Adab Berkendara

Kehidupan di era modern menuntut kecepatan. Tak heran, jika setiap orang membutuhkan sarana transportasi untuk mengantarnya ke berbagai tempat yang akan dituju. Akibatnya, kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan pun terus melonjak dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2008 jumlah mobil penumpang di Tanah Air mencapai  9.859.926 unit. Selain itu, jumlah bis mencapai 2.583.170 unit, truk mencapai 5.146.674 unit, dan sepeda motor mencapai 47.683.681 unit. Sehingga, total jumlah kendaraan bermotor mencapai 65.273.451 unit.

Di setiap negara, para pengendara kendaraan bermotor diwajibkan mematuhi aturan lalu lintas yang telah ditetapkan dalam undang-undang yang berlaku. Khusus bagi umat Muslim, ajaran Islam juga ternyata mengatur tata cara atau adab berkendaraan yang tentunya berlaku secara universal.

Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam Mausuu’atul Aadaab al-Islamiyah, memaparkan adab-adab berkendaraan yang perlu dipatuhi oleh seorang Muslim.  Pertama, niat yang baik. Seorang Muslim ketika naik kendaraan atau menggunakan alat transportasi harus meniatkan diri untuk mencapai tujuan yang benar.

‘’Di antaranya untuk menyambung tali silaturahim, mencari nafkah, ziarah karena Allah. Selain itu, juga berniat akan berlaku baik terhadap kendaraan yang dinaiaki sesuai dengan syariat Allah SWT,’’ tutur Syek as-Sayyid Nada.

Kedua, mengakui nikmat Allah Ta’ala. Menurut ulama terkemuka itu, ketika sedang mengendarai kendaraan ataupun setelahnya hendaknya seorang hamba mengakui limpahan nikmat yang diberikan kepadanya. Sebab, berkat kendaraan yang dianugerahkan Allah SWT itu, seseorang bisa menghemat waktu dan tenaga untuk sampai ditujuan.

Ketiga, memilih kendaraan yang cocok untuk perjalanan. Ajaran Islam sangat memperhatikan keselamatan dan kenyamanan. Karena itu, menurut Syekh as-Sayyid Nada,  seorang Muslim hendaknya memilih kendaraan yang paling bermanfaat dan cocok untuk mencapai tujuan.

Keempat, mempersiapkan alat transportasi. Setiap Muslim yang hendak bepergian hendaknya mempersiapkan alat transportasi yang akan digunakannya, jika kendaraan tersebut milik pribadi. Syekh as-Sayyid Nada menganjurkan agar sebelum digunakan, kendaraan diperiksa mesinnya, bahan bakarnya, onderdil-onderdilnya. ‘’Jika kendaraan itu berupa hewan tunggangan, hendaknya diperiksa kesehatan dan kekuatannya,’’ tuturnya.

Kelima, doa berkendaraan.  Saat akan menaiki kendaraan, seorang Muslim tak boleh lupa berdoa. ‘’Hendaknya seseorang berdoa dengan zikir yang sahih dari Nabi SAW ketika menaiki kendaraan,’’ ungkap Syekh Sayyid Nada.

Berikut doa ketika akan naik kendaraan: ‘’Segala puji bagi Allah, Maha Suci Zat yang telah menundukkan bagi kami kendaraan inipadahal sebelumnya kami tak dapat menguasainya. Sesungguhnya kepada Rabb-lah kami akan kembali….’’

Keenam, tak membebani kendaraan dengan beban yang melampaui kapasitas. Seringkali kita melihat, saat mudik lebaran begitu banyak orang yang mudik dengan sepeda motor membawa beban yang melampaui batas. Syekh as-Sayyid Nada menyarankan agar seseorang tak membebani kendaraannya melebihi kapasitas, karena bisa mengakibatkan kendaraan mogok atau bahkan kecelakaan.

Ketujuh,  zikir safar. Saat berkendaraan hendaknya seorang Muslim tetap ingat kepada Allah dengan cara berzikir. Saat kendaraan melaju, tutur Syekh as-Sayyid Nada menyarankan agar seorang Muslim membacakan doa yang diriwayatkan dari Nabi SAW.

‘’Ya Allah sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan dan takwa dalam perjalanan ini. Kami memohon kepada-Mu perbuatan yang membuat-Mu ridha. Ya, Allah, mudahkanlah perjalanan kami ini dan jadikanlah perjalan yang jauh ini seolah-olah dekat. Ya Allah, Engkaulah teman dalam perjalanan dan yang menjaga keluargaku. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perjalanan yang berat, pemandangan yang buruk, serta musibah yang menimpa harta dan keluarga.’’ (HR Muslim (1342) dari Ibnu Umar).

Kedelapan, memperhatikan rambu-rambu keselamatan.  Keselamatan merupakan hal yang perlu diperhatikan. Saat berkendaraan penting untuk mengikuti aturan dan rambu-rambu keselamatan. Misalnya mengenakan sabuk pengaman, menggunakan helm bagi pengendara sepeda motor.

Kesembilan, memberi hak kendaraan untuk berisitirahat.  Kendaraan baik dari hewan maupun kendaraan biasa membutuhkan waktu untuk beristirahat ketika menempuh perjalanan yang jauh.  Hewan tunggangan perlu istirahat untuk minum serta makan dan menambatkannya di tempat yang teduh.

‘’Bahkan mobil sekalipun, membutuhkan istirahat setiap beberapa jam untuk memeriksa bahan bakar, air, mendinginkan mesin dan lainnya. Sehingga, kendaraan bisa mengantarkan kita ke tempat tujuan,’’ papar Syekh as-Sayyid Nada.

Kesepuluh, berzikir ketika melewati jalan mendaki dan menurun.  Diriwayatkan dari Jabir RA, ia berkata: ‘’Apabila melewati jalan mendaki, kami bertakbir dan apabila melewati jalan menurun, kami bertasbih.’’ (HR Bukhari). Begitulah ajaran Islam mengatur tata cara berkendaraan.

 

REPUBLIKA ONLINE