Setiap Muslim diharapkan mencari dan mendapatkan rezeki dari sumber yang halal. Selain halal, rezeki itu pun diharapkan bisa memberikan manfaat kepada umat dan dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Alhasil, rezeki yang didapatkan seorang Muslim dapat menjadi berkah, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kemaslahatan umat.
Dalam kajian rutin Masjid Nurul Iman, Jalan Kesehatan, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur, akhir pekan lalu, Ustaz Ammi Nur Baits, selaku pemateri, kembali mengingatkan para jamaah soal kesadaran umat Islam dalam mencari keberkahan dalam rezeki yang mereka dapatkan. Terlebih, salah satu hal yang akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah SWT pada hari kiamat adalah harta.
Namun, pertanggungjawaban itu bukan hanya meliputi satu aspek soal sumber hartanya. Melainkan juga ke mana harta itu dibelanjakan atau disalurkan.
“Karena itu, seorang Muslim tidak boleh berprinsip, yang penting saya sudah mendapatkan harta secara halal, tapi tidak berhenti sampai di situ. Karena bagi seorang Muslim, yang dia pikirkan terhadap penghasilan yang dia dapatkan bukan semata yang penting harta itu halal. Tapi, bagaimana harta itu bisa memberi manfaat,” ujar Ustaz Nur.
Lebih lanjut, Ustaz Nur menyampaikan, Allah SWT telah berfirman di surah al-A’raf ayat 32, sebenarnya harta yang ada di muka bumi diperuntukkan kaum Muslimin. Berdasarkan ayat ini, dunia dan kehidupannya yang ada di dalamnya sebenarnya diperuntukkan orang Muslim.
Ustaz Nur menambahkan, Rasulullah SAW juga pernah bersabda mengenai golongan-golongan manusia yang akan menghuni muka bumi berdasarkan hartanya. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Imam Ahmad. Dalam hadis itu, Rasulullah SAW menyebutkan ada empat golongan manusia. Pertama, manusia yang diberikan kelebihan harta dan memiliki ilmu agama dan ketaatan kepada Allah SWT. Golongan orang ini kemudian membelanjakan hartanya untuk beribadah di jalan Allah SWT.
Golongan manusia ini senantiasa memenuhi potensi hartanya untuk dibelanjakan guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. “Rasulullah SAW menyebut, golongan manusia yang pertama ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi,” kata dia.
Golongan kedua adalah manusia yang memiliki pemahaman agama, tapi dia tidak memiliki kelebihan harta. Kendati begitu, orang ini yakin, jujur, serta memiliki keinginan untuk membelanjakan hartanya guna meningkatkan takwanya kepada Allah. Dengan niat ini, kata Ustadz Nur, pahala yang didapat golongan kedua ini sama dengan golongan pertama.
Golongan ketiga merupakan manusia yang memiliki kelebihan harta, tapi tidak disertai dengan pemahaman ilmu agama dan upaya meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT. Golongan ini menggunakan potensi hartanya untuk bermaksiat kepada Allah. Mereka juga tidak memenuhi hak-hal Allah lewat hartanya. “Golongan manusia ini menurut Rasulullah SAW merupakan golongan manusia yang paling jahat dan keji,” ujar Ustaz Nur.
Terakhir, ada golongan manusia keempat, yang tidak memiliki pemahaman agama dan kelebihan harta. Golongan manusia ini pun berharap memiliki kekayaan agar bisa dihambur-hamburkan dan dibelanjakan seperti layaknya golongan ketiga. Atas niat mereka tersebut, lanjut Ustaz Nur, Rasulullah SAW menyebut dosa golongan keempat ini sama dengan dosa golongan ketiga.
Dari hadis ini, Rasulullah SAW menjelaskan soal potensi yang dimiliki manusia melalui hartanya. Orang yang memiliki harta tentu memiliki potensi untuk bisa dimanfaatkan untuk kebaikan dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Rasulullah SAW menyebutkan, golongan manusia ini memiliki kendali atas hartanya, yaitu melalui ilmu agama yang mereka miliki.
Tidak hanya itu, Ustaz Nur menjelaskan, kondisi harta yang dimiliki seorang mukmin juga dapat berbeda-beda. Meskipun didapatkan secara halal, ada pula harta yang didapatkan secara tidak berkah dan bermartabat. Dalam sebuah hadis, Amr bin Ash pernah menolak pemberian harta rampasan perang dari Rasulullah SAW. Padahal, harta rampasan perang itu merupakan hasil yang didapat Amr bin Ash saat berhasil menyelesaikan misi dari Rasulullah SAW.
Namun, Rasulullah SAW meminta Amr bin Ash untuk menerima harta tersebut. Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Amr, silakan ambil harta ini karena sebaik-baik harta adalah yang saleh dan dipegang oleh orang yang saleh.” Dari hadis ini muncul istilah harta yang saleh. Menurut Ustaz Nur, kriteria harta yang saleh, pertama, didapatkan secara halal dan dari usaha yang tidak bernafsu.
Selain itu, dalam riwayat lain, Rasulullah SAW pernah ditanya oleh sahabat mengenai harta yang baik dan bagus. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad itu, Rasulullah SAW menyebutkan, harta yang baik dan bagus adalah harta yang didapatkan dari jerih payah orang itu sendiri, bukan pemberian, hadiah atau warisan, dan harta berupa keuntungan dari transaksi yang mabrur.
Kajian rutin yang digelar Remaja Islam Masjid Nurul Iman ini merupakan yang pertama kali digelar sejak vakum sejak lima tahun terakhir. Rencananya kajian ini akan terus digelar secara rutin di Masjid Nurul Iman tiap akhir pekan. Pemateri yang akan diundang pun akan berbeda-beda pada setiap kesempatan. “Kajian ini terbuka untuk umum, siapa pun bebas untuk ikut kajian di sini,” kata salah satu pengurus Remaja Islam Masjid Nurul Iman, Yusuf.