9 Golongan dalam Salat, di Mana Posisi Anda?

MENGAPA sampai saat ini kita merasa bahwa ibadah salat kita tak banyak memberi dampak positif terhadap kondisi sosial bangsa kita? Barangkali, karena setiap kita masih dalam tahap-tahap awal dalam upaya mendirikan salat.

Mari kita nilai kualitas salat kita, nanti akan terjawab kenapa kita seringkali tidak mendapat pertolongan Allah. Hal ini juga dapat menjelaskan secara keseluruhan, mengapa saat ini umat Islam tidak lagi menjadi umat yang agung seperti dulu.

 

Golongan pertama

Kita bisa lihat hari ini sudah banyak umat Islam yang tidak salat, bahkan banyak juga yang tidak tahu cara salat yang benar; mereka telah jatuh kafir. Imam Malik berkata bahwa jatuh kafir kalau tidak salat tanpa sebab. Imam Syafi’i berkata jatuh fasik – (pun masuk neraka juga) kalau ia masih yakin sembahyang itu fardu.

Golongan kedua

Orang yang mengerjakan salat secara lahiriah saja, bacaan pun masih tak betul, taklid buta, main ikut-ikut orang saja tanpa percaharian yang sungguh-sungguh. Belajar salat seadanya. Ilmu tentang salat tidak dianggap penting. Golongan ini tertolak bahkan berdosa besar dan hidup dalam kondisi durhaka kepada Allah Taala.

Golongan ketiga

Orang yang mengerjakan salat, bahkan tahu ilmu tentang salat, tetapi tak mampu melawan nafsu terhadap godaan dunia yang kuat. Jadi mereka ini kadang salat, kadang tidak. Kalau ada waktu dan mood baik; ia salat, kalau sibuk bekerja atau menjamu tamu, ada hajatan, pesta ria, berziarah, bepergian, letih dan penat, maka ia tak salat orang ini jatuh fasik.

Golongan keempat

Orang yang salat, kalaupun ilmunya tepat, fasih bacaannya, tapi tak khusyuk kalau diperiksa satu persatu bacaannya, lafaznya banyak yang tak dia mengerti, pikirannya tak terpusat atau tak berfokus sepenuhnya pada salat yang dilaksanakannya karena tak mengerti apa yang dia baca. Cuma main hafal saja. Jadi pikirannya terus terfokus pada dunia dan alam sekelilingnya. Pikirannya mengembara dalam salat, orang ini lalai dalam salat. Neraka Wail bagi orang jenis ini.

Golongan kelima

Orang yang salat cukup lima waktu, tepat ilmunya, memahami setiap bacaan salat, fatihahnya, doa iftitahnya, tahiyyatnya, tapi tak dihayati maksud dalam salat itu. Pikirannya masih melayang mengingatkan hal dunia, karena faham saja tetapi tidak dihayati. Golongan ini dikategorikan sebagai salat awamul muslimin.

Golongan keenam

Golongan ini lebih baik sedikit dari golongan yang ke lima tadi, tapi main tarik tali di dalam salatnya, sesekali khusyuk, sesekali lalai. Bila teringat sesuatu di dalam salatnya, teruslah terbawa, berkhayal dan seterusnya. Bila teringat Allah secara tiba-tiba, maka insaf dan sadarlah kembali, mencoba dibawa hatinya serta pikirannya untuk menghayati setiap kalimat dan bacaan di dalam salatnya. Begitulah sampai selesai salatnya. Ia merintih dan tak ingin jadi begitu, tapi terjadi juga. Golongan ini adalah golongan yang lemah jiwa. Nafsunya bertahap mulhamah (artinya menyesal akan kelalaiannya dan mencoba perbaiki kembali, tapi masih tak sanggup karena tidak ada kekuatan jiwa). Golongan ini terserah kepada Allah. Yang sadar dan khusyuk itu mudah-mudahan diterima oleh Allah, mana yang lalai itu moga-moga Allah ampunkan dosanya, namun tidak ada pahala nilai sembahyang itu. Artinya salatnya tidak berdampak apa-apa. Allah belum lagi cinta akan orang jenis ini.

Golongan ketujuh

Orang yang mengerjakan salat tepat ilmunya, memahami secara langsung bacaan dan setiap lafaz di dalam salatnya. Hati dan pikirannya tidak terbawa dengan keadaan sekelilingnya sehingga pekerjaan atau apa pun yang dilakukan atau yang dianggap diluar sembahyang itu tidak mempengaruhi salatnya. Meskipun ia memiliki harta dunia, menjalankan kewajiban dan tugas keduniaan seperti bisnis dan sebagainya namun tidak mempengaruhi salatnya. Hatinya masih dapat memuja Allah di dalam salatnya. Golongan ini disebut orang-orang saleh atau golongan abrar ataupun ashabul yamin.

Golongan kedelapan

Golongan ini seperti juga kaum tujuh tetapi ia memiliki kelebihan sedikit yaitu bukan saja mengerti, dan tak tergoda dunia di dalam salatnya, malahan dia dapat menghayati setiap makna bacaan salatnya itu, pada setiap kalimat bacaan fatihahnya, doa iftitahnya, tahiyyatnya, tasbihnya pada setiap sujudnya dan setiap gerak geriknya dirasakan dan dihayati sepenuhnya. Tak teringat langsung dengan dunia walaupun sedikit. Tapi namun ia masih tersadar dengan alam sekelilingnya. Pemujaan terhadap Allah dapat dirasakan pada gerak dalam salatnya. Inilah golongan yang dinamakan kaum Mukkarrabin (yang hampir dekat dengan Allah).

Golongan kesembilan

Golongan ini adalah golongan yang tertinggi dari seluruh golongan tadi. Yaitu bukan saja ibadah salat itu dijiwai di dalam salat malahan ia dapat mempengaruhi di luar salat. Kalau ia bermasalah langsung ia salat, karena ia yakin salat menjadi pemecah segala masalah. Salat telah menjadi pendingin hatinya. Ini dapat dibuktikan di dalam sejarah, seperti salat Ali ketika panah terpacak dibetisnya. Untuk mencabutnya, ia lakukan salat dulu, maka di dalam salat itulah panah itu dicabut. Mereka telah yakin dengan salatnya. Makin banyak salat semakin terasa lezat, dengan salatlah cara ia lepaskan kerinduan dengan Tuhannya. Dalam salatlah ia mengadu kepada Tuhannya. Alam sekelilingnya langsung tidak ia hiraukan. Apa yang terjadi di sekelilingnya langsung tak dipedulikannya. Hatinya hanya pada Tuhannya. Golongan inilah yang disebut golongan Siddiqin. Golongan yang benar dan haq.

Setelah kita nilai keseluruhan sembilan tingkat salat tadi, maka dapatlah kita nilai salat kita di tingkat yang mana. Maka ibadah salat yang dapat mengembangkan jiwa, mengembangkan iman, menjauhkan dari yang buruk, dapat mencegah mazmumah (sifat tercela yang dapat membinasakan kita), menanamkan mahmudah (akhlak yang diridai Allah) yang melahirkan disiplin hidup, melahirkan akhlak yang agung adalah golongan tujuh, delapan dan sembilan saja. Salat yang berkualitas, sedangkan golongan yang lain jatuh pada kufur, fasik dan zalim.

Jadi dimanakah tahap salat kita? Perbaikilah diri kita mulai dari sekarang. Jangan tangguhkan lagi. Pertama-tama pertanyaan yang akan ditujukan kepada kita di akhirat nanti adalah salat atau salat kita.[Almanar]