Implementasikan Konsep At-Tasamuh di Bulan Ramadan, Beribadah dan Berbuat Baik ke Sesama

Bulan Ramadan kembali hadir, membawa momen spiritual yang selalu ditunggu-tunggu seluruh umat Islam di Indonesia dan seluruh dunia. Tak hanya memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, namun juga kesempatan untuk memperkuat toleransi dan kerukunan antarumat beragama.

Membahas tentang konsep keseimbangan Hablumminallah (hubungan dengan Allah) dan Hablumminannas (hubungan dengan sesama manusia), Kepala Bidang Penyelenggaraan Peribadatan Masjid Istiqlal Jakarta, KH. Bukhori Sail Attahiri menjelaskan pentingnya dua hal ini dijalankan secara bersama tanpa meninggalkan salah satunya.

“Ada yang hanya mementingkan hubungan dirinya dengan Allah, artinya ibadahnya kelihatan rajin banget, tapi tidak peduli dengan tetangganya. Dia justru merasa dirinya itu lebih hebat dari tetangganya yang ibadahnya tidak kelihatan sepertinya. Orang yang demikian bisa dipastikan salah dalam memahami esensi bulan Ramadan,” terang KH. Bukhori di Jakarta Rabu (13/3/2024).

Menurutnya, seorang muslim yang menjalankan puasa tidak bisa mengesampingkan pentingnya berbuat baik pada sesama manusia, atau yang juga dikenal dengan istilah hablumminannas. Berbuat baik terhadap sesama manusia juga berarti saling menghormati antara umat Islam yang berpuasa dengan mereka yang tidak menjalankannya.

  1. Bukhori juga mengatakan bahwa konsep toleransi sebenarnya juga diajarkan dalam Islam. Islam mengenalnya dengan istilah at-tasamuh.Mendalami konsep ini, manusia diajarkan untuk tidak semena-mena lalu melanggar hak dari mereka yang dianggap berbeda.

“Karena kita ini hidup dalam suasana yang damai, berbeda kalau kita sedang dalam situasi perang ya, itu lain lagi kaidahnya. Hidupnya kita di negara Indonesia yang kondusif dan dinaungi oleh peraturan hukum yang berlaku, maka kita semuanya mengacu kepada regulasi Pemerintah serta nilai dan norma masyarakat yang ada,” jelas KH. Bukhori.

Agar rasa toleransi dapat dihayati oleh masing-masing individu, ia juga menyoroti pentingnya saling mengerti dan memahami. Dengan demikian, masyarakat Indonesia bisa tetap kondusif walaupun berbeda suku, golongan, hingga keyakinan.

Menurutnya, semua elemen masyarakat harus saling mengingatkan apabila terjadi keresahan yang ditimbulkan pihak tertentu. Manakala ada satu oknum saja yang bikin onar, dampak buruknya bisa ikut dirasakan masyarakat yang lain.

  1. Bukhori mencontohkan, dulu ada berita orang yang melakukan salat di tengah jalan, sehingga membuat lalu lintas di suatu tempat menjadi terganggu.

“Ibadah salat itu memang kewajiban kita sebagai muslim dan itu bentuk penghambaan manusia kepada Allah. Tapi pelaksanaan salat di tengah jalan tentu tidak dibenarkan karena mengganggu lalu lintas. Dia hanya mengedepankan hubungan dirinya dengan Allah, tapi tidak memperhatikan hak-hak manusia lainnya untuk berlalu lintas. Oknum yang demikian bisa dikatakan ilmu agama dan pemahaman keislamannya masih rendah,” imbuh KH. Bukhori.

Dirinya pun berpesan pada umat Islam agar dapat menjadikan ibadah puasa di tahun ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri. Walaupun diharuskan menahan lapar dan haus, ibadah puasa tidak hanya menyoal perkara jasmani, namun juga sebagai sarana perbaikan aspek rohani.

Ia menambahkan bahwa menjalankan puasa berarti harus menghindari berprasangka atau bahkan mengatakan keburukan tentang orang lain (ghibah). Jika melakukannya, berarti puasanya tidak sempurna karena hanya memperhatikan aspek jasmani namun meninggalkan kerohaniannya, khususnya dalam menjaga lisan dari perkataan yang buruk.

“Andaikata kita makan atau minum ketika menjalankan ibadah puasa, maka puasanya batal. Ketika kita sanggup menahan untuk tidak makan atau minum hingga waktu berbuka tiba, namun kita masih menyibukkan diri kita dengan memperbincangkan kejelekan orang lain, maka sulit untuk mengatakan bahwa puasa kita ada nilai pahalanya,” tambah KH. Bukhori.

Ia menegaskan, jika dalam berpuasa masih menyakiti orang lain melalui perkataan atau perbuatan, maka sebenarnya yang demikian tidak menghayati puasanya. Orang yang sungguh-sungguh dalam ibadah puasa adalah mereka yang mencari ridha Allah SWT sekaligus menjaga kerukunan dengan sesama manusia.

Menurut KH. Bukhori, keberhasilan dalam menjalankan ibadah puasa akan menunjukkan kadar ketakwaan seseorang di hadapan Allah. Dalam ajaran Islam, orang yang bertakwa adalah orang-orang yang bisa memilih yang terbaik dan menghindari yang dilarang oleh Tuhannya.

“Manusia yang bisa menjauhi apa yang dilarang oleh Allah SWT adalah yang dapat dikatakan bertakwa. Memiliki ketakwaan berarti punya kesadaran dan berupaya melalui tindakan preventif, supaya ia tidak termasuk dalam jurang yang dilarang oleh Allah SWT,” pungkas KH. Bukhori.

