MEMAAFKAN adalah refleksi kesejatian cinta yang memampukan seseorang tak terbelenggu oleh sesuatu yang menyakitkan untuk kemudian move on pada hal lain yang membuka peluang bahagia. Orang besar yang prestasinya dikenang oleh sejarah bisa dipastikan sebagai pemilik karakter pemaaf. Nabi Muhammad SAW adalah teladan terbaik untuk senantiasa menjadi referensi sikap dalam hal memaafkan ini.
Rangkaian kebaikan hanya akan lahir sempurna dari asal yang kuat dan bersih. Asal yang kuat dan bersih adalah asal yang bebas dari kotoran jiwa, jauh dari laknat dan dekat dengan rahmat. Rasulullah adalah sumber rahmat, maka semua hal dari beliau adalah kebenaran, kebaikan dan keindahan. Inilah, menurut Ibnu Athaillah Al-Sukandari dalam kitan Latha’if al-Minannya, makna hakiki dari ayat: “Dan tidak Kami utus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.” Alam, menurut beliau, adalah segala sesuatu selain Allah.
Memberi adalah refleksi kesejatian cinta yang memungkinkan seseorang untuk memiliki ikatan ruhaniyah kuat dengan alam sekitarnya. Alam seisinya adalah sekumpulan ikatan yang bertalitemali satu dengan lainnya. Manusia menempati ruang hidup yang tak mungkin mandiri dalam makna bahasa. Hanya mereka yang memberi yang akan bisa sempurna menerima atas nama cinta.
Rasulullah Muhammad SAW adalah manusia sempurna yang karakter kedermawanannya layak menjadi rujukan hidup. Memberi seakan tak takut miskin dan akhirnya beliau tak pernah miskin dalam makna yang sesungguhnya. Miskin adalah kondisi kehidupan yang tak pernah puas dan selalu disiksa oleh keinginan dan kebutuhan.
Hasilnya adalah bahwa beliau menjadi pemilik ikatan ruhaniah terkuat sepanjang sejarah kemanusiaan. Nama beliau adalah nama terbanyak disebut sepanjang zaman, kepribadian beliau adalah yang paling dipuji di dunia barat dan dunia timur. Semoga kita sebagai ummatnya bisa meneladaninya. Maafkanlah kesalahan orang lain, maka kitapun kan dimaafkan. Memberilah maka kitapun kan diberi tambahan nikmat. Salam, AIM. [*]