Adab-Adab di Hari Jumat

  1. Memperbanyak do’a dan mendekatkan diri kepada Allah, karena di hari Jum’at terdapat waktu yang mustajab (dikabulkannya do’a). Hal ini berdasarkan hadits:

فِيْهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا.

“Di hari Jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seorang muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.’ Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu.” [HR. Al-Bukhari no. 9300 dan Muslim no. 852][1]

  1. Memperbanyak shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
    Hal tersebut berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْراً

“Perbanyaklah oleh kalian shalawat kepadaku pada hari Jum’at dan malam Jum’at karena barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.” [HR. Al-Baihaqi III/249 dari Anas Radhiyallahu anhu, sanadnya hasan. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 1407].

  1. Mandi besar, memakai wangi-wangian, dan memakai pakaian yang terbagus.
    Hal tersebut berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيْبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ اْلإِمَامُ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ اْلأُخْرَى.

“Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum’at, dan bersuci semampunya, berminyak dengan minyak, atau mengoleskan minyak wangi dari rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang (yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat yang sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan (dengan seksama) ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni (dosa-dosanya yang terjadi) antara Jum’at tersebut dan ke Jum’at berikutnya.” [HR. Al-Bukhari no. 883]
Baca Juga Duduk Berlama-lama Di WC Dan Membaca Di Dalamnya

  1. Membaca al-Qur-an surat al-Kahfi, berdasarkan hadits:

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ.

“Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada hari Jum’at akan diberikan cahaya baginya di antara dua Jum’at.”[HR. Al-Hakim II/368 dan al-Baihaqi III/249 dishahihkan oleh Imam al-Albani dalam Irwaa-ul Ghaliil no. 626].

  1. Bersegera untuk datang lebih awal pada shalat Jum’at.
    Hal tersebut berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً.

“Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at seperti mandi janabah lalu segera pergi ke masjid, maka seakan-akan berkurban dengan unta yang gemuk” [HR. Al-Bukhari no. 881, Muslim no. 850, Abu Dawud no. 351, at-Tirmidzi no. 499]

  1. Hendaknya mengerjakan shalat sunnah empat raka’at setelah selesai shalat Jum’at, berdasarkan hadits:

إِذَا صَلَّيْتُمْ بَعْدَ الْجُمُعَةِ فَصَلُّوْا أَرْبَعًا.

“Apabila kalian telah selesai mengerjakan shalat Jum’at maka shalat (sunnah)lah empat raka’at”. [HR. Muslim no. 881 (68)][2]

[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H – Maret 2006M]

Oleh
Syaikh ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani

ALMANHAJ


Footnote
[1] Waktu itu batasnya adalah sampai dengan ‘Ashar, dan inilah pendapat Jumhur ulama yang dikuatkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya, Zaadul Ma’aad fii Hadyi Khairil ‘Ibaad I/389-394, berdasarkan hadits Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوْجَدُ فِيْهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوْهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ.

“Hari Jum’at itu dua belas jam. Tidak ada seorang muslim pun yang memohon sesuatu kepada Allah dalam waktu tersebut melainkan akan dikabulkan oleh Allah. Maka carilah di akhir waktu tersebut, yaitu setelah ‘Ashar.” [HR. Abu Dawud no. 1048, an-Nasa-i dalam Sunannya III/99-100 dan al-Hakim dalam al-Mustadrak I/279 -penj]
[2] Mengerjakan shalat sunnah empat raka’at setelah shalat Jum’at -dikerjakan setelah selesai berdzikir atau telah keluar dari masjid, (HR. Muslim no. 883) dapat pula dikerjakan di masjid- sebanyak dua raka’at kemudian ditambah dua raka’at lagi dikerjakan di rumah, [HR. Muslim no. 881 (68)) dan tidak boleh melakukan sunnah tersebut di tempat mengerjakan shalat jum’at. (HR. Ibnu Majah no. 1127)]
Referensi : https://almanhaj.or.id/4017-adab-adab-hari-jumat.html

Apakah Siksa Kubur Berlangsung Berkelanjutan? Ini Penjelaskan Ibnu Qayyim

Manusia yang tidak beriman kepada Allah akan mendapatkan siksa kubur.

Setelah meninggal dunia, seluruh umat manusia maka akan memasuki alam kubur. Di alam barzakh ini, manusia yang tidak beriman kepada Allah akan mendapatkan siksa kubur yang berat.

Namun, apakah siksa kubur tersebut berlangsung secara terus menerus?

“Jawaban atas pertanyaan ini adalah bahwasanya siksa kubur ada dua jenis,” kata Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dikutip dari buku berjudul “Rahasia Ruh dan Kematian” terbitan Turos Pustaka.

1. Siksa Kubur yang berkelanjutan

Ibnu Qayyim menjelaskan, siksa kubur yang berkelanjutan adalah semua jenis siksa selain yang disebutkan di dalam hadits-hadits tertentu yang menyatakan bahwa siksa yang diringankan dari para penghuni kubur di antara nafkhatain (Dua tiupan sangkakala).

Ketika para penghuni kubur itu dibangkitkan dari dalam kuburan, Allah SWT berfirman:

قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ

Artinya: “Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya).” (QS Yasin [36]: 56).

Dalil yang menunjukkan berkelanjutannya siksa kubur diantaranya adalah Firman Allah SWT:

اَلنَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَّعَشِيًّا ۚوَيَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ ۗ اَدْخِلُوْٓا اٰلَ فِرْعَوْنَ اَشَدَّ الْعَذَابِ

Artinya: “Kepada mereka diperlihatkan neraka, pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Lalu kepada malaikat diperintahkan), “Masukkanlah Fir‘aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras!” (QS Ghafir [40]: 46).

Dalil lain yang menunjukkan berkesinambungannya siksa kubur adalah hadis-hadis yang sudah disampaikan pada bagian terdahulu, yang diriwayatkan dari Samurah dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari mengenai mimpi Rasulullah SAW. Di dalam hadis-hadis itu disebutkan. “…… orang itu diperlakukan seperti itu sampai Hari Kiamat.”

2. Sika Kubur yang Sementara

Ibnu Qayyim menjelaskan, siksa kubur yang bersifat sementara adalah siksa kubur yang terjadi sampai waktu tertentu lalu berhenti. Contohnya yaitu siksaan yang ditimpakan terhadap sebagian pemaksiat yang kejahatan mereka ringan.

