SAYA yakin, bahwa anda pernah menyaksikan bersama mengenai seorang anak dari keluarga yang sangat mengenaskan dalam ekonomi tapi mampu mencapai puncak kesuksesan karir dan merubah kehidupan keluarganya.
Jauh sebelum anak tersebut mencapai puncak kesuksesannya, di waktu kecil si anak memiliki cita-cita setinggi langit yang secara logika akan mustahil dicapai saat si anak menyampaikan cita-citanya kepada orang lain. Saya pun yakin 100% bahwa akan selalu ada orang jahil yang senang menjatuhkan mental seseorang, yang kemudian berkata kepada anak tersebut “kamu itu sedang berkhayal, dan tidak mungkin mimpi kamu jadi kenyataan, segeralah bangun dari mimpi”. Tentunya statement ini sangat sakit mengiris dada.
Secara psikologis (walau saya bukan sarjana jurusan psikologi tapi saya pun pernah merasakannya), setiap manusia sangat membutuhkan sebuah dukungan moral dan sikap untuk menjaga stabilitas emosinya dalam perjuangan mencapai cita-cita. Saya rasa, anda pun berpendapat sama. Maka coba saya lanjutkan cerita anak ini.
Setelah si anak merasa dijatuhkan mentalnya, seorang anak biasanya pulang ke rumah dan mengadukan apa yang dialaminya kepada kedua orangtuanya. Betapa sakitnya hati mendengar kalimat yang menjatuhkan semangatnya tersebut. Dan sang orangtua pun sangatlah sadar terhadap kondisi real yang ada saat ini berbanding khayalan sang anak mengenai masa depan.
Biasanya akan ada 4 sikap yang hadir ketika seorang anak curhat kepada orangtuanya:
Pertama: orangtua akan membuat anak tetap termotivasi dengan mengatakan “Kami yakin, kamu pasti bisa mencapai apa yang kamu citakan dan kami akan mendukung sekuat tenaga untuk merealisasikan cita-cita kamu.” Maka Demi Allah, sang anak dipastikan akan kembali tumbuh motivasinya. Di kala dunia sudah tidak ada yang mempercayainya atau bahkan menjatuhkannya, namun masih ada orang-orang yang memberikan dukungan agar ia tetap pada citanya. Mereka adalah orangtua.
Kedua: orangtua yang biasa-biasa saja yang tidak mematahkan dan tidak mendukung, biasanya “Ya sudah, berusaha saja sekuat tenaga, barangkali akan ada mukjizat Nya yang membuat kamu sukses sesuai harapan”
Ketiga: orangtua yang malah menjatuhkan semangat anak, dengan menganggap ya sudah gak akan tercapai apa yang diinginkan, lebih baik saat ini fokus kepada apa yang ada sekarang.
Keempat: ini yang tersadis, kamu tuh mimpi aja, jangan ngomong melulu karena bikin pusing. Jangan ceritakan ke orang lain karena bikin malu. Hadeuh.
Saya hanya ingin menyampaikan karena kita adalah seorang anak dan juga seorang orang tua yang memiliki anak. Bagaimana kiranya, ketika dunia sudah tidak lagi mempercayai upayanya hingga menjatuhkannya dan kita datang kepada orangtua untuk mendapat sekedar dukungan penguat mental, namun malah dijatuhkan. Tragis sekali. Maka saya berpendapat “jangan salahkan anak ketika dia lemah mental dalam mencapai keinginan dan cita-citanya, karena boleh jadi, mungkin Andalah penyebab utamanya”.
Saya berikan permisalan seorang anak nelayan miskin yang menjadi juara sekolah tanpa les private, kursus dan pelajaran tambahan karena memang tidak ada uang untuk membayar, tapi anak nelayan tersebut mampu mengalahkan seorang anak pengusaha atau pejabat yang didukung dengan segala fasilitas mulai pelajaran tambahan, bimbingan belajar atau les private, dan kursus dengan biaya fantastis.
Kira-kira apa rahasia anak luar biasa ini? Ya. Jawabannya adalah mental kuat yang dimiliki anak ini, yang membuat anak ini mampu menangkap pelajaran dengan cepat dari sang guru atau dosen, disertai pemahaman yang cepat ketika ia belajar mandiri. Maka, kira-kira mental itu ia dapatkan darimana? Ya. Mental itu ia dapatkan dari dukungan penuh ayah bunda yang melebihi nominal harta yang dimiliki, ketahuilah harta tidak pernah mampu membeli suplemen mental.
Bagaimana cara orangtuanya membentuk mental anak? Ya. Orangtuanya hanya memberikan support penuh terhadap apa yang diperjuangkan oleh sang anak. Orangtua sampai menggadaikan atau bahkan menjual perhiasan satu-satunya yang dimiliki hanya untuk mendukung sang anak yang akan berangkat menuju pertandingan. Kiranya apa yang akan terjadi? Ya. Sang anak akan berjuang hingga titik darah penghabisan dalam pertandingan untuk menang, sehingga support dari orangtuanya tidak sia-sia.
Maka ketika kita menginginkan sang anak memiliki mental juara, hanya beberapa hal yang harus kita lakukan. “Dengarkan, percayai anak, dan support penuh”
Maka kita akan melihat lompatan luar biasa yang mungkin mustahil terjadi, namun bisa terjadi. Dan pada faktanya seorang anak miskin dari kampung telah mampu melanglang buana studi antar negara dan mendapatkan gelar Profesor di dunia akadamik yang belum tentu didapatkan oleh seorang anak kaya dari kota megapolitan.
Anak kita adalah bagaimana cara kita memperlakukannya. Biarkan mereka berproses dan kita pun berproses. Kita tidak pernah tau mengenai apa yang akan terjadi 10-20 tahun ke depan. Boleh jadi, anak yang sangat kita cintai atau kita sebagai anak yang dicintai orangtua kita, akan berubah menjadi pribadi luar biasa yang berkontribusi besar terhadap dunia. Jangan patahkan semangatnya sebagaimana kita tidak suka dipatahkan semangat kita, percayai sang anak dan biarkan waktu yang menjawab sebesar apa upayanya dan seperti apa rencana Allah ta’ala terhadap masa depan kita dan anak kita.
Wallahu a’lam. [Maulana Ishak, S.Pi, Alumni MSP IPB angkatan 43, Relationship Management Rumah Zakat, Ex. Staff Khusus Prof. Dr. Ir. H. Rokhmin Dahuri, MS]
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2354153/dukungan-sederhana-berdampak-luar-biasa#sthash.k1w9BVAN.dpuf