Oleh: Siti Nur Alvianda
Mahasiswi Universitas Indraprasta PGRI
snalvianda@gmail.com
SAAD ada seseorang yang mengalami kesulitan atau meminta bantuan sebisa mungkin kita bantu, tidak tega untuk menolak atau membiarkannya begitu saja. Terutama kesulitan itu sedang dialami oleh teman dekat atau keluarga yang sangat kita kenal dengan baik. Normal saja kalau kita memiliki rasa ingin membantu semampu diri kita.
Naahh setelah kita meminjamkaan terkadang terjadi masalah pada si penghutang yang malah tidak tau diri ini, saat ingin meminjam kata-katanya sangat manis, tapi saat ingin ditagih malah sikapnya berubah seenaknya rasanya kesal hingga kesabaran ini memiliki batas rasanya. Sampai saat di mana kita sudah kehilangan kesabaran untuk menagihnya, bukannya dapat jawaban atau penjelasan baik-baik malah diomeli denan kata-kata tidak enak di hati.
Kalau sudah gitu muncul-lah perasaan dilema mau mengikhlaskan, tapi nominal yang dipinjamkan lumayan apa lagi buat mahasiswa yang belum bekerja. Mau diberi kesabaran sampai penghutang mau membayarnyaa, malah “makan hati”. Kalau sudah gini gimana dong?
Perlu segera kita cari solusi untuk keduanya, masalah perhutangan bukan suatu hal yang gampang, melainkan amat sangat pelik. Sebaiknya, untuk kamu yang ingin memberi hutang harus berpikir dua bahkan hingga tiga kali, jika memang ingin memberi pinjaman tidak ada salahnya untuk membuat perjanjian resmi di atas kertas terutama pada nominal yang cukup besar, tidak ada yang tahu akan resiko ke depannya bukan.
Untuk kamu yang ingin berhutang juga ada adab dan etikanya loh, apalagi buat kamu yang beragama islam. Sebenarnya sih, di dalam islam menganjurkan untuk kita menghindari yang namanya berhutang. Naumn, terkadang ada masa di mana kita harus terpaksa meminjam kepada orang lain atau berhutang. Ketika kamu berhutang tentu saja itu merupakan suatu kewajiban kamu untuk membayarnya, berikut adab-etika ketika kamu berhutang:
1 Adab saat Ditagih Hutang: Bayarlah sesuai dengan perjanjian yang sudah kamu janjikan
Jangan jadikan ucapan mu di awal sebuah kebohongan, bisa jadi itu awal dari orang-orang tidak ingin membantu kembali.
Jikalau memang belum bisa membayar pada saat itu, buat lah perpanjangan perjanjian dengan memberi kabar kepada orang yang kamu hutangi seperti “maaf yah, saya belum bisa membayar, namun akan saya usahakan secepatnya’.
2 Adab saat Ditagih Hutang: Jadikan hutang untuk membantu keberlangsungan hidup
Berhutang bisa diperbolehkan apabila memang kondisi kita sangat terdesak sehingga memaksa kita untuk berhutang.
Contohnya, ekonomi yang sedang sulit, keadaan kesehatan yang kurang baik, atau sesegera mungkin membayar pendidikan. Jangan jadikan berhutang dengan alasan untuk memenuhi gaya hidup, jikalau seperti itu bisa saja nantinya di akhir akan merugikan atau menyulitkan diri.
Dikutip dari HR Bukhari: “Barang siapa membawa harta orang lain dengan niat mengembalikannya, maka Allah akan mengembalikan untuknya. Barang siapa membawa harta orang lain dengan niat menghabiskannya, maka Allah akan menghabiskan harta itu (sehingga ia tidak dapat mengembalikannya).”
3 Adab saat Ditagih Hutang: Jangan marah saat ditagih
Terkadang, saat berhutang ada keadaan dimana kita belum bisa membayar uang atau hutang yang sudah kita pinjam. Sehingga, si pemilik tersebut menagihnya dan yaah itu wajar. Pemilik meminta hak miliknya.
Saat ditagih, alangkah baiknya tidak perlu membalasnya dengan amarah apalagi ketika sudah melewati tanggal yang kamu janjikan. Kamu bisa saja memberi alasan atau penjelasan dengan kata-kata yang baik saat seperti kamu meminjam harta hak miliknya.
Dengan begitu si pemberi pinjaman juga bisa dengan legowo memberi kelonggaran, jangan malah kamu yang lebih galak dari si pemberi hutang. Gunakan etika dan attitude yang baik, terutama pada persoalan pelik seperti hutang ini.
“Berikan kepadanya, karena sebaik-baik kalian adalah orang yang terbaik dalam membayar utang.” (HR. Bukhari-Muslim).
Demikian opini atau pendapat yang bisa saya berikan.
Semoga kita terhindar dan dijauhkan dari tipe penghutang yang lebih galak di saat ditagih hutangnya, jangan sampai juga kita ikutan menjadi penyulit atau beban di hidup orang lain. Jangan sampai kita ikutan berantakan di saat penghutang lebih galak di saat ingin meminjam uang. []