keluar dari rumahnya kemudian naik ke mimbar. Beliau berpidato, “Saudara-saudara sekalian, ucapan apa dari kalian yang sampai padaku tentang penunjukan Usamah bin Zaid? Demi Allah, kalau kalian mencela keputusanku menunjuk Usamah. Artinya kalian juga mencela keputusanku sebelumnya yang telah menunjuk ayahnya. Demi Allah, kalau kepemimpinan itu ada syarat kepatutan, maka anaknya ini memiliki kepatutan setelah ayahnya. Kalau kepemimpinan itu karena orang yang paling aku cintai. Usamah ini adalah orang yang paling aku cintai. Dia dan ayahnya representasi dari setiap kebaikan. Aku wasiatkan kepada kalian agar berbuat baik padanya. Karena dia termasuk orang terbaik di tengah kalian.”

Saat Usamah tengah berada di pinggiran kota, utusan Ummu Aiman mendatanginya. Utusan itu mengabarkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat. Usamah pun mengarahkan pasukannya kembali ke Madinah. Saat itu Umar, Abu Ubaidah bin al-Jarah berada di tengah pasukan. Mereka menatap jasad Rasulullah. Rasulullah wafat saat matahari di hari senin 12 Rabiul Awal itu sudah bergeser dari tengah.

Setelah Rasulullah wafat, Abu Bakar radhiallahu ‘anhu menggantikan beliau memimpin umat. Saat itu, banyak orang-orang Arab pinggiran murtad. Para tokoh sahabat datang menemui Abu Bakar. Mereka berkata, “Wahai Khalifah Rasulullah, orang-orang Arab (luar Madinah) dari segala sisi telah membatalkan perjanjian denganmu. Karena itu, jangan Anda buat pasukan ini terpisah-pisah ke berbagai daerah. Buatlah pasukan terkumpul di satu titik untuk menghadapi orang-orang murtad itu. Alasan lainnya, (kalau pasukan keluar) Madinah tidak akan aman. Padahal di dalamnya ada anak-anak dan kaum wanita. Pertimbangkanlah untuk menunda menghadapi Romawi agar kita tidak dikalahkan oleh orang-orang sekitar kita sendiri. Setelah orang-orang murtad ini kembali atau ancaman pedang mereka hilang, barulah Anda kirim Usamah. Saat itu baru kita hadapi ancaman Romawi.” Namun Abu Bakar ash-Shiddiq tetap teguh untuk memberangkatkan pasukan Usamah. Ia berkata, “Demi Allah, seandainya ada hewan buas memangsaku di Kota Madinah, aku tidak akan membatalkan keberangkatan pasukan ini.”

Berangkatlah pasukan Usamah. Dan pasukan ini berhasil menyelesaikan misinya dengan baik. Mereka kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan. Kewibawaan Usamah pun bertambah. Meskipun ia masih sangat muda, namun penunjukannya adalah sesuatu yang tepat. Ia benar-benar bisa diandalkan.

Pengiriman pasukan ini ternyata memberi dampak besar terhadap kokohnya Daulah Islamiyah di Madinah. Padahal setelah wafatnya Nabi, kondisi Jazirah Arab goncang. Banyak kabilah yang murtad. Mereka bersiap berbalik menyerang Madinah. Ternyata pasukan yang keluarnya dikira akan melemahkan materi kaum muslimin di mata musuh, malah sebaliknya. Allah munculkan kekuatan secara moral. Justru mental musuh-musuh mereka yang melemah.

Pasukan besar yang diberangkatkan jauh meninggalkan Madinah berhasil mengalahkan Romawi. Runtuhlah rencana makar kabilah murtad tersebut. Niat mereka untuk menyerang tiba-tiba rontok begitu saja. Sebab terbesarnya adalah karena keteguhan Abu Bakar untuk memberangkatkan pasukan yang telah Rasulullah siapkan. Ia tak ingin menarik apa yang telah disiapkan oleh Rasulullah. Dari sini kita bisa ketahui, kemenangan itu bukan hanya berbekal persiapan materi. Ada faktor maknawi yang bisa jadi jauh lebih kuat. Yaitu menaati Allah dan Rasul-Nya.

Jiwa Kepemimpinan

Usamah bin Zaid adalah salah seorang sahabat yang mendapat bimbingan langsung dari rumah Nabawi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendidiknya dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan padanya. Hasilnya, di usia 15 tahun ia memimpin pasukan besar untuk menghadapi Romawi. Satu kerajaan kuat dengan pengalaman militer yang panjang. Cukup sebagai bukti kemampuan kepemimpinannya, Rasulullah mengangkatnya menjadi pemimpin pasukan yang di dalamnya terdapat Umar bin al-Khattab dan Abu Ubadidah bin al-Jarrah. Dua tokoh sahabat senior.