Menurut Ibnu Qayyim, mereka akan disiksa sesuai dengan kadar kejahatan mereka, lalu siksa itu akan diringankan bagi mereka. Seperti ketika siksa dilakukan di dalam api selama beberapa lama, lalu siksa itu dihilangkan dari orang yang bersangkutan

“Mngkin pula siksa yang ditimpakan kepada seseorang menjadi terhenti berkat doa, sedekah, istighfar, pahala haji, atau bacaan tertentu yang sampai kepadanya dari karib kerabatnya atau orang lain,” jelas Ibnu Qayyim.

Hal ini sama seperti ketika seorang pemberi pertolongan (syafaat) memberikan pertolongan kepada orang yang disiksa di dunia sehingga orang tersebut selamat dari siksa berkat pertolongan orang tersebut.

Akan tetapi, menurut Ibnu Qayyim, syafaat seperti ini dapat terjadi tanpa adanya perkenan dari orang yang diberi pertolongan. “Adapun Allah SWT tidak pernah ada seorangpun yang mengajukan pertolongan syafaat di hadapan-Nya, kecuali hanya setelah adanya izin dari-Nya,” kata dia.

Menurut dia, Allah lah yang memberi izin bagi pemberi pertolongan (syafi’) untuk memberi pertolongan jika Dia berkenan untuk mengasihi orang yang diberi pertolongan tersebut.

Karena itu, Ibnu Qayyim mengingatkan kepada umat Islam agar tidak terperdaya dengan yang selain itu. Karena, selain itu merupakan kesyirikan dan kebatilan yang Allah SWT mustahil melakukannya.

Allah SWT berfirman:

مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ

Artinya: “Tiada yang dapat memberi syafaat dari sisi Allah kecuali dengan izin-Nya.” (QS Al-Baqarah [2]: 255).

ISLAMDIGEST

Bagaimana Mengajarkan Agama Pada Anak?

Bagaimana mengajarkan agama pada anak? Agama merupakan pondasi penting dalam kehidupan manusia. Melalui agama, manusia dapat mengenal Tuhannya, memahami nilai-nilai moral, dan menjalani kehidupan yang lebih baik. untuk itu, penting bagi orang tua untuk mengajarkan agama kepada anak sejak dini.

Lantas bagaimana mengajarkan agama pada anak? Pertama, mulailah dengan cara sederhana. Jangan langsung memberikan materi agama yang terlalu kompleks kepada anak. Mulailah dengan hal-hal yang sederhana, seperti mengenalkan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, mengajarkan nilai-nilai moral, dan mengenalkan ibadah-ibadah dasar.

Menurut Syekh Muhammad Nawawi Banten, orag tua bisa pertama kali mengenalkan Allah pada anaknya dengan menawarkan jawaban ringkas. Penjelasannya terdapat dalam kitab Kaasyifatu as-Sajaa, halaman 50.

فإن قال لك قائل أين الله فجوابه ليس في مكان ولا يمر عليه زمان وإن قال لك كيف الله فقل ليس كمثله شيء وإن قال لك متى الله فقل له أول بلا ابتداء وآخر بلا انتهاء وإن قال لك كم الله فقل له واحد لا من قلة قل هو الله أحد

Artinya, “Jika seseorang bertanya kepadamu, ‘Allah di mana?’ maka jawablah, ‘Ia tidak bertempat dan tidak mengalami waktu.’ Jika kau ditanya, ‘Bagaimana Allah?’, jawablah, ‘Allah tidak serupa dengan sesuatu apa pun itu.’ Jika kau ditanya, ‘Kapan Allah (ada)?’, jawablah, ‘Dia awal yang tidak memiliki permulaan dan (Dia) akhir yang tidak memiliki penghabisan.’ Jika kau ditanya, ‘Allah berapa?’ jawablah, ‘Allah esa, bukan karena sedikit (kekurangan). Katakanlah Allah itu esa,”

Kedua, Jadilah teladan yang baik. Anak-anak belajar dengan meniru orang-orang di sekitarnya. Jadilah teladan yang baik bagi anak. Tunjukkan kepada anak bahwa Anda menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Al-Qur’an, tentang Nabi Ibrahim yang bisa menjadi figur uswatun hasanah, teladan yang baik bagi anak-anaknya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Mumtahanah ayat 4 dan 6;

Artinya: Sungguh, benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu pada (diri) Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya. (QS Al-Mumtahanah: 4)

Ketiga, Ajak anak berdiskusi tentang agama. Ini dapat membantu anak untuk memahami ajaran agama dengan lebih baik. Terlebih di usia ini anak akan senang bertanya dan berdiskusi dengan orang tuanya.

Anak-anak kecil sering bertanya. Pertanyaan mereka bisa tentang apa saja, mulai dari hal-hal yang sederhana hingga yang rumit. Bagi orang tua, pertanyaan-pertanyaan ini bisa menjadi hal yang menjengkelkan, terutama jika pertanyaannya berulang-ulang.

Namun, penting untuk diingat bahwa pertanyaan-pertanyaan ini merupakan tanda kecerdasan dan rasa ingin tahu yang besar pada anak.

Mengapa anak kecil sering bertanya? Ada beberapa alasan mengapa anak kecil sering bertanya. Salah satu alasannya adalah karena mereka ingin memahami dunia di sekitar mereka. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar dan mereka ingin tahu bagaimana segala sesuatu bekerja. Mereka juga ingin tahu tentang hal-hal yang ada di luar sana, seperti alam semesta, hewan, dan manusia.

Alasan lain mengapa anak kecil sering bertanya adalah karena mereka sedang belajar bahasa. Ketika anak bertanya, mereka sebenarnya sedang mencoba memahami makna kata-kata dan bagaimana menggunakannya. Mereka juga sedang belajar bagaimana menyusun kalimat dan berkomunikasi dengan orang lain.

Demikian penjelasan terkait bagaimana mengajarkan agama pada anak? Setidaknya ada tiga cara dalam mendidik anak agar mengetahui tentang Islam. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Tiga Macam Hati menurut Ibnul Qayyim al-Jauzi

Ada tiga jenis hati, kata Ibnul Qayyim al Jauzi, qalbun salim, adalah hati yang memiliki cahaya keimanan, merasakan nikmatnya beribadah  dan lezatnya dakwah

IBNU  al-Qayyim al-Jauziyyah rahimahulLâh ulama bermazab Hanbali yang hidup pada abad ke-13 menyinggung masalah hati. Beliau pernah berkata, “Ketahuilah bahwa keringnya mata dari tangisan adalah karena keras (mati)-nya hati. Hati yang keras adalah hati yang paling jauh dari Allah.” (Ibn al-Qayyim, Badâ’i’ al-Fawâ’id, III/743).