ISLAMKAFFAH

Telaah Makna Hadis Qudsi, Puasa Itu Milik Allah

Salah satu hadis yang populer perihal keutamaan puasa dibandingkan dengan ibadah lain, adalah bahwa pahala puasa itu milik Allah, dan Allah sendiri yang langsung akan membalasnya.  روى البخاري ومسلم وغيرهما من حديث أبي هريرة – رضي الله عنه ، قال : قال رسول الله ﷺ : قال الله – عز وجل – : كل عمل ابن آدم له الحسنة بعشر أمثالها إلى سبع مئة ضعف، قال الله – عز وجل – : إلا الصيام، فإنه لي، وأنا أجزي به، إنه ترك شهوته وطعامه وشرابة من أجلي ، للصائم فرحتان فرحة عند فطره، وفرحة عند لقاء ربه، ولخلوف فم الصائم أطيب عند الله من ريح المسك

Hadis ini menunjukkan keutamaan puasa dibandingkan dengan ibadah lainnya. Pahala puasa tidak seperti ibadah lain, melainkan Allah SWT sendiri yang akan membalasnya dengan pahala yang tidak terhingga. Lantas apa maksud dari hadis tersebut?

Hadis perihal keutamaan puasa bahwa Allah Swt sendiri yang akan membalasnya diriwayatkan oleh Imam Bukhari Dan Imam Muslim berikut:

 Artinya:” Al-Bukhari, Muslim dan lain-lain meriwayatkan dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu Dia berkata:” Rasulullah SAW bersabda:”Allah swt berfirman:”Untuk Setiap amal anak Adam, maka amal kebaikannya akan dibalas sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat, Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Agung berfirman:

”Kecuali puasa, itu untukku, dan aku akan membalasnya. Dia meninggalkan syahwatnya. ,makanan dan minuman demi Aku.” Orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka, dan kegembiraan ketika bertemu dengan Tuhannya, dan bau mulut orang yang berpuasa lebih baik di sisi Allah dari pada bau misik.”

Syaikh Syamsuddin Muhammad Bin Ahmad As Safarini Al Hanbali dalam kitabnya Kasyful Litsam Syarh Umdah Al Ahkam memberi penjelasan bahwa pengecualian pahala puasa dari ibadah lainnya menunjukkan bahwa pahala puasa lebih banyak dilipatgandakan pahalanya daripada ibadah ibadah lain. Karena puasa adalah ibadah yang melatih kesabaran. Dan pahala orang yang sabar tidak dapat dihitung. Penjelasan lengkapnya sebagai berikut:

فعلى الرواية الأولى يكون استثناء الصوم من الأعمال المضاعفة، فتكون الأعمال كلها تضاعف بعشر أمثالها إلى سبع مئة ضعف، إلا الصيام، فإنه لا ينحصر تضعيفه في هذا العدد، بل يضاعفه الله أضعافاً كثيرة بغير حصر عدد؛ فإن الصيام من الصبر، وقد قال تعالى : ﴿ إِنَّمَا يُوَفَى الصَّبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ ﴾ [الزمر : ١٠]، ولهذا ورد عنه : أنه سمى شهر رمضان : شهر الصبر

Artinya:” Menurut riwayat yang pertama, puasa dikecualikan dari amalan yang dilipatgandakan, maka segala amalan dilipatgandakan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa, karena penggandaannya tidak terbatas pada jumlah tersebut, melainkan Allah melipatgandakannya berkali-kali lipat tanpa membatasi jumlahnya karena Puasa adalah salah satu bentuk kesabaran, dan Allah SWT berfirman:

“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang diberi pahalanya dengan penuh tanpa hisab” [Al-Zumar: 10], dan oleh karena itu diriwayatkan bahwa bulan Ramadhan juga dinamakan bulan kesabaran.”

Syaikh Al Hafidz Ibnu Rajab dalam kitab Lathaiful Ma’arif menafsirkan hadits qudsi tentang pahala puasa. Beliau mengatakan bahwa pahala puasa tidak dihitung seperti amal ibadah lainnya. Pahala puasa disimpan khusus oleh Allah SWT dan tidak dapat dibagikan untuk menebus dosa atau kezaliman.

Amal ibadah lain, seperti sholat, zakat, dan haji, dapat digunakan untuk menebus dosa. Namun, pahala puasa berbeda. Pahala puasa disimpan untuk membuka pintu surga bagi orang yang berpuasa. Dari pahala puasa inilah seseorang akan dimasukkan ke dalam surga. Penjelasan lengkapnya sebgai berikut:

قال الحافظ ابن رجب في كتابه لطائف المعارف» : ومن أحسن ما قيل على الرواية الثالثة  من كون الاستثناء يعود إلى التكفير بالأعمال : ما قاله سفيان بن عيينة – رحمه الله تعالى ؛ حيث قال : إن هذا من أجود الأحاديث وأحكمها، فإذا كان يوم القيامة، يحاسب الله عبده، ويؤدي ما عليه من المظالم من سائر عمله، حتى لا يبقى إلا الصوم، فيتحمل الله عز وجل – ما بقي عليه من المظالم، ويدخله بالصوم الجنة 

Artinya: Al-Hafiz Ibnu Rajab berkata dalam kitabnya Lata’if al-Ma’arif: “Salah satu yang terbaik yang pernah dikatakan mengenai narasi ketiga mengenai fakta bahwa pengecualian mengacu pada penebusan amal adalah apa yang dikatakan Sufyan bin Uyaynah berkata  semoga Allah Swt merahmatinya, beliau berkata:

“Ini adalah salah satu hadis yang paling baik dan bijaksana, sehingga ketika hari kiamat tiba, Allah akan meminta pertanggungjawaban hamba-Nya dan membayar kesalahan-kesalahan yang harus dia lakukan dari semua pekerjaannya, hingga tidak ada yang tersisa kecuali puasa, dan Allah akan menanggungnya. sisa kesalahannya dan memasukkannya ke surga dengan berpuasa.” (Kasyful Litsam Syaarh Umdah Al Ahkam halaman 21)

Demikian penjelasan tentang apa makna hadis qudsi “pahala puasa allah yang langsung membalasnya”? semoga bermanfaat Wallahu a’lam bissawab.

BINCANG SYARIAH

Kebahagiaan di Balik Ahli Quran

Al-Qur’an merupakan kalamullah yang redaksinya langsung bersumber dari Allah Ta’ala melalui Malaikat Jibril ‘alaihis salam untuk diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidakkah terpikirkan oleh kita, sejenak saja, tentang sebuah pertanyaan, “Kenapa kita ditakdirkan menjadi seorang muslim?” Sebuah pertanyaan yang sejatinya merupakan renungan agar kita bersyukur dengan sungguh-sungguh karena menyadari betapa besar nikmat Islam dan iman ini. Menjadi seorang muslim di mana Al-Qur’an merupakan pedoman hidup duniawi dan ukhrawi bagi kita adalah anugerah yang sangat agung yang patut kita syukuri setiap waktu.

Kitab suci yang mengandung segala hal yang berkaitan dengan kunci-kunci sukses dunia dan akhirat. Warisan yang amat berharga yang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam disebut sebagai pegangan yang dengannya kita tidak akan tersesat selamanya.

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ

Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Malik, Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Hadis ini disahihkan oleh Syekh Salim Al-Hilali di dalam At-Ta’zhim wa Al-Minnah fi Al-Intishar As-Sunnah, hal. 12-13)

Ajaibnya Al-Qur’an

Al-Qur’an, sebuah kitab di mana karena mentadaburinya, banyak ilmuwan cerdas (yang sebelumnya menganggap akal adalah di atas segalanya) serta merta tunduk kepada Islam dan menyatakan dirinya sebagai seorang muslim melalui syahadatain.

Kitab suci yang tidak ada satu makhluk pun yang mampu mendatangkan, walaupun satu saja dari 6236 ayat yang terkandung di dalamnya. Allah Ta’ala berfirman,

فَاِنْ لَّمْ تَفْعَلُوْا وَلَنْ تَفْعَلُوْا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِيْ وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ

Jika kamu tidak mampu membuatnya, dan (pasti) tidak akan mampu, maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 24)

Sebagai seorang muslim pun, membacanya saja kita mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

Siapa saja yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut. Satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya. Dan aku tidak mengatakan الم satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan disahihkan di dalam kitab Shahih Al-Jami’, no. 6469)

Kalamullah yang mulia, dengannya para ahli Qur’an mendapatkan syafa’at karena banyak membacanya selama hidup di dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya.” (HR. Muslim dari Abu Umamah Al-Bahily radhiyallahu ‘anhu.)

Penyebab hati yang berat

Namun, semulia-mulianya janji Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya melalui keagungan Al-Qur’an, ada saja yang masih enggan untuk menjadi seorang ahli Qur’an. Buktinya, meskipun telah mengetahui pahala yang berlipat ganda, rasanya masih ada rasa berat untuk benar-benar menjadikan Al-Qur’an sebagai prioritas dalam kehidupan.

Tak peduli bahwa seseorang itu telah mengkhatamkan ilmu tajwid, pernah belajar tahsin, ataupun sudah pernah hafal Al-Qur’an. Tetapi, kenapa kadangkala ada saja penghalang untuk membuka hati untuk benar-benar menjadi ahli Al-Qur’an?

Mungkin, termasuk kita yang sedang membaca artikel ini. Bolehlah kita sebentar bertanya, pada diri sendiri. Di manakah Al-Qur’anku kini? Kapan aku terakhir membacanya? Kapan terakhir aku mentadaburinya? Sudah rampungkah ilmu tajwid dan sudah benarkah bacaan Qur’anku? Dari puluhan tahun kesempatan hidup di dunia, sudah berapa ayat yang sanggup kuhafalkan dan masih tersimpan dalam memori hafalanku? Adakah hafalan baru yang kuterapkan dalam salatku?

Bahkan, renungkan dan tanyakan pada diri, kitakah orangnya yang kini benar-benar memahami keutamaan Al-Qur’an, tetapi masih belum tergerak untuk senantiasa menjadikannya pedoman hidup?

Saudaraku, mungkin, masih ada dosa yang menghalangi kita untuk melakukan amalan mulia itu. Sebagaimana disebutkan dalam Kitab Latha’iful Ma’arif, bahwa seseorang berkata kepada Ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu,

ما نستطيع قيام الليل؟

Mengapa kami tidak mampu melakukan salat malam?

Beliau pun menjawab,

أقعدتكم ذنوبكم

Dosa-dosa kalian telah menghalangi kalian.” (Latha’iful Ma’arif, hal. 46)

Kebahagiaan di balik ahli Qur’an

Ada hal penting yang mungkin belum kita sadari tentang Al-Qur’an. Bahwa ketika hati kita tergerak untuk membacanya, sesungguhnya Allah Ta’ala sedang ingin berbicara kepada kita melalui perantara Al-Qur’an Al-Karim. Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

“Jika kamu telah mendengar bahwa Allah berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman’, maka fokuskanlah pendengaranmu, karena (di sana) terdapat kebaikan yang diperintahkan atau keburukan yang dilarang.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1: 374)

Membaca Al-Qur’an sama dengan membaca kalamullah. Kandungan Al-Qur’an berupa perintah dan larangan, kisah-kisah, peringatan tentang hari kiamat, tauhid, akidah, hukum, akhlak, ilmu pengetahuan, dan berbagai substansi mahapenting lainnya. Adalah kalimat-kalimat yang tak ternilai harganya jika kita mampu menghadirkan perasaan bahwa membaca dan mentadaburi Al-Qur’an tersebut berarti Allah sedang berbicara kepada kita.

Tidakkah hati ini bahagia tatkala mengetahui bahwa Allah Ta’ala sedang berbicara kepada kita?

Sebaliknya, terkadang kita enggan membacanya, bahkan menyentuh mushaf pun terasa amat berat. Padahal, kitab suci tersebut ada dekat dengan fisik kita, terletak manis di atas meja, atau terpampang kokoh di dalam lemari. Setiap hari kita bisa lihat. Namun, ada saja hal yang memalingkan kita dari menyentuhnya, membuka lembar demi lembar isi kandungannya, serta mambacanya.

Atau, ketika kita hidup di zaman dengan kecanggihan teknologi di mana belajar membaca Al-Qur’an tidak lagi menjadi perkara yang sulit. Justru sangat mudah bagi kita untuk dapat mengakses sumber-sumber pembelajaran yang berkualitas, bahkan kita dapat memperolehnya dengan cuma-cuma (gratis) seperti di channel-channel yang menyediakan konten belajar Al-Qur’an atau situs-situs website yang memberikan akses untuk mendapatkan e-book gratis untuk belajar. Lalu, kenapa hati ini masih berat untuk tergerak memanfaatkan fasilitas yang telah Allah anugerahkan kepada kita tersebut?

Allah Ta’ala berfirman,

خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْ ۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ

Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka telah tertutup.” (QS. Al-Baqarah: 7)

Maka, sadarilah bahwa bisa saja hal itu bermakna bahwa Allah Ta’ala sedang tidak ingin berbicara kepada kita. Tidakkah hati ini tergerak untuk segera berupaya mencari jalan agar mendapatkan kemudahan dalam membaca Al-Qur’an dan hati terdorong untuk selalu bersamanya?

***

Penulis: Fauzan Hidayat

Sumber: https://muslim.or.id/92197-kebahagiaan-di-balik-ahli-quran.html
Copyright © 2024 muslim.or.id

Zionis Berupaya Mengecoh Umat Islam untuk Beli Kurma Israel

Komisi Hak Asasi Manusia Islam (IHCR) memperingatkan umat Islam dan para pendukung Palestina agar tidak terkecoh Zionis yang berupaya menjual produk mereka dengan label yang menyesatkan.

Melalui sebuah video kampanye, IHCR memperingatkan umat Islam untuk tidak makan kurma Israel selama Ramadan ini. Lembaga HAM itu mengatakan demi menghadapi boikot, para produsen kurma Israel menggunakan cara-cara yang lebih licik untuk menjual produk mereka.

Cara-cara tersebut yakni dengan menggunakan nama-nama merek berbahasa Arab, menulis “Produk Palestina” pada label, atau bahkan menggunakan bendera Palestina. Kadang-kadang tidak ada pelabelan sama sekali – yang melanggar hukum.

Tanda peringatan lainnya adalah harga kurma Israel mungkin lebih murah daripada kurma Palestina karena pemerintah Israel memberikan subsidi kepada perusahaan-perusahaan tersebut.

Inggris adalah pasar kurma terbesar kedua di Israel dan sebagian besar kurma Medjool berasal dari Israel. Selain itu, hampir semua kotak kurma tanpa label berasal dari Israel.

IHRC mengatakan bahwa konsumen perlu memeriksa label untuk mengetahui asal barang karena rincian kontak produsen/importir harus ada pada label. Jika ragu, konsumen harus menghubungi importir untuk mendapatkan klarifikasi mengenai asal kurma tersebut.

Jika kemasan tidak secara jelas menunjukkan asal barang atau rincian produsen/importir tidak ditampilkan pada kemasan, maka hal ini harus dilaporkan ke standar perdagangan lokal yang memiliki kewajiban untuk menyelidiki dan jika perlu, menarik barang tersebut dari rak.

Namun menurut IHRC, bahkan label “Dibuat di Palestina” (Made in Palestine) pun tidak lagi menjadi jaminan bahwa Anda tidak membeli kurma pendudukan Israel.

Kecuali jika berasal dari sumber terpercaya Palestina seperti Zaytoun atau Yaffa, IHRC memperingatkan untuk tidak membelinya.

Permukiman Israel yang dibangun di atas tanah Palestina ditetapkan ilegal oleh Mahkamah Internasional dan 60% kurma Israel ditanam di permukiman ini. Sementara itu, 80% kurma dari permukiman diekspor dengan Inggris sebagai pasar terbesar kedua bagi Israel.

Pada tahun 2005, masyarakat sipil Palestina memprakarsai seruan bagi orang-orang yang memiliki hati nurani di seluruh dunia untuk Boikot, Divestasi, dan Sanksi Israel hingga mereka mematuhi hukum internasional dan hak-hak Palestina.

Seruan ini didukung oleh lebih dari 170 organisasi Palestina yang mewakili seluruh lapisan masyarakat, termasuk para petani.*

HIDAYATULLAH

Yang Perlu Diperhatikan saat Berbuka Puasa

Ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari saat buka puasa.

Ada beberapa hal yang dianjurkan untuk dihindari atau dilarang, untuk menjaga keberkahan dan kesucian ibadah puasa. 

Ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari saat buka puasa, di antaranya tidak boleh berlebihan dalam makan dan minum. Disarankan untuk buka puasa dengan makanan yang ringan terlebih dahulu, seperti kurma dan air putih, dan tidak langsung makan berat dalam jumlah banyak agar tidak memberatkan lambung.

Intinya, jangan berlebihan saat berbuka puasa. Perbuatan berlebihan yang melampaui batas selain merusak dan merugikan, Allah juga tidak menyukainya. Setiap pekerjaan yang tidak disukai Allah, kalau dikerjakan juga, tentu akan mendatangkan bahaya.

Dalam surat al-A’raf ayat 31, Allah SWT berfirman: 

 يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ

Artinya: “Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS Al-A‘raf [7]:31)

Menukil Tafsir Tahlili Kemenag, dalam ayat ini, Allah mengatur urusan makan dan minum. Dengan turunnya ayat ini, makanan dan minuman itu harus disempurnakan gizinya dan diatur waktu menyantapnya dengan terpelihara kesehatannya. Dengan begitu manusia lebih kuat mengerjakan ibadah. 

Makanan dan minuman yang berlebihan berakibat terganggunya kesehatan. Karena itu, Allah melarang berlebihan dalam makan dan minum.

Larangan berlebihan itu juga mengandung beberapa arti. Di antaranya sebagai berikut:

Arti pertama, janganlah berlebihan dalam porsi makan dan minum itu sendiri. Sebab, makan dan minum dengan porsi yang berlebihan dan melampaui batas akan mendatangkan penyakit. 

Kedua, jangan berlebihan dalam berbelanja untuk membeli makanan atau minuman, karena akan mendatangkan kerugian. Kalau pengeluaran lebih besar dari pendapatan, akan menyebabkan hutang yang banyak. Oleh sebab itu, setiap orang harus berusaha agar jangan besar pasak dari tiang.

