PEMALAS adalah orang yang tidak beruntung. Ia menghalangi dirinya dari pintu-pintu kebaikan yang sangat banyak. Ia terbuai dengan kenikmatan sementara yang dirasakan dari duduk-duduk dan istirahatnya. Ia lebih mengutamakan santai daripada menyiapkan diri untuk kehidupannya yang tersisa.
“Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan (kehidupan) akhirat.” (al-Qiyamah: 20-21).
Dia rela dengan kondisi dirinya. Rela dengan ketertinggalan dan kemalasannya. Seharusnya, dia bisa bangkit lebih tinggi. Sesungguhnya, kita tidak membutuhkan para pemalas. Kita hanya bisa menasehati dan mendoakan mereka. Kita ajak mereka untuk berpikir ulang.
Mari kita lihat teman-teman dan saudara-saudara yang telah meninggalkan kita. Barangkali, kita bisa membangkitkan dan menguatkan kembali semangat mereka.
Kita tidak mungkin bisa mengingkari kematian atau orang-orang mati yang setiap hari kita antarkan ke liang lahat. Tidak dapat kita pungkiri bahwa kita kehilangan mereka untuk selamanya. Tidak dapat kita pungkiri juga bahwa di antara mereka ada yang masih muda dan ada pula yang sudah tua. Di antara mereka ada bayi-bayi yang tak berdosa dan wanita-wanita lemah. Di antara mereka ada yang mati dalam keadaan sehat dan ada pula yang mati karena sakit.
Mati adalah sebuah keniscayaan, mendatangi orang yang sudah tiba saatnya. Tidak ada yang mengetahui. Bisa jadi, kematian akan merenggut kita hari ini dan tidak bisa ditunda sampai hari esok. Pada saat itulah, tidak berguna lagi penyesalan.
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, ‘Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.’ ‘Sekali-kali tidak. Sesungguhnya, itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (al-Mu’minun: 99-100).
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah kami berikan di antara kamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)-ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh.” (al-Munafiqun: 10).
Maka berbuatlah… dan berbuatlah… Bersungguh-sungguhlah…dan bersungguh-sungguhlah, sebelum kedatangan suatu hari yang tidak berguna lagi bagi seseorang, kecuali apa yang sudah ia perbuat.
Semangat yang tinggi dan kesungguhan dalam sebuah aktivitas dapat mempengaruhi derajat surga di antara orang-orang yang beriman.
“Tidaklah sama antara Mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah lebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk dengan pahala yang besar.” (an-Nisa’: 94).
Untuk itu jangan kita seperti mereka:
1. Seperti yang difirmankan oleh Allah,
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi al-Kitab), kemudian dia melepaskan dari dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)-nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menuruti hawa nafsunya yang rendah. Maka, perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya, diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya, dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka, ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir.” (al-A’raaf: 175-176).
2. Orang yang kepergiannya tidak disukai oleh Allah, maka Allah melemahkan keinginan mereka.
“Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak berperang.” (at-Taubah: 87)
Sebabnya adalah hilangnya semangat dan tidak pergi berjihad.
“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka, ‘Tinggallah kamu orang-orang yang tinggal (tidak pergi berperang) itu.” (at-Taubah: 46).
3. Orang yang mencintai dunia hingga mengalahkan akhirat.
“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu, ‘Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah’ kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (at-Taubah: 38).*/Sudirman (dikutip dari buku Memperbarui Komitmen Dakwah, oleh Muhammad Abduh)