Sekretaris Umum Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengungkapkan tiga makna yang terdapat dalam momentun Nuzulul Quran atau turunnya Alquran. Pertama adalah makna spiritual, dalam hal ini membaca Alquran sebagai salah satu ibadah utama.
Lebih jauh, menurut Abdul Mu’ti, membaca Alquran tidak sekadar untuk mencari pahala. “Yang terpenting adalah untuk memahami isinya dan menjadikannya sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Abdul Mu’ti kepada Republika.co.id, Selasa (20/6).
Selain spiritual, menurut Abdul Mu’ti, di dalam nuzulul Quran juga terkandung makna sosial. Nuzulul Quran kerap dijadikan momentum untuk membangun budaya dalam masyarakat ilmiah.
Abdul Mu’ti menyebutkan setidaknya ada tiga pilar masyarakat ilmiah. Pertama, masyarakat yang memiliki budaya membaca dan menulis. Kedua, masyarakat yang berpikir logis dan bertindak sesuai dengan ilmu dan hukum. Ketiga, masyarakat yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu masyadakat yang memiliki produktivitas ilmiah dan inovasi dalam berbagai bidang.
Makna terakhir dari nuzulul Quran menurut Abdul Mu’ti adalah makna politik. Nuzulul Quran adalah momentum untuk membangun persatuan umat bangsa sebab Alquran adalah sumber ajaran Islam yang utama dan petunjuk bagi seluruh manusia. Walaupun berbeda mazhab, umat Islam memiliki Alquran yang sama baik dari cara membacanya maupun isinya.