Kejujuran Yang Tercelah, Tidaklah kejujuran selalu mendapat pujian bahkan di sana ada beberapa sikap jujur yang tercela, sebab bisa saja nilai kejujuran sama dengan kedustaan dalam keburukan dan kekejian bahkan menambah celaka dan bahaya seperti jujur dalam ghibah, namimah dan memecah belah. Bahasan ini semakin jelas tatkala kita tinjau dari nilai-nilai yang terkandung di dalam Al Qur’an dan As Sunah serta atsar yang shahih.
Ghibah meski jujur tetapi sebenarnya adalah kianat dan menodai harga diri bisa menimbulkan rasa dengki, hasad dan kianat. Sebagaimana kita tidak boleh memakan daging bangkai teman sendiri maka tidak boleh ghibah ketika masih hidup, lebih jelas lagi setelah melihat penuturan kekasih mulia lagi terpilih, Rasulullah tentang bahaya ghibah beliau bersabda:
أتدرون ما الغيبة ؟ قالوا : الله ورسوله أعلم. قال : إذا ذكرت أخاك بما يكره ,فقد اغتبته. قيل أرأيت إن كان في أخي ما أقول ؟! قال :إن كان فيه ما تقول فقد اغتبته,وإن لم يكن فيه ما تقول فقد بهتّه
”Apakah kalian tahu apa itu ghibah? Mereka berkata; Allah dan RasulNya lebih tahu.Beliau bersabda, Jika kamu menyebut saudaramu tentang apa yang ia benci maka kamu telah melakukan ghibah. Beliau ditanya; Bagaimana jika sesuatu yang saya katakan ada pada saudaraku? Beliau bersabda; Bila sesuatu yang kamu bicarakan ada padanya maka kamu telah melakukan ghibah dan bila yang kamu bicarakan tidak ada padanya maka kau telah membuat kebohongan atasnya,”
Perhatikan bagaimana Rasulullah mendidik istri tercinta Aisyah ketika seorang wanita datang kepada Nabi untuk meminta fatwa dan setelah keluar maka Aisyah berkata,”Betapa pendeknya wanita itu!” Maka Nabi bersabda,” Kamu telah menggunjingnya” atau beliau bersabda ”Hati-hati terhadap perbuatan ghibah!” Aisyah berkata,”Wahai Rasulullah saya tidak mengatakan kecuali tentang sesuatu yang ada padanya!”Beliau bersabda ”Bukankah engkau telah menyebutkan keburukannya? atau beliau bersabda,”Itulah ghibah,bila tidak ada padanya maka kamu telah membuat kebohongan.”
Pada zaman Rasulullah ada dua orang yang sedang berpuasa mengunjing orang lalu hal itu sampai kepada Nabi maka beliau bersabda,” Mereka berdua berpuasa dengan sesuatu yang halal tetapi berbuka dengan sesuatu yang haram.”
Semoga Allah merahmati penyair yang berkata:
لا تلتمس من مساوي الناس ما ستروا
فيهتك الله سترا عن مساويكا
واذكر محاسن ما فيهم إذا ذكروا
ولا تعب أحدا منهم بما فيكا
Janganlah mencari-cari kesalahan orang yang tertutupi
Maka Allah akan membongkar aibmu yang tertutupi
Sebutlah tentang kebaikan mereka, ketika mereka di bicarakan
Janganlah mencela seorangpun dari mereka ketika kamu melihat
Kesalahan mereka yang tanmpak padamu
Imam mawardi berkata, ”Mungkin orang yang menggunjing mencari-cari pembenaran dengan alasan menampakan kebenaran dan mengkikis kemungkaran,namun akhirnya justru menjauh dari kebenaran dan etika,walaupun ghibah dilakukan secara jujur tetapi ia telah membogkar aib orang lain yang lebih pantas untuk dijaga.Menampakan suatu yang rahasia dan tersembunyi dan membicarakan secara terang-terangan suatu yang tersembunyi tidak memberi faedah melainkan kerusakan akhlak tanpa memberi kebaikan pada orang lain.”
Dari Jabir bin Abdullah bahwa pernah tercium bau yang sangat menyengat pada zaman rasulullah maka nabi bersabda:
((إن ناساً من المنافقين قد اغتابوا ناساًمن المسلمين فلذلك هاجت هذه الريح المنتنة ))
” Sesunguhnya segolongan munafik telah menggunjing segolongan muslimin sehingga tercium bau yang sangat menyengat.”
Di tuturkan dari ibrahim bin adham bahwa ketika beliau menjamu tamu pada saat mereka hendak duduk mereka menggunjing seorang muslim, Ibrahim berkata, “Orang-orang terdahulu bila makan memulai dengan roti lalu daging tetapi kenapa kamu memulai makan daging terlebih dahulu baru roti ?!”
