WANITA yang satu ini bagai kuntum bunga berseri yang menghiasi akhlak Islam. Dialah Lubabah binti Al-Haris bin Bajir bin Hilaliyah.
Dia lebih di kenal dengan nama Ummu Fadhl. Dia adalah satu dari empat wanita yang dinyatakan keimanannya oleh Rasulullah. Wanita mulia yang memiliki kedudukan tinggi di kalangan para sahabat. Bahkan Rasulullah terkadang mengunjunginya dan tidur siang di rumahnya.
Ummu Fadhl masuk Islam sebelum hijrah. Dia termasuk wanita pertama yang memeluk Islam setelah Ummul Mukminin Khadijah R.A. Suaminya, Abbas paman Rasulullah SAW telah terlebih dulu menyatakan keimanannya dan sangat disegani oleh kaumnya. Allah mengaruniai enam orang anak dari hasil pernikahan mereka. Salah seorang anak lelakinya, Abdullah bin Abbas bertutur, “Aku dan ibuku termasuk orang-orang yang tertindas dari wanita dan anak-anak.” Namun demikian, tak seorang wanita pun yang telah melahirkan enam lelaki saleh yang pandai dan mulia.
Ummu Fadhl dikenal pula sebagai seorang wanita yang pemberani. Ia tak segan memerangi Abu Lahab, musuh Allah.
Dikisahkan bahwa ketika perang Badar, Abu Lahab tidak dapat ikut serta di dalamnya. Ia mewakilkannya kepada Ash bin Hisyam bin Mughirah. Memang, begitulah kebiasaan mereka manakala seseorang tidak dapat mengikuti suatu peperangan, ia akan mewakilkannya kepada orang lain.
Musibah menimpa orang-orang Quraisy pada Perang Badar. Mereka mengalami kekalahan besar. Allah telah menghinakan dan merendahkan mereka, termasuk Abu Lahab.
Suatu hari, Abu Rafi’, budak Rasulullah SAW yang juga pernah menjadi budak Abbas, tengah menekuni pekerjaannya. Ia adalah pembuat gelas yang dipahat dari bebatuan yang diperoleh dari sekitar sumur Zam-zam. Ketika itu ia tengah duduk-duduk bersama Ummu Fadhl. Tiba-tiba Abu Lahab berlari mendatangi mereka, kemudian duduk bersama mereka.
Ketika sedang duduk, tiba-tiba orang-orang berkata, “Abu Sufyan bin Harits telah datang dari Badar,” Abu Lahab berkata, “Suruh dia kemari! Aku telah menanti-nanti berita darinya.”
Kemudian duduklah Abu Sufyan, sementara orang-orang berdiri berkerumun di sekitarnya. “Saudaraku, beritakanlah bagaimana keadaan orang-orang dalam Perang Badar?” pinta Abu Lahab.
Abu Sufyan berkata, “Tatkala kami menjumpai mereka, tiba-tiba mereka menyerang pasukan kami tanpa henti. Pasukan kaum muslimin itu memerangi kami dan menawan kami sesuka hati mereka. Tatkala aku menghimpun pasukan, kami melihat sekelompok laki-laki yang berkuda hitam putih berada di tengah-tengah manusia, dan mereka tidak menginjakkan kakinya di tanah.”
“Demi Allah, itu adalah malaikat,” seru Abu Rafi’ sembari mengangkat batu yang berada di tangannya. Abu Lahab pun naik pitam, ia kepalkan tangannya dan memukul Abu Rafi’ dengan keras. Abu Lahab menarik dan membantingnya ke tanah. Kemudian mendudukan dan memukulinya kembali.
Ummu Fadhl pun bangkit mengambil sebuah tongkat dari batu dan memukul kepala Abu Lahab sampai mengakibatkan luka yang cukup parah. Ummu Fadhl berkata, “Aku telah melemahkannya sehingga harga dirinya jatuh.”
Beberapa saat kemudian, Abu Lahab bangkit dalam keadaan hina. Setelah itu ia hanya hidup selama tujuh malam hingga Allah menimpakan penyakit bisul yang menjadi penyebab kematiannya.
Begitulah perlakuan seorang wanita mukminah yang pemberani. Gugurlah kesombongan dan merosotlah kehormatan seorang lelaki musyrik karena keberaniannya. Alangkah bangganya sejarah Islam mencatat nama Ummu Fadhl sebagai teladan bagi para wanita yang telah dibina oleh Islam.
Ummu Fadhl wafat pada masa Khalifah Usman bin Affan sebagai sosok ibu salehah yang telah melahirkan tokoh semisal Abdullah bin Abbas yang berjuluk ‘Turjumanul Qur’an’ (yang ahli dalam hal tafsir Al-Qur’an). Jiwa kepahlawanannya memancar dari akidah yang benar. Maka muncullah keberanian yang mampu menjatuhkan musuh Allah yang paling keras permusuhannya itu.
Sumber: Ayat-Ayat Pedang oleh: Layla TM. Hal 25-28