SAYA mendapat banyak pelajaran baru dari banyak kegiatan. Kegiatan pertama adalah mengisi acara studi banding IAIM NU Metro Lampung ke UINSA Surabaya. Saya diminta bicara tentang Pendidikan Islam Berbasis Kearifan Lokal.
Ternyata, karakter Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin itu salah satu wujudnya adalah kemampuan Islam berdialog dengan beragam masalah di beragam tempat dan berbedanya waktu. Prinsip dan nilai Islam adalah sama untuk semua, namun cara penyampaian dan bentuk pelaksanaan bisa saja berbeda. Kearifan lokal sangat perlu menjadi konsiderasi dalam upaya proses pengajaran Islam yang efektif.
Pulang dari acara di atas, datanglah seorang ustadz dari Pemalang Jawa Tengah yang menurutnya ingin bertemu saya setelah menonton seluruh video ceramah dan kajian saya di Youtube. Saya sampaikan bahwa itu bukan saya yang upload.
Pelajaran yang saya petik adalah betapa medsos itu dibaca dan ditonton orang banyak. Karenanya, jangan menulis atau membagikan sesuatu yang tak baik di media sosial. Dosanya bisa terus berjalan dan semakin menumpuk seiring semakin banyaknya yang membaca dan menonton dan lamanya ada di medsos itu.
Acara berikutnya menerima kunjungan dua keluarga besar. Pelajaran yang diterima adalah bahwa musyawarah antarkeluarga sungguh menenteramkan. Kita tidak bisa hidup sendiri. Kita butuh orang lain. Membangun keakraban keluarga adalah anugerah indah yang sering dilupakan.
Acara terakhir kami adalah berkunjung ke rumah guru sekaligus orang tua kami. Menimba pengalaman dari guru dan orang tua sungguh memperluas wawasan kehidupan kita. Ada banyak hikmah didapat, hikmah yang tak didapat di ruang kelas. Nikmatnya belajar hidup kepada guru yang pantas digugu dan ditiru.
Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi