SUATU ketika dalam sebuah majelis ilmu, seorang murid bertanya kepada Abu Said Abul Khair, “Guru, di tempat lain para santri diajarkan untuk bisa terbang. Sebagian mereka juga katanya bisa membuktikan itu.”
“Tidak aneh. Lalat dan nyamuk juga bisa terbang.” Ujar sang guru enteng.
Tak puas dengan jawaban sang guru, murid yang lain pun ikut bertanya, “Guru, di tempat nun jauh di sana ada orang yang bisa berjalan di atas air. Mengapa kita tidak diajarkan untuk bisa seperti itu?” tanyanya penuh ingin tahu.
Dengan tenang, Abul Khair berkata, “Itu juga tidak aneh. Serangga pun bisa berjalan di atas air.”
Beberapa murid tampak semakin kecewa dengan jawaban sang guru. Satu di antaranya kemudian berujar lagi, “Guru, di tempat lain juga ada orang yang bisa berada di beberapa tempat sekaligus.”
“Yang paling pintar melakukan hal itu adalah syetan. Ia bisa berada di hati jutaan orang dalam waktu bersamaan,” jawab Abul Khair seraya tersenyum.
Jawaban sang guru sungguh di luar dugaan. Murid-murid yang begitu antusias mengikuti pelajaran gurunya pun semakin bingung. Serempak para murid saling bertatap penuh curiga. Mengapa sang guru yang amat dihormatinya ini tak menjawab pertanyaan dasar yang mereka lontarkan, mengapa mereka tidak diajarkan apa yang di tempat lain diajarkan?
Melihat para muridnya tampak heran dengan jawaban yang diberikan, Abul Khair pun bertanya, “Mengapa kalian ingin terbang, berjalan di atas air atau berada di beberapa tempat sekaligus?”
“Ingin dekat dengan Allah.” jawab murid serempak. “Bagaimana cara paling cepat agar kami bisa mendekatkan diri kepada Allah, Guru?” lanjut salah seorang murid.
Abul Khair tersenyum, ah rupanya para murid mengira jika orang yang dekat dengan Allah adalah mereka yang memiliki kekuatan supranatural.
“Banyak jalan mendekat kepada Allah, sebanyak jumlah napas para pencari Tuhan. Tapi jalan yang paling cepat untuk mendekat kepada Allah adalah dengan menebarkan rasa bahagia di hati orang lain di sekitarmu, terutama keluarga.”
Mendengar penjelasan itu, para murid terdiam.Abul Khair melanjutkan, Rasul Saw. bersabda, “Manusia terburuk di antara kalian adalah orang yang mempersulit keluarga.” (Al-Jami al-Shaghir, jld. 2, hlm. 77).