SENANG sekali jika kita buka lagi sejarah hidup Nabi Muhammad lalu merenungkannya seraya berharap mendapatkan hikmah. Sungguh kehidupan Rasulullah cermin kehidupan terbaik, referensi pilihan hidup yang lengkap. Tak ada cacat, benar-benar sempurna. Tak salah yang diungkap Siti Aisyah tentang akhlak beliau: “Kepribadiannya adalah al-Qur’an.”
Saat beliau akan hijrah ke Madinah, beliau berkehendak ditemani dua orang, yaitu penunjuk jalan dan teman perjalanan. Penunjuk jalan menjadi penting untuk mengarahkan jalan yang benar yang jauh dari bahaya dan celaka. Kita, dalam menjalani hidup ini, membutuhkan penunjuk jalan agar tak tersesat. Jadikanlah orang paham dan menjalankan agama sebagai penunjuk jalan kita. InsyaAllah, asal tak salah pilih, hidup kita lurus menuju surga.
Sahabat perjalanan juga penting agar ada tempat berembuk dan berbincang. Siapa yang dipilih oleh Rasulullah? Beliau punya banyak sahabat yang setia. Ada Umar bin Khattab yang gagah pemberani itu, sangat cocok mengamankan jalan hijrah. Ada Ali bin Abi Thlib yang cerdas, muda dan militan itu, cocok sebagai mitra rembuk. Ternyata yang dipilih Rasulullah adalah Abu Bakar, sahabat senior yang jiwanya selembut Rasulullah dan keimanannya adalah 100 persen kepada sang baginda Rasul.
Dalam kehidupan kita, teman yang paling dibutuhkan adalah teman yang sejiwa dan seiman. Ketika teman kehidupan kita, baik pasangan hidup ataupun mitra usaha tak sejiwa dan tak seiman, maka selalu saja ada kekhawatiran akan hadirnya konflik tak berujung, hubungan putus di tengah jalan, dan bentuk musibah lainnya. Satukan jiwa, kompakkan komitmen, perkuat iman. InsyaAllah, jalan hijrah lebih terang benderang. Salam, AIM. [*]
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2356903/teladan-menjalani-hidup#sthash.G2oEjfli.dpuf