Ibnu al-Qayyim rahimahullah membagi hati menjadi tiga jenis. Pertama: Qalbun mayyit (Hati yang Mati). Itulah hati yang kosong dari semua jenis kebaikan. Sebabnya, setan telah ‘merampas’ hatinya sebagai tempat tinggalnya, berkuasa penuh atasnya dan bebas berbuat apa saja di dalamnya.

Hati tipe ini adalah hati orang-orang yang kafir kepada Allah.

Kedua: Qalbun maridh (hati yang sakit). Qalbun maridh adalah hati yang

telah disinari cahaya keimanan. Namun, cahayanya kurang terang sehingga ada sisi hatinya yang masih gelap, dipenuhi oleh kegelapan syahwat dan badai hawa nafsu.

Karena itu setan masih leluasa keluar-masuk ke dalam jenis hati seperti ini. Orang yang memiliki hati yang sakit, selain tak merasakan lezatnya ketaatan kepada Allah SWT, juga sering terjerumus ke dalam kemaksiatan dan dosa, baik besar ataupun kecil.

Hati yang seperti ini masih bisa terobati dengan resep-resep (nasihat-nasihat) yang bisa menyehatkan hatinya. Namun, jika tak pernah diobati, penyakitnya bisa bertambah parah, yang pada akhirnya bisa berujung pada ‘kematian hati’.

Ketiga: Qalbun salim (hati yang sehat). Qalbun salim adalah hati yang

dipenuhi oleh keimanan; telah hilang darinya badai-badai syahwat dan kegelapan-kegelapan maksiat.

Cahaya keimanan itu terang-benderang di dalam hatinya. Orang yang memiliki hati semacam ini akan selalu merasakan nikmatnya beribadah (berzikir, membaca al-Quran, shalat malam, dll); merasakan lezatnya berdakwah; merasakan enaknya melakukan amar makruf nahi mungkar; bahkan merasakan nikmatnya berperang di jalan Allah SWT.

Di antara sedikit tanda orang yang memiliki hati yang sehat adalah mereka yang Allah SWT gambarkan dalam firman-Nya:

اِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُ الرَّحْمٰنِ خَرُّوْا سُجَّدًا وَّبُكِيًّا

“Jika dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, mereka tersungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS: Maryam: 58).

Inilah juga gambaran hati para salafush-shalih dan generasi orang-orang terbaik dari kalangan umat ini. Jika kita memiliki hati yang sehat seperti ini, bersyukur dan bergembiralah.

Itulah tanda bahwa hati kita sehat (qalbun salim). Hanya hati jenis inilah yang akan diterima Allah SWT saat kita menghadap kepada-Nya.

 

 يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ

 إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“Artinya: (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”  (QS: asy-Syura: 88-89).

Namun, jika hati kita termasuk hati yang sakit, segeralah obati dengan tobat, jaga diri dari maksiat dan perbanyaklah taqarrub kepada Allah SWT dengan selalu taat. Jangan biarkan hati kita makin parah sakitnya karena bisa berujung pada kematian mati.*/ Arief B. Iskandar, Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor

HIDAYATULLAH

Busana yang Kelak Dipakai 70 Ribu Pengikut Dajjal yang Keluar dari Iran?

Dajjal akan muncul kelak sebagai pertanda datangnya kiamat

Orang-orang Yahudi Isfahan atau Ashbahan di Khurasan, Iran akan menjadi pengikut setia Dajjal. Jumlah mereka sebanyak 70 ribu orang dan menyambut kemunculan Dajjal pada akhir zaman. 

Di antara ciri Yahudi pengikut Dajjal itu adalah mereka mengenakan busana berupa jubah berwarna hijau. Ini sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW: 

حَدَّثَنَا مَنْصُورُ بْنُ أَبِي مُزَاحِمٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ إِسْحَققَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ عَمِّهِ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ  صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُودِ أَصْبَهَانَ سَبْعُونَ أَلْفًا عَلَيْهِمْ الطَّيَالِسَةُ 

“Telah menceritakan kepada kami Manhsur bin Abu Muzahim telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hamzah dari Al Auza’i dari Ishaq bin Abdullah dari pamannya, Anas bin Malik Rasulullah SAW bersabda, “Dajjal diikuti Yahudi Ashbahan sebanyak tujuh puluh ribu, mereka mengenakan jubah hijau.” (HR Muslim nomor 5237). 

Ibnu Katsir dalam kitab Nihayah al-Fitan wa Ahwal Akhir aZ-Zaman yang diterjemahkan Anshori Umar Sitanggal dan Imron Hasan dalam buku Huru Hara Hari Kiamat yang diterbitkan Pustaka Al Kautsar halaman 122 menjelaskan bahwa Dajjal akan keluar dari daerah Isfahan, yaitu dari perkampungan di sana yang disebut Yahudiyah.

Waktu itu dia dibantu oleh 70 ribu bala tentara Yahudi yang tinggal di kota itu. Mereka bersenjata lengkap dan mengenakan pakaian kebesaran berupa jubah hijau. Juga dibantu pula 70 ribu bala tentara Tartar dan beberapa orang dari Khurasan. 

Dilansir dorar.net dalam penjelasan tentang hadits di atas sebagaimana Syarah hadits Imam Muslim dijelaskan bahwa yang dimaksud at thoyalisatu adalah yaitu adalah pakaian khas Yahudi yang bergaris berwarna hijau.

ويكونُ هؤلاء اليهودُ يَلبَسون الطَّيالسةَ، وهوَ الثَّوبُ الَّذي به خُطوطٌ، وهو كِساءٌ يُوضَعُ على الكتِفِ، أَو يُحِيط بالبَدنِ، مثلُ الرِّداءِ أو العَباءةِ، 

“Dan adapun orang-orang Yahudi akan memakai thoyalisah yaitu pakaian yang mempunyai garis-garis yaitu pakaian yang ditaruh di atas bahu atau mengelilingi tubuh, seperti selendang atau jubah.  