Melihat pemuda yang tidak berpengalaman memimpin sahabat-sahabat senior yang berpengalaman, orang-orang pun meragukan. Mereka mulai berkomentar terhadap Usamah. Namun Rasulullah membela. Beliau bersabda, “Sesungguhnya mereka yang mencela kepemimpinan Usamah juga telah mencela kepemimpinan ayahnya. Demi Allah, kalau kepemimpinan itu ada syarat kepatutan, maka anaknya ini memiliki kepatutan setelah ayahnya. Kalau kepemimpinan itu karena orang yang paling aku cintai. Usamah ini adalah orang yang paling aku cintai sepeninggal ayahnya.”

Bersama Rasulullah

Dari Muhammad bin Usamah bin Zaid, Usamah bin Zaid berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memakai padaku pakaian Mesir yang tebal. Pakaian ini adalah hadiah dari Dihyah al-Kalbi kepada Rasulullah. Lalu pakaian itu kupakaikan pada istriku. Rasulullah bertanya, ‘Mengapa kau tidak memakai pakaian Mesir itu’? Aku menjawab, ‘Kupakaikan pada istriku’. Rasulullah berkata, ‘Perintahkan dia untuk memakai pakaian di dalamnya. Karena aku khawatir akan terbentuk tubuhnya’.”

Usamah bin Zaid berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihat Anda berpuasa begitu sering seperti di bulan Sya’ban.” Beliau menjawab, “Karena bulan itu orang-orang lalai padanya. Antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan itu diangkat amalan-amalan menuju Rabbul ‘alamin. Dan aku suka amalanku diangkat saat aku berpuasa.” [Hadits Hasan Riwayat Ahmad (21753) dan an-Nasai (2358)].

Bersama Para Sahabat

Bersama Umar bin al-Khattab

Dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, tatkala Umar bin al-Khattab menetapkan pembagian, ia menetapkan 5000 untuk Usamah bin Zaid. Sementara untuk anaknya, Abdullah bin Umar, ia beri 2000. Abdullah bin Umar pun mengomentari, ‘Anda melebihkan Usamah, padahal aku menghadiri peperangan yang tidak dia hadiri’. Umar menjawab, ‘Sesungguhnya Usamah lebih dicintai oleh Rasulullah dari dirimu. Dan ayahnya lebih dicintai Rasulullah dibanding ayahmu’.”

Pengaruh Keilmuannya

Setidaknya ada 30 orang sahabat dan tabi’in yang meriwayatkan hadits dari Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu. Di antara para sahabat yang meriwayatkan hadits darinya adalah Saad bin Abi Waqqash, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, dan Abu Hurairah radhiallahu ‘anhum. Sementara tabi’in, seperti: Said bin al-Musayyib, Ibrahim bin Saad bin Abi Waqqash, Amir bin Syurahbil, Syaqiq bin Salamah, dll.

Dari budaknya Usamah bin Zaid, ia menceritakan bahwa ia pernah berangkat bersama Usamah menuju Wadil Qura. Mereka ke sana dalam rangka mengambil harta milik Usamah. Katanya, Usamah adalah seorang terbiasa puasa Senin dan Kamis. Budaknya berkata pada Usamah, “Mengapa Anda rutin berpuasa di hari Senin dan Kamis, padahal Anda sudah tua”? Usamah menjawab, “Sesungguhnya Nabinya Allah terbiasa puasa di hari Senin dan Kamis. Beliau ditanya mengapa melakukan itu, beliau menjawab,

إن أعمال العباد تعرض يوم الاثنين ويوم الخميس

“Sesungguhnya amalan-amalan hamba diangkat pada hari Senin dan Kamis.”

Di antara hadits yang diriwayatkan oleh Usamah adalah sebuah hadits yang dicatat oleh al-Bukhari. Dari Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ما تركت بعدي فتنة أضر على الرجال من النساء

“Tidak kutinggalkan ujian yang lebih berbahaya bagi laki-laki melebihi ujian wanita.”

Demikian juga sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim. Dari Usamah bin Zaid, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يرث المسلم الكافر، ولا يرث الكافر المسلم

“Orang muslim tidak mewariskan kepada kafir. Demikian juga orang kafir tidak mewariskan kepada muslim.”

Wafatnya

Ketika terjadi fitnah di tengah para sahabat, Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu mengambil sikap untuk tidak ikut-ikutan dalam masalah tersebut. Ia tidak memihak kubu Ali. Tidak juga kubu Muawiyah.

Dan Usamah wafat di akhir pemerintahan Muawiyah radhiallahu ‘anhu. Ia sempat di al-Mizzah. Sebuah daerah yang terletak di Barat Damaskus. Setelah itu kembali ke Wadil Qura dan tinggal di sana. Akhirnya, ia Kembali ke Madinah dan wafat di kota suci tersebut.