Dalam buku “Ramadhan antara Syariat dan Tradisi”, 

Ustadz Ahmad Sarawat mengatakan, menghidangkan makanan yang terlalu banyak sehingga sampai jatuh pada sikap tabdzir dan israf, juga tidak dianjurkan dalam berbuka. Allah SWT tidak suka kepada orang-orang yang bersikap tabdzir, sebagaimana firman Allah di dalam Alquran surah Al-Isra’: 26-27:

وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا. اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْٓا اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِ ۗوَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”

Menurut Ustadz Ahamad, esensi puasa itu adalah menahan diri dan mengekang hawa nafsu. Karena itu, jangan merusak ibadah berbuka puasa dengan makan secara berlebihan.

“Jangan sampai begitu waktu habis, orang kemudian langsung saja mengumbar hawa nafsunya seenaknya,” katanya.

Dalam berbuka juga dilarang mengkonsumsi makanan dan minuman yang diharamkan Allah. Karena itu, saat berbuka puasa pastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi adalah halal dan baik menurut syariat Islam. Sebaiknya memilih makanan yang bergizi dan baik untuk kesehatan, serta menghindari makanan yang terlalu banyak gula, lemak, atau pengawet.

Dianjurkan untuk segera buka puasa setelah masuk waktu Maghrib tanpa penundaan yang tidak perlu. Dan jangan lupa, berdoalah sebelum makan sebagai tanda syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. 

IHRAM

Beberapa Mitos Membatalkan Puasa yang Beredar di Masyarakat

Puasa di Bulan Ramadhan adalah salah satu ibadah wajib yang harus dilaksanakan oleh umat Islam. Ibadah ini pun memiliki aturan soal hal-hal yang dilarang dilakukan selama pelaksanaannya. Seperti dilarang makan dan minum, memiliki nafsu syahwat, keluarnya darah karena haid dan nifas, dan lain sebagainya.

Meskipun sudah ada aturan umum yang jelas, namun masih ada pula mitos yang membatalkan puasa yang membuat banyak orang bingung. Penasaran apa saja mitosnya? Yuk, simak beberapa Mitos yang Membatalkan Puasa, Benarkah?

Menangis

Mitos yang membatalkan puasa yang pertama adalah menangis. Menangis adalah respon tubuh ketika mendapatkan rangsangan emosional (sedih atau bahagia), maupun rangsangan zat tertentu seperti saat memotong bawang. Proses keluarnya cairan bening seperti air dari mata ini kerap dianggap membuat puasa kita batal. tidak sedikit orang yang percaya dengan mitos yang membatalkan puasa ini.

Faktanya, menangis tidak membatalkan puasa karena cairan yang keluar bukanlah kotoran yang masuk ke kategori najis. Kecuali jika Mama dengan sengaja menelan air mata saat menangis, barulah puasa yang dijalankan akan batal.

Keramas

Banyak orang yang mempercayainya lantaran keramas dianggap menjadi upaya menyegarkan diri saat lelah menjalankan puasa. Juga, karena masuknya air ke sela-sela pori-pori kepala. Sehingga aktivitas mencuci rambut ini dianggap membuat ibadah puasa tidak sah.

Kenyataannya, tidak ada hadist maupun ajaran yang membenarkan hal ini. Sebab, Allah SWT justru mewajibkan umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan. Keramas yang dilakukan saat puasa tidak akan membatalkan puasamu selama niatnya adalah untuk membersihkan diri.

Kumur-Kumur

Masih tentang kegiatan yang berkaitan dengan air, kumur-kumur juga masuk ke dalam daftar mitos yang membatalkan puasa. Saat puasa, tentu kita tetap wajib menjalankan ibadah sholat lima waktu, bahkan mengusahakan ibadah sholat sunnah lainnya. Nah, banyak orang yang ragu untuk berkumur saat wudhu sebelum menunaikan sholat, lantaran hal ini dianggap membatalkan puasa. Tentu saja ini adalah mitos. Karena berkumur hanya mencuci area mulut, tidak masuk ke kerongkongan.

Dan sama seperti keramas, berkumur juga tindakan untuk menjaga kebersihan. Sehingga hal ini diperkenankan selama menjunjung niat untuk membersihkan diri, dan air tidak tertelan dengan sengaja.

Gosok Gigi

Kita pasti sering merasa kurang nyaman dengan bau mulut yang diakibatkan dari berpuasa. Untuk mengatasinya, kita bisa menggosok gigi dengan sikat dan pasta gigi. Tapi, apakah kegiatan ini membatalkan puasa?

Jawabannya, tidak. Sebab, gosok gigi juga merupakan tindakan untuk membersihkan diri di area mulut tanpa masuk ke kerongkongan. Meskipun begitu, rasa dan sensasi segar yang ditimbulkan dari pemakaian pasta gigi memang dianggap makruh. Jadi, lebih baik jika Mama menggosok gigi setelah sahur, dan setelah berbuka puasa.

Donor Darah

Donoh darah biasanya dilakukan sebagai kegiatan rutin untuk menyumbangkan darah ke orang yang membutuhkan. Di bulan Ramadhan, Mama ternyata tetap bisa melakukannya karena mitos yang membatalkan puasa ini tidak benar.

Ya, donor darah atau tindakan pengambilan darah untuk sampel tidak akan membatalkan puasa. Sebab, darah yang keluar adalah darah bersih, dan tidak ada cairan yang disuntik masuk ke aliran darah saat proses pengambilan darah terjadi.

Meneteskan Obat Tetes Mata

Buat seseorang yang rentan mengalami iritasi ringan pada mata atau terbiasa menggunakan softlens, obat tetes mata pasti selalu digunakan. Ini juga menjadi mitos yang membatalkan puasa, karena masuknya cairan melalui mata. Apakah itu benar? Jawabannya, salah. Sebab, cairan obat tetes mata hanya masuk melalui mata yang bukan merupakan sarana untuk makan dan minum. Pada kondisi yang penting serta darurat, meneteskan obat tetes mata saat puasa diperbolehkan.

Berbohong

Segala tindakan tercela sudah seharusnya kita hindari kapan saja. Berbohong dianggap sebagai mitos yang membatalkan puasa, karena sebenarnya tindakan ini bukan benar-benar membuat puasa batal, melainkan mengurangi pahala puasa yang sudah ditunaikan.