Meski begitu ada sebagian ulama menyebut pakaian itu adalah selendang yang dapat menyelimuti tubuh berwarna hijau dan itu menjadi pakaian orang Yahudi zaman dulu dan juga digunakan orang Persia. wallahu’alam

Baca juga: Sungai Eufrat Mengering Tanda Kiamat, Bagaimana dengan Gunung Emasnya?

Akan tetapi ketika Dajjal keluar, orang-orang Yahudi ini mengalami perubahan wajah menjadi bengkak-bengkak seperti tameng atau perisai. Sebagaimana dalam hadits berikut :

حَدَّثَنَا رَوْحٌ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَرُوبَةَ عَنْ أَبِي التَّيَّاحِ عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ سُبَييْعٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ حُرَيْثٍ عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ قَالَ حَدَّثثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ الدَّجَّالَ يَخْرُجُ مِنْ أَرْضٍ بِالْمَشْرِقِ يُقَالُ لَهَا خُرَاسَانُ يَتَّبِعُهُ أَقْوَامٌ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Rauh dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi ‘Arubah dari Abu At Taiyyah dari Al Mughirah Bin Subai’ dari ‘Amru Bin Huraits dari Abu Bakar Ash Shiddiq, dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bercerita kepada kami bahwasannya Dajjal akan keluar dari bumi bagian timur yang disebut Khurasan, banyak orang yang mengikutinya, seakan akan wajah mereka seperti tameng yang dipalu.” (HR Ahmad). 

ISLAMDIGEST

Pakar Amerika: ‘Israel’ yang Kuat akan Kalah Perang dengan Hamas yang Sabar

Ketua Zbigniew Brzezinski Bidang Keamanan Global dan Geostrategi, dan Direktur Program Timur Tengah di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS)  di Washington, DC, Jon B. Alterman mengatakan bahwa ‘Israel’ mungkin bisa kalah dengan kelompok Hamas dalam perang kali ini.

Menurutnya, ‘Israel’, selama ini dianggap memiliki rekor kemenangan luar biasa. Ia memenangkan perang konvensional tahun 1948, 1967, dan 1973 sampai memaksa Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menghentikan perjuangan bersenjata tahun 1996;  telah menghalangi Hizbullah sejak kampanye tahun 2006 yang menghancurkan kelompok tersebut.

“Kebanyakan diskusi mengenai perang di Gaza berasumsi bahwa pada akhirnya ‘Israel’ akan menang. Taruhannya sangat besar bagi ‘Israel’, dan keunggulan ‘Israel’ atas Hamas begitu besar, sehingga hasil apa pun selain kemenangan tidak dapat dibayangkan. Satu-satunya pertanyaan adalah jangka waktu berapa dan berapa biayanya? Begitu pertanyaan yang menggelitik.

Menurut dia, militer ‘Israel’ selama ini menjadi kuat bukan hanya karena dukungan AS, namun juga karena segala sesuatu tentang militer ‘Israel’—mulai dari doktrin, organisasi, dan pelatihan hingga kepemimpinan dan personelnya—menjadikannya kekuatan tempur paling tangguh di Timur Tengah.

“Sangat mungkin bahwa perang di Gaza akan menjadi perang pertama dalam sejarah ‘Israel’ yang tentaranya kalah. Kerugian ini akan menjadi bencana besar bagi ‘Israel’ dan sangat merugikan Amerika Serikat,” ujarnya dalam artikel berjudul “Israel Could Lose” yang ditulis di laman CSIS tanggal 7 November 2023.  

Ia membandingkan dengan perang yang diciptakan Amerika di dalam sejarah, yang akhirnya juga kalah. Sejarah buruk menimpa Amerika Serikat sejak pecahnya Perang Vietnam, yang setelah itu mulai mencatat hasil yang kacau, katanya.

Militer AS bahkan mengakhiri pertempuran di Lebanon, Somalia, Haiti tanpa kemenangan yang jelas. Perang pasca-11/9 di Iraq, Afghanistan, dan daerah perbatasan Suriah-Iraq merupakan upaya serius dengan sumber daya yang besar.

“Namun pertempuran bertahun-tahun, miliaran dolar, dan ribuan kematian di pihak AS gagal mencapai kemenangan,’ ujar mantan anggota Staf Perencanaan Kebijakan di Deplu AS dan asisten khusus asisten menteri luar negeri untuk Urusan Timur Dekat, dan pada tahun 2009-2019.

Orang ‘Israel’ mengklaim bahwa mereka bersatu dalam hal kelangsungan hidup, sementara populasi Barat relatif tidak stabil. Mereka mengatakan ‘Israel’ akan menang karena memang itu sudah seharusnya.

“Tetapi bagaimana jika pelajaran yang ditawarkan AS adalah bahwa bahkan pihak yang lemah dapat menangkis pihak kuat menggunakan strategi yang tepat?,” ujarnya.

Hamas sering dipropagandakan pendukung Israel seperti ISIS dan Al-Qaeda. Namun hal ini dapat mengalihkan perhatian dari hal yang sebenarnya justru sangat penting, bahwa konsep kemenangan militer Hamas, seperti organisasi-organisasi lainnya, adalah tentang mencapai hasil politik jangka panjang.

Hamas melihat kemenangan bukan dalam satu atau lima tahun, tetapi melalui keterlibatan dalam perjuangan puluhan tahun yang meningkatkan solidaritas Palestina dan semakin mengisolasi ‘Israel’ itu sendiri.

“Dalam skenario ini, Hamas dengan kemarahan mampu mengumpulkan penduduk Gaza yang terkepung di sekitarnya dan membantu mewujudkan runtuhnya pemerintah Otoritas Palestina (PA) dengan memastikan bahwa Palestina memandangnya sebagai embel-embel lemah dari otoritas militer ‘Israel’.”

Sementara itu, negara-negara Arab semakin menjauh dari normalisasi dengan ‘Israel’, negara-negara selatan justru mulai mendukung perjuangan Palestina. Eropa sangat kecewa dengan tindakan militer Zionis yang berlebihan, menyebabkan hancurnya dukungan bipartisan yang telah dinikmati ‘Israel’ sejak awal tahun 1970-an.

Menurutnya, gemuruh perang regional ini justru sangat menguntungkan Hamas, sehingga memicu perdebatan global mengenai dampak membangun dengan ‘Israel’. Kemampuan Hamas lain dengan adanya perang ini adalah menjauhkan ‘Israel’ dari mitra internasionalnya dan mengubahnya menjadi negara paria (golongan terendah dan hina dalam agama Hindu).