Sejarawan berbeda pendapat tentang kapan wafatnya Usamah bin Zaid. Ada yang berpendapat ia wafat pada tahun 54 H. Ada pula yang mengatakan ia wafat pada tahun 61 H.

Oleh Nurfitri Hadi (IG: @nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com

Khalid bin Walid: Kisah Haru Islamnya Pedang Allah

Islamnya Kahlid bin Walid terjadi setelah pembebasan Makkah

Khalin bin Walid memang panglima perang legendaris yang tanguh. Kiprah pertemanya justru ketika dia membawa pasukannya di dalam perang Uhud. Atas taktiknya, kala itu membuat porak-poranda pasukan Muslim.

Tapi kali ini bukan kisah perang Uhud yang diceritakan. Namun, kisah Khalid bin Walid memeluk Islam yang baru terjadi setelah peristiwa pembebasan Makkah (Fatkhu Makkah). Kisah ini ada dalam  buku ‘Sejarah Muhammad’ karya penulis Mesir legendari, Muhammad Husain Haekal.

Begini tulisannya:

———–

Sejarah telah membenarkan perkiraannya. Begitu ia berangkat kembali ke Medinah, Khalid bin’l-Walid – Jenderal Kavaleri kebanggaan Quraisy dan pahlawan perang Uhud itu telah berdiri di tengah-tengah sidang masyarakatnya sendiri sambil berkata:

“Sekarang nyata sudah bagi setiap orang yang berpikiran sehat, bahwa Muhammad bukan tukang sihir, juga bukan seorang penyair. Apa yang dikatakannya adalah firman Tuhan semesta alam ini. Setiap orang yang punya hati nurani berkewajiban menjadi pengikutnya.”

‘Ikrima bin Abi Jahl merasa ngeri sekali mendengar kata-katanya itu. “Khalid,” kata ‘Ikrima kemudian, “engkau telah bertukar agama.”3

Selanjutnya terjadi percakapan antara mereka sebagai berikut: Khalid Aku tidak bertukar agama, tetapi aku mengikuti agama Islam. ‘Ikrima Tak ada orang akan berkata begitu di kalangan Quraisy selain engkau.

Khalid :Mengapa?

Ikrima: Ya, sebab Muhammad sudah menjatuhkan derajat ayahmu ketika ia dilukai. Pamanmu dan sepupumu sudah dibunuhnya di Badr. Demi Allah, aku tidak akan masuk Islam dan tidak akan mengeluarkan kata-kata seperti kau itu, Khalid. Engkau tidak melihat Quraisy yang sudah berusaha hendak membunuhnya?

Khalid: Itu hanya semangat dan fanatisma jahiliah. Tetapi sekarang, setelah kebenaran itu bagiku sudah jelas, demi Allah aku mengikut agama Islam.

Setelah itu Khalid lalu mengutus pasukan berkudanya kepada Nabi menyatakan dirinya masuk Islam dan mengakuinya.

Khalid menganut Islam ini beritanya kemudian sampai juga kepada Abu Sufyan. Khalid di panggil.

“Benarkah apa yang kudengar tentang engkau?” tanya Abu Sufyan.

Setelah dijawab oleh Khalid, bahwa memang benar, Abu Sufyan marah-marah seraya katanya: “Demi Lata dan ‘Uzza. Kalau aku sudah mengetahui apa yang kaukatakan benar, niscaya engkaulah yang akan kuhadapi, sebelum aku menghadapi Muhammad.”

“Dan memang itulah yang benar, apa pun yang akan terjadi.”

Terbawa oleh kemarahannya ketika itu juga Abu Sufyan maju hendak menyerangnya. Tetapi ‘Ikrima yang pada waktu itu turut hadir segera bertindak mengalanginya seraya berkata:

“Abu Sufyan, sabarlah. Seperti engkau, aku juga kuatir kelak akan mengatakan sesuatu seperti kata-kata Khalid itu dan ikut ke dalam agamanya. Kamu akan membunuh Khalid karena pandangannya itu, padahal seluruh Quraisy sependapat dengan dia. Sungguh aku kuatir, jangan-jangan sebelum bertemu tahun depan seluruh penduduk Mekah sudah menjadi pengikutnya.”

Sekarang Khalid sudah pergi meninggalkan Makkah ke Madinah. Ia menggabungkan diri ke dalam barisan Muslimin

Sesudah Khalid, ikut pula ‘Amr bin’l-‘Ash dan ‘Uthman b. Talha penjaga Ka’bah, masuk Islam. Dengan masuknya mereka kedalam agama Islam, maka banyak pula penduduk Mekah yang turut menjadi pengikut agama ini. Dengan demikian kedudukan Islam makin menjadi kuat, dan terbukanya pintu Mekah buat Muhammad sudah tidak diragukan lagi.

KHAZANH REPUBLIKA