ABDURRAHMAN, putra Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu anhuma, pernah menyampaikan sebuah kisah tentang para sahabat yang tinggal di Shuffah. Shuffah ialah sebuah tempat yang dahulu di zaman Rasul ada di belakang Masjid Nabawi. Digunakan sebagai tempat tinggal yang tidak layak untuk ditempati karena tidak ada dindingnya. Hanya beratap saja, kalau panas sangat panas cuacanya dan kalau dingin begitu menggigil.
Mereka menempati tempat itu. Dan tempat itu adalah tempat bagi para sahabat yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Para sahabat yang datang ke Madinah tidak memiliki harta, tidak punya sanak saudara, dan tidak punya rumah di Kota Madinah. Mereka adalah orang-orang miskin, kata Abdurrahman. Suatu hari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, sebagai sebuah solusi bagi keadaan kemiskinan ini.
Apa sabda Nabi itu? Nabi mengatakan, siapa yang memiliki makanan untuk dua orang maka bawalah orang yang ketiga, dan siapa yang memiliki makanan untuk empat orang maka bawalah orang yang kelima bahkan orang yang keenam. Ini sebuah solusi, yaitu kebersamaan membawa saudaranya untuk makan bersama. Bahkan Nabi shalallahu alaihi wasallam menjamin, walau makanan itu hanya untuk dua orang dia akan cukup bertiga, maka bawalah orang yang ketiga. Walau makanan itu hanya cukup untuk empat orang, maka bawalah orang yang kelima dan keenam karena dia juga akan mencukupinya.
Malam itu, kata Abdurrahman, Abu Bakar membawa pulang tiga orang, dan Abdurrahman diamanahi oleh sang ayah untuk menjamu tamu yang berjumlah tiga orang itu. Abdurrahman berikut istrinya Abu Bakar yang ada di rumah diminta untuk menjamunya. Begitu Abu Bakar mengantarkan tamunya ke rumah, Abu Bakar kembali ke Rasulullah dan makan malam bersama Nabi shalallahu alaihi wasallam. Sampailah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mengantuk, baru Abu Bakar pulang.
Begitu sampai di rumah ternyata Abdurrahman bersembunyi. Dia takut, karena kalau sampai Abu Bakar tahu maka pasti marah. Dan benar Abu Bakar marah. Yang membuat Abu Bakar marah adalah tamunya belum makan. Bukan salah keluarganya. Keluarganya sudah menawarkan berkali-kali, tetapi tamunya tidak mau makan sampai Abu Bakar datang. Abu Bakar sempat bersumpah tidak mau menyentuh makanan itu. Tapi begitu tamunya mulai makan, ternyata ada keajaiban. Keajaiban itu sampai membuat Abu Bakar bertanya kepada istrinya, “Apa ini? Yaa ukhta Bani Firasy maa hadza?”
Istrinya menceritakan apa keajaiban itu. Ternyata setiap tamunya makan, tidak berkurang makanan itu. Ajaib! Justru bertambah tiga kali lipat makanan itu. Bahkan, esok paginya makanan itu dibawa ke Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, dan makanan itu digunakan untuk menjamu 12 rombongan di hari itu. Subhanallah. Kisah ini diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
Maka marilah kita belajar. Kalau keberkahan sudah hadir, kalau keberkahan itu ada, yang sedikit pun akan mencukupi untuk banyak orang. Oleh karena itu, kalau ternyata ada sesuatu yang banyak tapi tidak mencukupi, maka perhatikan. Jangan-jangan hilang keberkahannya. Semoga apa yang kita miliki walau jumlahnya sedikit, mudah-mudahan diberkahi Allah. Karena jika yang sedikit itu diberkahi, maka cukup untuk kita. Ambil keberkahannya.
Wallahu alam bisshawab. [Ust. Budi Ashari, Lc.]