Setelah seharian berpuasa dengan letih menahan makan dan minum serta hawa nafsu lainnya, kita pasti tidak mau pahala yang didapat akan berkurang karena berbohong? Makanya, sudah sepatutnya kita menjaga sifat jujur dimana pun dan kapan pun.

Tidak Sengaja Makan atau Minum

Mitos yang membatalkan puasa ini sering bikin banyak orang ragu untuk meneruskan puasanya. Padahal, puasa yang dijalani tidak akan batal, asalkan Mama segera berhenti makan dan minum begitu teringat sedang berpuasa. Kemudian, Mama diperbolehkan melanjutkan kembali ibadah puasa tersebut sampai waktu berbuka yang ditentukan.

Kentut

Tidak diketahui bermula dari mana, namun mitos yang satu ini meluas di berbagai daerah dan tidak sedikit orang yang mempercayainya. Kentut tentu saja tidak membatalkan puasa. Tidak ada ajaran sah yang menyebutkan bahwa kentut adalah hal yang membuat puasa batal. Jadi, kita tidak perlu menahan kentut sampai maghrib.

ISLAMKAFFAH

Tips Istiqomah Beribadah di Bulan Ramadhan!

Berikut materi Kultum Ramadhan singkat tentang tips istiqomah semangat beribadah di bulan Suci Ramadhan.  Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah dan ampunan. Di bulan ini, umat Islam di seluruh dunia diwajibkan untuk berpuasa dari terbit hingga terbenamnya matahari. Selain itu, bulan Ramadhan juga menjadi momen yang tepat untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ الْوَفَا أَمَّا بَعْدُ.

Alhamdulillah kita telah memasuki awal Ramadhan. Bulan yang teramat dinanti-nantikan umat muslim seluruh dunia, karena dipenuhi dengan limpahan pahala dan keberkahan dari Allah SWT. Ketika diumpamakan, bulan Ramadhan laksana hamparan ladang yang ditumbuhi aneka pohon berbuah lebat. Kita bisa memanennya sesuka dan sebanyak mungkin. 

Jamaah Pendengar Kultum Ramadhan Singkat yang berbahagia

Semakin rajin kita memetiknya maka semakin banyak pula buah-buahan yang diperoleh. Saat Ramadhan, buah-buah itu adalah limpahan pahala yang bisa diraih dengan amal ibadah. Semakin giat ibadah yang dilakukan seseorang maka semakin banyak pula pahala yang ia peroleh. 

Namun perlu diingat, perihal ibadah adalah persoalan iman. Tentu saja bisa naik dan di saat yang lain akan melandai. Sering kali ketika memasuki awal bulan Ramadhan semangat ibadah masih aman. Masjid dan mushala masih ramai dipenuhi jamaah shalat tarawih, suara tadarus Al-Qur’an masih lantang terdengar dimana-mana, dan sejumlah ritual keagamaan lainnya masih riuh-ramai, terutama yang khas Ramadhan. 

Jamaah Pendengar Kultum Ramadhan Singkat yang berbahagia

Sayangnya begitu memasuki separuh bulan terakhir, semangat ibadah tidak lagi sebesar di fase awal. Jamaah tarawih mulai berguguran satu persatu, semangat tadarus Al-Qur’an mulai menurun, dan sebagainya. Sebab itu, berikut adalah tips-trik yang bisa kita lakukan agar semangat ibadah tetap terawat selama Ramadhan. 

Pertama Jangan Makan Terlalu Kenyang 

Ajaran Islam, ketika Ramadhan umat Muslim diwajibkan untuk berpuasa sejak waktu imsak sampai maghrib tiba, namun momen berbuka kadang menjadi semacam kesempatan untuk balas dendam. Segala macam hidangan disajikan di meja makan. Akibatnya perut terlalu kenyang. Padahal, Allah swt menegaskan bahwa berlebihan dalam konsumsi makanan tidak baik. Dalam Al-Qur’an disebutkan;

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّه لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ 

Artinya, “Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS Al-A’raf: 31). 

Ayat ini secara tegas melarang kita untuk bertindak berlebihan. Sesuatu yang baik akan mengundang petaka jika dilakukan melampaui batas. Dalam konteks Ramadhan, makan terlalu berlebihan bisa menyebabkan kita tertinggal banyak kesempatan ibadah yang balasan pahalanya berkali-kali lipat dibanding pada bulan-bulan lainnya.

Terkait batas konsumsi makanan yang ideal, Rasulullah saw juga pernah bersabda;

مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ، بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ 

Artinya, “Tiada tempat yang manusia isi yang lebih buruk daripada perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun, jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas.” (HR At-Tirmidzi). 

Jamaah Pendengar Kultum Ramadhan Singkat yang berbahagia


Menguatkan hadits di atas, Imam As-Syafi’i juga pernah menyampaikan;

الشَّبْعُ يُثْقِلُ الْبَدَنَ، وَيُقْسِي الْقَلْبَ، وَيُزِيْلُ الْفِطْنَةَ، وَيُجْلِبُ النَّوْمَ، وَيُضْعِفُ صَاحِبَهُ عَنِ الْعِبَادَةِ 

Artinya, “Makan terlalu kenyang membuat berat badan naik, menjadikan hati keras, menghilangkan kecerdasan, menyebabkan kantuk, dan menjadikan malas beribadah.” (Abu Nu’aim Al-Ashfihani, Ḥilyatul Auliyā, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 1988], juz IX, halaman 127). 