Menurut analisanya, Hamas selama ini tidak perlu menunggu menjadi kuat. Namun yang dilakukan justru perlu kesabaran, daripada mengandalkan kekuatan yang cukup untuk mengalahkan ‘Israel’.

Sebaliknya, Hamas justru memanfaatkan kekuatan ‘Israel’ yang jauh lebih besar untuk mengalahkan ‘Israel’ sendiri. Agresi ‘Israel’ membunuh warga sipil Palestina, menghancurkan infrastruktur, dan menentang seruan global untuk menahan diri, justru akan menjadikan dunia mendukung Hamas.

Hamas tahu banyak mengalami kekalahan dalam banyak pertempuran sebelumnya. Namun keberhasilan luar biasa yang dicapai kelompok ini pada tanggal 7 Oktober 2023 justru akan menginspirasi generasi masa depan Palestina yang menghargai kemenangan kecil sekalipun melawan rintangan yang mustahil.

Ia juga menyoroti pejabat militer yang ‘Israel’ bertaruh mereka dapat membunuh cukup banyak pejuang Hamas dengan waktu cepat untuk menang, setelah itu akan menyelesaikan Gaza setelahnya. Sementara Hamas adalah tetap berpegang teguh pada jalan buntu.

“Apa yang harus dilakukan ‘Israel’ untuk memastikan Hamas dikalahkan?,” tulis dia.

Di akhir tulisannya menyiratkan dia tetap mendukung penjajah ‘Israel’ bisa menang melawan Hamas. Ia bahkan menyarankan agar ‘Israel’ memanfaatkan negara Arab sekitar yang memiliki permusuhan dengan Hamas,  seperti; Mesir, Yordania, dan Arab Saudi agar mendanai pembangunan kembali wilayah yang hancur.

“Negara-negara ini perlu mendukung masuknya pasokan, memberikan perlindungan polisi, mendanai rekonstruksi, dan melegitimasi struktur pemerintahan apa pun yang muncul,” tulisnya.

‘Israel’ juga perlu membantu memperkuat kembali Otoritas Palestina (PA), meski organisasi ini sebenarnya telah runtuh dan dianggap tidak memiliki komitmen penuh terhadap perjuangan Palestina.

Yang menarik, dalam survei terbaru, 75% warga Tepi Barat dan Jalur Gaza saat ini justru lebih percaya Hamas, bukan Otoritas Palestina, untuk merebut kembali tanah Palestina yang telah dirampok ‘Israel’. Hal ini jauh dari harapan penulis yang menginginkan agar ‘Israel’ memanfaatkan Otoritas Palestina memperlemah pengaruh Hamas. *

HIDAYATULLAH

Jalur Gaza; Tempat Lahir Imam Syafi’i yang Kini Hampir Menjadi Kuburan Massal

Gaza terletak di pantai timur Laut Tengah, bagian dari wilayah negara Palestina, di barat daya berbatasan dengan Mesir, dan di sebelah timur dan utara berbatasan dengan Israel. Memiliki luas 265 kilometer persegi dan dihuni oleh 2,3 juta penduduk. Dengan demikian, Gaza merupakan salah satu tempat terpadat penduduknya di dunia.

Tempat yang sekarang menjadi ladang pembantaian manusia oleh Israel dalam upayanya menjajah Palestina. Seperti diberitakan oleh Anadolu Agency, Rabu (15/11/2023), jumlah warga Palestina yang meninggal akibat serangan Israel yang telah berlangsung selama sebulan lebih tersebut mencapai 11.320, sementara korban luka-luka berjumlah 29.200.

Diantara korban tersebut adalah 4.650 anak-anak, 3.145 wanita, sementara 3.600 lainnya dinyatakan hilang termasuk 1.755 anak-anak. Tidak hanya itu, tenaga medis dan jurnalis juga banyak yang terbunuh akibat serangan Israel yang membabi-buta. Tercatat sebanyak 198 tenaga medis dan 51 orang jurnalis juga ikut jadi korban.

Lebih miris, ada 82 orang yang meninggal dan dimakamkan secara massal dalam satu kuburan. Hal itu terjadi di salah satu rumah sakit yang dikepung tentara Israel.

Gaza telah menjadi kuburan massal warga Palestina akibat serangan Israel. Manusia-manusia tak berdosa meregang nyawa bersama luluh lantaknya masjid, gereja dan fasilitas-fasilitas umum seperti rumah sakit.

Tempat lahir salah satu imam madzhab itu hari ini dipenuhi genangan darah rakyat Palestina. Gaza adalah tempat lahir Imam Syafi’i. Termaktub dalam Manaqib as Syafi’i (1/73), ditulis oleh Al Baihaqi bahwa Imam Syafi’i lahir di Gaza sebagaimana dikatakan oleh Imam Syafi’i sendiri.

Entah bagaimana perasaan Imam Syafi’i saat ini menyaksikan tanah kelahirannya digenangi oleh darah-darah manusia tak berdosa. Karena, di saat beliau masih hidup sempat menulis sebuah syair kerinduan terhadap kampung halamannya.

Syair tersebut tertulis dalam Mu’jam al Buldan (2/202):

Aku merindukan tanah Gaza

Sekalipun rahasia mengkhianatiku setelah perpisahan

Tuhan mengairi tanah itu

Jika aku dapat menemukan tanahnya

Maka kelopak mataku akan memerah

Karena kerinduanku yang sangat besar

Begitulah bait syair Imam Syafi’i menceritakan kerinduannya terhadap Gaza. Kini Gaza merah darah, dari tumpahan darah anak-anak, wanita, tenaga medis, jurnalis dan mereka yang tak berdosa. Semua itu akibat ulah Israel yang mayoritas masyarakat dunia sepakat, bahwa yang dilakukan Israel saat ini adalah kejahatan perang dan “genosida”.

Warga Palestina sedang dilanda “Nakba (malapetaka) Besar”, yaitu kekejaman yang sangat buas dari sebuah negara bernama Israel, penjajah modern. Namun, tak banyak negara-negara di dunia yang berani menahan laju agresi militer yang membunuh lebih dari sepuluh ribu orang warga Palestina. Dan, satu hal yang mencengangkan, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) ternyata hanya nama tanpa arti apa-apa untuk perdamaian dunia.