Dari hasan al bashri bahwa ada seseorang yang telah menggunjingnya lalu beliau mengiriminya segantang kurma dan beliau berkata saya telah mendegar kamu telah menghadiahkan kebaikanmu kepadaku dan saya ingin membri balasan atas kebaikanmu dan saya mohon maaf belum bisa memberi balasan yang lebih baik dan sempurna.
Yahya bin mu’adz ar razi berkata, ” Hendaklah kamu berbuat baik kepada saudaramu dengan tiga hal:
Jika kamu tidak bisa memeri manfaat maka janganlah kamu membuat kerugian kepadanya.
Jika kamu tidak bisa membuat senang maka janganlah kamu membuatnya bersedih.
Jika tidak bisa memujinya maka janganlah kamu mencelanya.
Namimah (mengadu domba)
Namimah lebih tercela dan lebih buruk dari ghibah. Itu juga merupakan suatu penghianatan dan kehinaan kemudian berakhir dengan percekcokan dan pemutusan silaturahim serta kebencian diantara teman.
Rasulullah telah melarang namimah karena termasuk dosa besar sebagaimana sabda beliau:
(( لايدخل الجنة قتات ))
”Tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba”.
Orang yang mengadu domba adalah makhluk yang paling buruk di sisi Allah, penghni neraka jahanam dan bila tidak bertaubat akan menjadi hamba yang terhina di dunia dan putus asa dari rahmat Allah di akhirat.
Yahya bin aktsam berkata;”Pengadu domba lebih jahat dari tukang sihir, dia mampu berbuat kejahatan dalam sesaat dan tukang sihir tak mampu melakukannya dalam sebulan”.
Diriwayatkan bahwa amal perbuatan pengadu domba lebih buruk dari amal usaha setan karena setan hanya berusaha merayu dan menipu tetapi pengadu domba berbuat kejahatan secara konfrontasi dan terang-terangan. Allah berfirman, ”Pembawa kayu bakar.” (Al lahab: 4).
Kebanyakan ahli tafsir berkata ” yang dimaksud dengan kayu bakar adalah namimahcdan namimah disebut kayu karena perbuatan namimah bissa menyulut permusuhan, peperangan dan percekcokan sehinggga laksana membakar kayu.”
Pengadu domba hidup terhina,tercampakan dan tersisih serta tidak mempunyai peran dan posisi dalm masyarakat kecuali merusak dan merobohkan tatanan kehidupan dan moralitas umat karena dia merekam informasi atau ucapan secar atidak lengkap dan namimah merupakan pedang beracun yang mematikan.
Aktsum bin shafi berkata, ”orang terhina ada empat, pengadu domba, pendusta, pengutang dan anak yatim.”
Hasan al bashri berkata, ”Orang yang suka mengadukan kepadamu ucapan orang lain maka dia juga suka mengadukan ucapanmu kepada orang lain.”
Abu Laits as Samarqandi berkata, ”Jika ada orang datang mengadu kepadamu bahwa ada seseorang yang telah mengatakan begini dan begitu tentang dirimu maka kau wajib melakukan enam langkah
Pertama, Jangan kamu percaya sebab pengadu domba ditolak kesaksiannya di kalangan kau muslimin karena Allah berfirman,
”Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al Hujurat: 6)
Kedua, Kamu harus melarang orang tersebut dari perbuatan itu karena melarang kemungkaran wajib
Ketiga, Hendaklah kamu membencinya karena Allah sebab dia sedang melakukan maksiat dan membenci orang maksiat itu wajib karena Allah membencinya.
Keempat, Janganlah kamu berprasangka buruk dengan saudaramu yang tidak ada di tempat sebab berburuk sangka terhadap sesama Muslim adalah haram, sebagaimana firman Allah,
”Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa.” (Al hujurat: 12)
Kelima, Jangan memcari-cari kesalahan-kesalahan saudara yang menjadi pembicara, karena Allah melarang hal itu seperti dalam firmannya,
”Dan janganlah sebagian kamu mencari-cari kesalahan orang lain.” (Al Hujurat: 12)
Keenam, Apa yang tidak kamu sukai dari pengadu domba ini mak kamu jangan sampaikan pengaduannya pada orang lain.
As si’ayah (menghasud)
As si’ayah (menghasud) lebih buruk dan tercela daripada ghibah dan namimah sebab si’ayah menyatukan ghibah dan namimah; bangga dengan diri dan harta, serta mencela kedudukan dan keadaan orang lain.
Salah seorang ahli hikmah berkata,” penghasud diantara dua posisi, yang keduanya jelek bila berada diatas kebenaran maka ia telaah berkianat dan bila berdusta maka telah merusak muru’ah.