Kedua Hindari Perbuatan Maksiat 


Dosa yang diperbuat oleh seorang Muslim akan mempengaruhi kualitas spiritualnya, yaitu dengan menyebabkan pelakunya malas beribadah. Tentu kita tidak berharap kesempatan memperbanyak ibadah selama Ramadhan terlewat begitu saja sebab pengaruh dosa yang kita perbuat. Berkaitan dengan hal ini, Ibnu Abbas pernah berkata;

إِنَّ لِلْحَسَنَةِ ضِيَاءً فِي الْوَجْهِ، وَنُوْرًا فِي الْقَلْبِ، وَسَعَةً فِي الرِّزْقِ، وَقُوَّةً فِي الْبَدَنِ، وَمَحَبَّةً فِي قُلُوبِ الْخَلْقِ، وَإِنَّ لِلسَّيِّئَةِ سَوَادًا فِي الْوَجْهِ، وَظُلْمَةً فِي الْقَبْرِ وَالْقَلْبِ، وَوَهْنًا فِي الْبَدَنِ، وَنَقْصًا فِي الرِّزْقِ، وَبُغْضَةً فِي قُلُوبِ الْخَلْقِ 

Artinya, “Sesungguhnya pada kebaikan terdapat sinar pada wajah, cahaya dalam hati, kelapangan dalam rezeki, kekuatan pada badan, dan kecintaan pada hati makhluk. Sesungguhnya pada kejelekan terdapat kegelapan pada wajah, gulita pada alam kubur dan hati, kelemahan pada badan (untuk beribadah), kekurangan dalam rezeki, dan kebencian pada hati makhluk.” (Abdul Majid Kisyk, Fi Riḥābit Tafsīr, juz XIV, halaman 3316). 

Jamaah Pendengar Kultum Ramadhan Singkat yang berbahagia

Ketiga Jangan Berlebihan dalam Beribadah 

Ingat sesuatu yang berlebihan tidak baik, sekalipun dalam hal beribadah. Dalam melakukan amalan-amalan sunnah selama Ramadhan, kita perlu melakukannya secara proporsional dengan mengukur sejauhmana kemampuan yang kita miliki.

 Jangan sampai karena terlalu banyak porsi ibadah yang dilakukan, akhirnya memberatkan diri sendiri sehingga merasa ‘kapok’ untuk meneruskannya. Rasulullah saw pernah bersabda;

خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوْا وَأَحَبُّ الصَّلَاةِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّتْ وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلَاةً دَاوَمَ عَلَيْهَا 

Artinya, “Lakukanlah amal-amal yang kalian sanggup melaksanakannya, karena Allah tidak akan berpaling (dalam memberikan pahala) sampai kalian yang lebih dahulu berpaling (dari mengerjakan amal).” Dan shalat yang paling Nabi saw cintai adalah shalat yang dijaga kesinambungannya sekalipun sedikit. Dan Beliau bila sudah biasa melaksanakan shalat (sunnah) akan melakukannya dengan konsisten.” (HR Al-Bukhari). 

Terdapat suatu hadits riwayat Al-Bukhari pernah dikisahkan bahwa Rasulullah saw memarahi sekelompok sahabat yang memiliki semangat ibadah berlebihan sehingga dikhawatirkan membahayakan pengamalnya. Saat itu mereka ada yang bertekad menghabiskan seluruh malamnya untuk beribadah, berpuasa setiap hari, bahkan ada yang berniat membujang seumur hidup demi fokus beribadah. Nabi yang mendengar kabar ini segera menegur mereka dengan tegas. 

Jamaah Pendengar Kultum Ramadhan Singkat yang berbahagia

Semoga di bulan Ramadhan ini senantiasa kita penuhi dengan semangat ibadah yang terawat sampai bulan suci berpamit. Ingat tak hanya banyak ibadah yang kita lakukan, tapi akan jauh lebih baik jika kita mampu menjalaninya dengan konsisten dan penuh penghayatan. Demikian semoga bermanfaat. 

BINCANG SYARIAH

Doa Awal Ramadhan

Sungguh gembira, kita telah memasuki bulan suci Ramadhan. Tepatnya hari Selasa, 12 Maret 2024 Pemerintah Indonesia telah menetapkannya sebagai awal 1 Ramadhan 1445 Hijriah. Dalam rangka menyambut bulan suci ini umat muslim diharapkan untuk menyambutnya dengan suka cita. Nah berikut doa awal Ramadhan.

Sebagaimana dengan firman Allah SWT dalam QS Yunus: 58 berikut ini.

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ

Artinya: Sampaikanlah wahai Nabi Muhammad, bersama karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaknya bersama itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan dari harta benda, (Q.S Yunus: 58).

Bahkan perlu kita ketahui, sejak zaman Rasulullah SAW, para sahabat dan ulama pun menyambut kehadiran bulan Ramadhan dengan penuh suka cita, dan melepasnya dengan tangisan. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis Dorrutun Nasihin yang berbunyi:

Artinya: “Siapa yang bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.”

Selain itu, umat muslim juga bisa mengamalkan doa-doa menyambut datangnya Ramadhan. Berikut ini doa-doa untuk menyambut Ramadhan sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.

Doa Awal Bulan Ramadhan Sesuai Sunnah

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam At-Thabrani dan Imam Ad-Dailami, Nabi Muhammad SAW mengamalkan doa berikut:

اللَّهُمَّ سَلِّمْنِيْ لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِيْ وَسَلِّمْهُ مِنِّيْ

Allahumma sallimni li Ramadhana, wa sallim Ramadhana li, wa sallimhu minni.

Artinya: “Ya Allah, selamatkanlah aku (dari penyakit dan uzur lain) demi (ibadah) bulan Ramadhan, selamatkanlah (penampakan Hilal) ramadhan untukku, dan selamatkanlah aku (dari maksiat) di bulan Ramadhan.”

Doa Agar Di Bulan Ramadan Mendapat Keberkahan

Sebagian umat Islam juga dapat membaca doa sambil meminta keberkahan dan bimbingan. Doa ini diriwayatkan oleh HR Tirmidzi, yang berbunyi:

اللَّهُمَّ أَهْلُهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَ الْإِيْمَانِ وَ السَّلَامِ وَ الْإِسْلَامِ وَالتَّوْفِيقِ لِمَا تُحِبُّ وَ ارْضَى رَبِّي وَ رَبُّكَ اللَّهُ

Allahumma ahluhu ‘alayna bil-yumni wal-īmāni was-salāmi wal-Islāmi wa at-tawfīqi limā tuhibbu wa ardā, rabbi wa rabbuka Allāh.

Artinya: “Ya Allah hadirkanlah kepada kami bulan (Ramadhan) ini dengan keberkatan dan keimanan dan dengan damai dan Islam, serta bimbingan dan keberhasilan melakukan apa yang Engkau senangi. Tuhanku dan Tuhanmu (wahai bulan) adalah Allah.” (HR Tirmidzi).