ISLAMKAFFAH

Menemukan Ketenangan dalam Ujian: Kisah Syekh Ahmad Rifa’i dan Istri Galak

Dalam relung-relung kehidupan sufi terkemuka, Syekh Ahmad ar-Rifa’i, terdapat sebuah kisah menarik yang mengajarkan kita tentang makna sejati kesabaran dan ujian tak terduga. Meskipun dikenal sebagai wali quthub, beliau tidak luput dari ujian dalam bentuk istri galak yang setiap hari memberikannya perlakuan kasar.

Suatu hari, salah satu santrinya bermimpi melihat gurunya berada di surga. Mimpi ini terulang beberapa kali, tetapi santri tersebut memilih untuk merahasiakannya. Ternyata, di balik ketenaran Syekh ar-Rifa’i, ia memiliki istri yang galak, yang setiap hari memberikannya perlakuan kasar, bahkan hingga memukulnya dengan kayu pengorek tungku sampai noda hitamnya membekas di baju.

Ketika santri melihat kejadian tersebut dan mencoba mengumpulkan uang untuk menceraikan istri galak Syekh ar-Rifa’i, sang guru hanya tersenyum dan berkata, “Andaikan bukan karena kesabaran menghadapi omelan dan pukulan istri, kau tidak akan bermimpi melihatku di surga.”

Kisah ini memberikan pelajaran berharga tentang kesabaran dan ujian yang datang dalam bentuk tak terduga. Bahkan beberapa tokoh sufi terkemuka sengaja memilih pasangan hidup yang galak untuk menguji kesabaran mereka. Hal ini ditekankan oleh Imam al-Ghazali, yang menyatakan bahwa bersabar menghadapi pasangan hidup dapat melatih pengendalian hawa nafsu, meredam amarah, dan mendidik moral.

Pentingnya melatih diri dengan bersinggungan dengan ujian-ujian seperti ini untuk mencapai moral yang luhur, hati yang selalu ridha, dan terbebas dari sifat-sifat hati yang tercela. Dengan menghadapi ujian kesabaran ini, para sufi berusaha untuk membentuk karakter yang kuat dan moral yang tinggi.

Syekh Ahmad ar-Rifa’i, meskipun memiliki istri yang galak, tetap menjalani hidupnya dengan kesabaran dan ketenangan. Keputusannya untuk tidak menceraikan istri galaknya menjadi bagian dari ujiannya, dan kesabaran inilah yang membuka pintu menuju kedudukan spiritual tinggi di sisi-Nya.

Sebagai seorang ulama terkemuka, Syekh Ahmad ar-Rifa’i tidak hanya dikenal dalam dunia keilmuan Islam tetapi juga melalui kontribusinya dalam mendidik para ulama hebat. Meskipun hidup dalam ujian yang sulit, kesabaran dan ketenangan beliau menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Dalam melihat kisah Syekh Ahmad ar-Rifa’i, kita dapat mengambil pelajaran tentang arti sejati dari kesabaran dan kebijaksanaan. Kisah ini mengajarkan bahwa setiap cobaan membawa hikmah yang dapat membentuk karakter dan memperkaya spiritualitas manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali dihadapkan pada ujian yang muncul dalam berbagai bentuk dan situasi, termasuk dalam hubungan rumah tangga. Kisah Syekh Ahmad ar-Rifa’i memberikan pandangan bahwa melalui kesabaran dan ketenangan, kita dapat menemukan kedamaian dan kedekatan dengan Allah, serta menjadikan ujian sebagai sarana untuk pertumbuhan spiritual dan moral.

ISLAMKAFFAH

Bagaimanakah Pernikahan antara Putra Putri Nabi Adam ʿAlaihis Salām?

السؤال

لقد قرأت الفتوى رقم 255 والتي قلتم فيها أن شرع آدم عليه السلام كان يجيز زواج الأخ من أخته.. ولكني لم أجد دليلاً من القرأن على ما قلتم.. فهل هناك دليل من القرأن أو السنة على ذلك؟ لأن الإسلام لا يمكن أن يُبنى على الظنون وأقوال الرجال، ولكن على الأدلة والبراهين.. أسأل الله أن يأجركم على ما تقومون به، وأسأل الله أن يغفر لنا ولكم وأن يهدينا وإياكم..آمين.

Pertanyaan:

Saya telah membaca fatwa nomor 255 di mana Anda mengatakan bahwa syariat Adam ʿAlaihis Salām mengizinkan pernikahan antara lelaki dan perempuan saudara kandung. Namun, saya tidak menemukan dalil dari al-Quran atas apa yang Anda katakan. Apakah ada dalil dari al-Quran atau Sunah atas hal itu? Karena Islam tidak bisa dibangun atas dugaan dan perkataan manusia, melainkan di atas dalil dan bukti. Saya mohon kepada Allah agar Memberi Anda pahala atas apa yang Anda lakukan, Mengampuni kami dan Anda, serta Memberi petunjuk kepada kami dan Anda. Amin.

الجواب

الحمد لله.

خلق الله تعالى آدم أباً للبشر عليه السلام ، وخلق منه زوجه حواء ، ثم انتشر الناس منهما ، كما قال تعالى : ( يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ) الحجرات/13 ، وقال تعالى: ( يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً ) النساء/1.

Jawaban:

Alhamdulillah. Allah Subẖānahu wa Taʿālā Menciptakan Adam ʿAlaihis Salām sebagai bapak manusia yang darinya ʿAlaihis Salām Dia Menciptakan pasangannya, Hawa, lalu dari keduanya manusia beranak pinak, sebagaimana firman-Nya Subẖānahu wa Taʿālā (yang artinya), “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah Menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami Jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13) 

Dia Subẖānahu wa Taʿālā juga Berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah Menciptakan kalian dari diri yang satu (Adam) dan Dia juga Menciptakan darinya pasangannya (Hawa), yang dari keduanyalah Allah Memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” (QS. An-Nisa’: 1)

وقد ذكر غير واحد من أهل العلم أن الله تعالى شرع لآدم عليه السلام أن يزوج بناته من بنيه ، فكان يزوج أنثى هذا البطن لذكر البطن الآخر ، قال الله تعالى عن ابني آدم عليه السلام : ( وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ ) المائدة/ 27 .. الآيات . 

Tidak hanya satu ulama yang menyebutkan bahwa Allah Subẖānahu wa Taʿālā Mensyariatkan kepada Adam ʿAlaihis Salām untuk mengawinkan anak-anak perempuannya dengan anak laki-lakinya, maka ia ʿAlaihis Salām lantas mengawinkan anak perempuan dari rahim (kelahiran) yang satu dengan laki-laki dari rahim (kelahiran) yang lain. Allah Subẖānahu wa Taʿālā Mengisahkan tentang dua anak Adam ʿAlaihis Salām, “Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, ‘Sungguh, aku akan membunuhmu!’ Dia (Habil) berkata, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa, …’” (QS. Al-Maidah: 27) dan seterusnya.

