Kunci Ilmu

Bertanya adalah kunci ilmu. Ali RA menuturkan, Rasulullah SAW bersabda: “Ilmu itu laksana lemari (yang tertutup) rapat dan kunci pembukanya adalah pertanyaan. Oleh karena itu, bertanyalah kalian karena sesungguhnya dalam tanya jawab diturunkan empat macam pahala, yaitu untuk penanya, orang yang menjawab pertanyaan, para
pendengar, dan orang yang mencintai mereka.” (HR Abu Naim).

Bagi penuntut ilmu, bertanya adalah strategi untuk meraih ilmu. Sedangkan, bagi pengajar, bertanya adalah metode untuk menyampaikan ilmu. Bagi penuntut ilmu, bertanya hendaknya dilandasi rasa ikhlas. Bukan dengan maksud untuk berdebat kusir atau menyombongkan diri karena ingin dianggap sebagai orang pandai.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menuntut ilmu untuk menyombongkan diri di hadapan para ulama atau untuk berdebat dengan orang-orang bodoh untuk menarik perhatian manusia maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.” (HR. Tirmidzi).

Senada dengan hal tersebut, Ibnul Qayyim berkata: “Jika Anda duduk bersama seorang ahli ilmu, maka bertanyalah untuk menuntut ilmu, bukan untuk melawan.” (Miftah Daris Saadah: 168). Itulah sebagian adab bertanya bagi para penuntut ilmu. Bagi pengajar, bertanya adalah salah satu keterampilan yang harus dikuasai.

Metode bertanya bisa digunakan untuk melatih kemampuan berpikir para penuntut ilmu. Rasulullah SAW biasa menggunakan pertanyaan untuk menyadarkan seseorang tentang suatu kebenaran melalui cara berpikir logis. Dalam beberapa kasus, Rasulullah SAW sering meminta si penanya mengulangi pertanyaannya agar beliau bisa menjawab pertanyaan dengan lengkap.

Diriwayatkan dari Abu Qatadah bahwasanya Rasulullah SAW berdiri di tengah-tengah para sahabat, kemudian beliau menjelaskan bahwa jihad di jalan Allah dan iman kepada Allah adalah amal yang paling utama. Lalu ada seseorang berdiri dan bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana menurut Tuan jika aku terbunuh saat berjihad di jalan Allah, apakah dosa-dosaku diampuni? Beliau menjawab: “Ya, jika engkau terbunuh di jalan Allah dalam keadaan sabar, ikhlas, dan tegar menghadapi musuh.”

Selanjutnya, beliau mengajukan pertanyaan: “Apa yang engkau tanyakan tadi?” Orang tersebut lalu mengulangi pertanyaannya: “Aku tadi bertanya, bagaimana menurut Tuan jika aku terbunuh di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan terampuni?” Rasulullah lalu menjawabnya lagi: Ya, jika kamu bersabar, ikhlas, dan tegar menghadapi musuh,
selain persoalan utang, karena sungguh Jibril baru saja mengatakan yang demikian itu kepadaku.” (HR Muslim dan Nasai).

Mengajar yang baik adalah membuat pertanyaan yang baik pula. Rasulullah SAW bersabda, “Pertanyaan yang baik itu adalah sebagian dari ilmu.” (HR Ad Dailami). Peranan pertanyaan sangat penting dalam situasi pengajaran dan pembelajaran.

Strategi bertanya dapat efektif digunakan untuk beragam tujuan, seperti untuk mengetahui tingkat pemahaman ilmu, melibatkan murid dalam diskusi, menarik perhatian murid, menyediakan kesempatan untuk mengulangi materi ilmu yang sudah disajikan, serta mengembangkan keterampilan berpikir murid.

Bertanya adalah kunci untuk membuka tabir ilmu. Dengan bertanya, kita menjadi terlatih untuk berpikir. Dengan berpikir, itulah sebaik-baik cara menggunakan akal sebagai anugerah dari Allah SWT. Akhirnya, akal pula yang bisa membantu kita memahami hal esensial, untuk apa dan untuk siapa ilmu seharusnya dimanfaatkan. Wallahu
alam bishawab.

 

Oleh: Asep Sapaat

sumber:Republika Online