Semoga di bulan suci Ramadhan ini, kita senantiasa dilimpahkan pahala dan keberkahan dari Allah SWT. Demikian, semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Mengapa Puasa Ramadhan Wajib Bagi Umat Islam?

Umat Islam wajib melaksanakan puasa Ramadhan.

Perintah puasa Ramadhan dari Allah SWT turun setelah umat Islam diwajibkan melaksanakan sholat lima waktu. Hingga saat ini bulan puasa Ramadhan tahun 2024, umat Islam tetap taat melaksanakan perintah puasa.

Mengenai perintah puasa Ramadhan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Yā ayyuhal-lażīna āmanū kutiba ‘alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba ‘alal-lażīna min qablikum la‘allakum tattaqūn(a).

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS Al-Baqarah Ayat 183)

Para ulama banyak memberikan uraian tentang hikmah berpuasa. Misalnya untuk mempertinggi budi pekerti, menimbulkan kesadaran dan kasih sayang terhadap orang-orang miskin, orang-orang lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, melatih jiwa dan jasmani, menambah kesehatan dan lain sebagainya. Uraian seperti di atas tentu ada benarnya, walaupun tidak mudah dirasakan oleh setiap orang.

Karena, lapar, haus dan lain-lain akibat berpuasa tidak selalu mengingatkan kepada penderitaan orang lain, malah bisa mendorongnya untuk mencari dan mempersiapkan bermacam-macam makanan pada siang hari untuk melepaskan lapar dan dahaganya di kala berbuka pada malam harinya. 

Begitu juga tidak akan mudah dirasakan oleh setiap orang berpuasa, bahwa puasa itu membantu kesehatan, walaupun para dokter telah memberikan penjelasan secara ilmiah, bahwa berpuasa memang benar-benar dapat menyembuhkan sebagian penyakit, tetapi ada pula penyakit yang tidak membolehkan berpuasa. 

Kalau diperhatikan perintah berpuasa bulan Ramadhan ini, maka pada permulaan ayat 183 secara langsung Allah menunjukkan perintah wajib itu kepada orang yang beriman. Orang yang beriman akan patuh melaksanakan perintah berpuasa dengan sepenuh hati, karena ia merasa kebutuhan jasmaniah dan rohaniah adalah dua unsur yang pokok bagi kehidupan manusia yang harus dikembangkan dengan bermacam-macam latihan, agar dapat dimanfaatkan untuk ketenteraman hidup yang bahagia di dunia dan akhirat. 

Pada ayat 183 dari surat Al Baqarah ini, Allah SWT mewajibkan puasa kepada semua manusia yang beriman, sebagaimana diwajibkan kepada umat-umat sebelum mereka agar mereka menjadi orang yang bertakwa. Jadi, puasa sungguh penting bagi kehidupan orang yang beriman. 

Kalau kita selidiki macam-macam agama dan kepercayaan pada masa sekarang ini, dijumpai bahwa puasa salah satu ajaran yang umum untuk menahan hawa nafsu dan lain sebagainya. 

Perintah berpuasa diturunkan pada bulan Sya‘ban tahun kedua Hijri, ketika Nabi Muhammad SAW mulai membangun pemerintahan yang berwibawa dan mengatur masyarakat baru, maka dapat dirasakan, bahwa puasa itu sangat penting artinya dalam membentuk manusia yang dapat menerima dan melaksanakan tugas-tugas besar dan suci. (Tafsir Kementerian Agama).

IHRAM

Pahala Memberi Makan Orang Berpuasa

Abdullah bin Umar R.Anhuma berpuasa dan tidak berbuka kecuali bersama dengan fakir miskin

TERDAPAT banyak dalil yang menunjukkan kelebihan menjamu atau memberi makan orang yang berpuasa. Daripada Zaid bin Khalid, bahawasanya Rasulullah ﷺ bersabda:

مَن فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثلُ أَجْرِهِ، غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِن أَجْرِ الصَّائِمِ شَيئًا

“Siapa yang memberi makan berbuka kepada orang yang sedang berpuasa, maka dia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikitpun juga.” (Riwayat Ahmad, al-Tarmizi dan al-Baihaqi)

Daripada Ummu Ammarah, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ الصَّائِمِ إِذَا أَكَلَ عِندَهُ لمَ تَزَل تُصَلِّي عَلَيهِ المَلائِكَةُ حَتََى يَفْرُغَ مِن طَعَامِهِ

“Sesungguhnya orang yang berpuasa apabila makan bersamanya orang berpuasa yang lain, maka sentiasalah para malaikat mengucap selawat ke atasnya sehingga selesai daripada makannya.” (Riwayat Ahmad, al-Tarmizi dan al-Baihaqi).

Rasulullah ﷺ bersabda:

الصَّائِمُ إِذَا أَكَلَتْ عِنْدَهُ المُفَاطِرُ صَلَّتْ عَلَيْهِ الملائِكَةُ

“Orang yang berpuasa apabila makan di sisinya orang-orang yang berbuka puasa, nescaya para malaikat berselawat ke atasnya.” (Riwayat al-Tarmizi dan Ibn Majah)

Berdasarkan nash hadis di atas jelas menunjukkan kelebihan bagi mereka yang memberi makan orang yang berpuasa, apalah lagi mereka yang amat memerlukan seperti anak-anak yatim, fakir miskin dan golongan yang berhajat.

Ada kisah ulama yang memberi makan orang yang berpuasa.  Hasan al-Basri member makan saudaranya sedangkan dia berpuasa sunnah dan duduk melayani mereka ketika mereka makan.

Abdullah bin al-Mubarak memberi makan kepada saudaranya ketika musafir dengan makanan yang lazat, sedangkan dia saat itu berpuasa.

Hammad, gurunya Imam Abu Hanifah, biasa menjamu setiap malam kepada sekitar 500 orang pada bulan puasa.

Abdullah bin Umar R.Anhuma berpuasa dan tidak berbuka kecuali bersama dengan fakir miskin. Semoga kita sentiasa menjadi hamba Allah yang suka menjamu mereka yang berpuasa.*

HIDAYATULLAH