قال ابن كثير رحمه الله :” وكان من خبرهما فيما ذكره غير واحد من السلف والخلف ، أن الله تعالى قد شرع لآدم عليه السلام أن يزوج بناته من بنيه لضرورة الحال ، ولكن قالوا : كان يُولَد له في كل بطن ذكر وأنثى ، فكان يزوج أنثى هذا البطن لذكر البطن الآخر ، وكانت أخت هابيل دَميمةً ، وأخت قابيل وضيئةً ، فأراد أن يستأثر بها على أخيه ، فأبى آدم ذلك إلا أن يقربا قربانًا ، فمن تقبل منه فهي له ، فقربا فَتُقُبِّل من هابيل ولم يتَقَبَّل من قابيل ، فكان من أمرهما ما قص الله في كتابه ” انتهى .

“تفسير ابن كثير” (3 /82) .

Ibnu Katsir —Semoga Allah Merahmatinya— berkata bahwa di antara riwayat tentang mereka berdua adalah sebagaimana disebutkan tidak hanya satu ulama terdahulu dan ulama belakangan bahwa Allah Subẖānahu wa Taʿālā Mensyariatkan bagi Adam ʿAlaihis Salām untuk menikahkan anak perempuannya dengan anak laki-lakinya karena keadaan memaksa demikian. Mereka mengatakan bahwa dari setiap kelahiran beliau ʿAlaihis Salām dikaruniai seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, beliau ʿAlaihis Salām mengawinkan anak perempuan dari rahim (kelahiran) yang satu dengan laki-laki dari rahim (kelahiran) yang lain. Saudari si Habil adalah wanita yang jelek sementara saudari Qabil cantik rupawan, maka dia merasa lebih berhak memilikinya daripada saudaranya. Adam ʿAlaihis Salām tidak menerima keinginannya, kecuali setelah mereka mempersembahkan kurban. Barang siapa yang diterima kurbannya, maka si cantik rupawan ini berhak menjadi miliknya. Lalu, mereka berdua mempersembahkan kurban mereka, dan ternyata yang diterima adalah milik si Habil dan milik Qabil tidak. Dari situlah terjadi masalah antara mereka berdua yang dikisahkan oleh Allah dalam Kitab-Nya. Selesai kutipan. Tafsir Ibnu Katsir (3/82).

وروى ابن أبي حاتم : عن ابن عباس قال : ” نهي أن تنكح المرأة أخاها تَوْأمها ، وأمر أن ينكحها غيره من إخوتها ، وكان يولد له في كل بطن رجل وامرأة ، فبينما هم كذلك ولد له امرأة وضيئة ، وولد له أخرى قبيحة دميمة ، فقال أخو الدميمة : أنكحني أختك وأنكحك أختي . قال : لا أنا أحق بأختي ، فقربا قربانا ، فتقبل من صاحب الكبش ، ولم يتقبل من صاحب الزرع ، فقتله ” قال ابن كثير رحمه الله : إسناده جيد .

“تفسير ابن كثير” (3 /83) .

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas —Semoga Allah Meridainya— yang mengatakan bahwa Adam ʿAlaihis Salām dilarang menikahkan wanita dengan saudara kembarnya, maka beliau ʿAlaihis Salām diperintahkan agar menikahkannya dengan saudaranya dari kelahiran yang lain. Dari setiap kelahiran, beliau ʿAlaihis Salām dikaruniai seorang anak seorang laki-laki dan perempuan. Dengan demikian keadaannya, beliau ʿAlaihis Salām dikaruniai seorang anak perempuan yang rupawan dan yang satunya jelek. 

Saudara si perempuan jelek ini berkata, “Aku menikah dengan saudarimu dan kamu menikahi saudariku.” Saudaranya menimpali, “Tidak! Saya berhak menikahi saudari saya sendiri.” 

Setelah itu, mereka mempersembahkan kurban, ternyata yang diterima adalah yang mengurbankan domba dan yang mengurbankan hasil pertanian tidak diterima, sehingga dia membunuhnya.” Ibnu Katsir —Semoga Allah Merahmatinya— berkata bahwa sanadnya baik. Tafsir Ibnu Katsir (3/83)

وانظر : “تفسير ابن جيري” (10/206) – “تفسير البغوي” (3 /41) – “تفسير الثعلبي” (ص 732) – “الجامع لأحكام القرآن” (6 /134) – “زاد المسير” (2 /332) –”البداية والنهاية” (1 /103) .

Lihat juga Tafsir Ibnu Jīrī (10/206), Tafsir al-Baghawi (3/41), Tafsir ats-Tsa’labi (hal. 732), al-Jāmiʿ li Aẖkām al-Qurʾān (6/134), Zānd al-Māshir (2/332), al-Bidāyah wa an-Nihāyah (1/103).

وإذا ثبت هذا عن الصحابة رضي الله عنهم أو عن بعضهم ، لا سيما عبد الله بن عباس أعلم الناس بتفسير القرآن ، وتتابع العلماء على ما ذكره ، لم يكن هذا من الظن الذي لا يجوز العمل به .

بل أشار ابن كثير في كلامه السابق أنه أمر مقطوع به ، وذلك في قوله : “إن الله شرع لآدم عليه السلام أن يزوج بناته من بنيه لضرورة الحال”.

فقوله : “لضرورة الحال” يقتضي أنه لا يمكن أن يكون الأمر قد وقع بخلاف هذا ، وإلا فكيف جاء سائر الناس ، وكيف تناسلوا ؟ ليس هناك طريق لذلك إلا بتزويج بني آدم لبناته .

والله أعلم .

Jika kisah ini diriwayatkan secara sahih dari para Sahabat —Semoga Allah Meridai mereka— atau dari sebagian mereka, apalagi Abdullah bin Abbas —Semoga Allah Meridainya—, yang merupakan orang yang paling mengerti tentang tafsir al-Quran, lalu apa yang diriwayatkannya diikuti oleh para ulama, maka ini bukan berasal dari dugaan yang terlarang. Bahkan, Ibnu Katsir —Semoga Allah Merahmatinya— dalam ucapannya mengisyaratkan bahwa itu adalah perkara yang pasti, yakni dalam perkataannya, “… bahwa Allah Subẖānahu wa Taʿālā Mensyariatkan bagi Adam ʿAlaihis Salām untuk menikahkan anak perempuannya dengan anak laki-lakinya karena keadaan memaksa demikian.” 

