“Kami sekarang lagi penjajakan, koordinasi dengan asosiasi untuk wujudkan itu. Artinya, kita mau satukan suara,” kata Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih di Jakarta, Rabu (28/3).
Menurut Gati, asosiasi dari berbagai sektor usaha seperti IKM pakaian, aksesori, sepatu hingga tas akan dikumpulkan untuk membangun dan menwujudkan cita-cita industri mode Indonesia tersebut. Tidak hanya pakaian, Gati menambahkan produk mode lainnya seperti sepatu, tas, tata rias juga perlu mendukung untuk mewujudkan mimpi tersebut.
Gati menyampaikan, untuk menjadi kiblat mode Muslim dunia, ekspor produk Muslim Indonesia harus menjadi yang tertinggi di dunia. Sayangnya, kode Harmonized System (HS) produk fashion tidak berbeda dengan produk non-Muslim saat diekspor.
“Nah ini dia, kami ingin usulkan pemisahan HS untuk produk fashionMuslim untuk mengetahui nilai ekspornya. Sekarang kan ekspor kita dinilai di bawah Bangladesh, Pakistan dan negara lain, padahal tidak juga,” ujar Gati.
Namun, apabila pemisahan HS tidak berhasil dilakukan, maka perhitungannya akan kembali digabung dengan mode non-Muslim. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebut Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia sangat berpotensi menguasai industri fashion Muslim dunia.
Indonesia juga merupakan satu dari lima besar negara anggota Organisasi Kerja Sama negara Islam (OKI) sebagai pengekspor fashion Muslim terbesar di dunia, setelah Bangladesh, Turki, Maroko, dan Pakistan. Sehingga, sangat layak bagi Indonesia untuk dapat menjadi kiblat fashion Muslim di dunia pada 2020.
Airlangga juga mengapresiasi ajang Indonesia Fashion Week (IFW) 2018 yang menyediakan aula khusus untuk produk mode Muslim. “Saya menyampaikan apresiasi kepada APPMI, karena pada event pameran ini terdapat 1 hall khusus untuk fashion Muslim. Hal ini tentu sebagai salah satu bentuk upaya dari APPMI untuk turut serta dalam mewujudkan Indonesia menjadi kiblat fashion Muslim dunia,” ungkapnya.