Ucapan beliau —Semoga Allah Merahmatinya— “… karena keadaan memaksa demikian,” artinya bahwa tidak mungkin yang terjadi adalah hal yang selain itu, jika tidak demikian, lalu bagaimana munculnya semua manusia ini? Bagaimana mereka beranak pinak? Tidak ada cara lain untuk melakukan itu kecuali dengan menikahkan putra putri anak Adam. Allah Yang lebih Mengetahui.

Sumber:

https://islamqa.info/ar/answers/154309/زواج-بني-ادم-من-بناته-في-اول-الخلق

PDF sumber artikel.

Pendidikan Anak adalah Amanah Allah

Mendidik, menasihati, dan mengarahkan anak adalah kewajiban bagi setiap orang tua. Hal ini karena pendidikan anak adalah amanah besar yang Allah titipkan. Sebagaimana yang Allah singgung saat menyebutkan sifat-sifat orang beriman,

وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ

Mereka adalah orang-orang yang menjaga amanat-amanat dan janjinya.” (QS. Al-Mu’minun: 8)

Allah ‘Azza Wajalla juga berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَخُونُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓاْ أَمَٰنَٰتِكُمۡ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul, dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَأَوۡلَٰدُكُمۡ فِتۡنَةٞ وَأَنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٞ

Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anak kamu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.” (QS. Al-Anfal: 27-28)

Anak adalah nikmat besar yang Allah berikan kepada para orang tua. Allah mengingatkan tentang nikmat ini,

لِّلَّهِ مُلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُۚ يَهَبُ لِمَن يَشَآءُ إِنَٰثٗا وَيَهَبُ لِمَن يَشَآءُ ٱلذُّكُورَ

Milik Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Asy-Syura: 49)

Oleh karenanya, nikmat yang besar ini menjadi sebuah pertanggungjawaban yang besar pula. Allah menetapkan adanya hak dan kewajiban anak. Dan Allah tetapkan anak sebagai ujian bagi orang tua. Bila mereka mampu menunaikan konsekuensi dari titipan nikmat ini sebagaimana yang Allah perintahkan, maka mereka akan mendapatkan pahala yang besar. Namun, bila teledor dalam menunaikan syukur nikmat ini, maka itu sama saja menceburkan diri pada petaka di akhirat, sesuai kadar keteledorannya.

Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras.” (QS. At-Tahrim: 6)

Ayat ini menjadi alasan yang sangat kuat tentang wajibnya mendidik anak. Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu menerangkan ayat ini dengan pernyataannya yang populer,

علموهم وأدبوهم

Didiklah keilmuan mereka, didiklah akhlak mereka.” (Riwayat At-Thabari di dalam Jami’ Al-Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an, 23: 103)

Amanah pendidikan anak dipertegas oleh hadis sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin. Penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Dan istri adalah pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka. Dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya. Ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari no. 5188 dan Muslim no. 1829)

Kutipan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam “Setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin” adalah pengingat tentang pertanggungjawaban di hadapan Allah di hari kiamat terkait amanah-amanah yang dititipkan. Bahkan, sebagain ulama berpesan,

إن الله يسأل الوالد عن ولدِهِ يومَ القيامةِ قبل أن يسأل الولد عن والدِهِ؛ فَإِنَّهُ كما أن للأب على ابنه حقًا فللابن على أبيه حقٌّ

Allah Ta’ala akan bertanya kepada para ayah tentang anaknya sebelum bertanya kepada anak tentang baktinya kepada kedua orangtuanya. Karena sebagaimana ayah memiliki hak yang besar yang harus ditunaikan anak, maka anak juga memiliki hak yang besar yang harus ditunaikan ayah.” (Tuhfatul Maudud bi Ahkam Al-Maulud, karya Ibnul Qayyim rahimahullah, hal. 229)

Sahabat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,

أَدب ابنك فإنك مسؤول عن وَلَدِك؛

ماذا أَدَبَتَهُ، وماذا عَلَّمْتَهُ، وإنه مسؤول عن برك وطواعيته لك

Didiklah anak Anda karena Anda akan dimintai pertanggungjawaban tentang anak Anda. Nilai apa yang telah Anda tanamkan pada diri anak, ilmu apa yang telah Anda ajarkan. Kemudian anak akan dimintai pertanggungjawaban tentang baktinya kepada Anda.” (Riwayat Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra, hal. 530)

Jadi, sebagaimana Allah ‘Azza Wajalla berpesan kepada para anak untuk berbakti kepada orang tua mereka,

وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ حُسۡنٗاۖ

Kami wasiatkan kepada manusia agar berbakti kepada kedua orang tuanya.” (QS. Al-Ankabut: 8)

Allah juga berpesan kepada para orang tua untuk berbuat baik kepada anak-anaknya dengan memberikan pendidikan kepada mereka.

يُوصِيكُمُ ٱللَّهُ فِيٓ أَوۡلَٰدِكُمۡۖ

Allah titip wasiat kepadamu tentang anak-anakmu..” (QS. An-Nisa’: 11)

Coba perhatikan (susunan ayat tentang wasiat di atas), wasiat Allah kepada para orang tua untuk mendidik anak-anaknya lebih didahulukan daripada wasiat anak untuk berbakti kepada orangtuanya. (Tuhfatul Maudud, karya Ibnul Qayyim, hal. 229)

Selanjutnya, anak itu terlahir dalam keadaan bersih dan di atas fitrah. Jika diajari berdusta, menipu, akhlak-akhlak yang rusak atau kejelekan lainnya, maka itu pasti disebabkan oleh faktor eksternal dari fitrahnya. Bisa disebabkan oleh pendidikan yang buruk dari orang tuanya, atau orang tua yang tidak perhatian dengan pendidikan anaknya, atau disebabkan oleh lingkungan yang buruk seperti teman buruk atau faktor eksternal lainnya.

***

Penerjemah: Ahmad Anshori

Catatan kaki:

Diterjemahkan dari kitab “ ‘Asyru Rokaiz fi Tarbiyatil Abna’ “, karya Syekh Prof. Dr. Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/89903-pendidikan-anak-adalah-amanah-allah.html