Suatu ketika aku pernah berhasrat untuk menafsirkan ayat Alquran, walaupun ayat tersebut tidak berhubungan dengan pokok perbincangan ini. Bagaimanapun, hasrat itu telah datang padaku. Aku harus melakukannya.
Tuhan berfirman, “Hai Nabi, katakan kepada tawanan-tawananmu bahwa, Tuhan mengetahui kebaikan yang ada dalam hatimu. Dia akan memberimu sesuatu yang lebih baik daripada yang telah diambil darimu; dan Dia akan mengampunimu, karena Tuhan Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” [QS. 8: 70].
Sebab turunnya ayat ini adalah sebagai berikut. Suatu ketika Nabi Muhammad berhasil mengalahkan orang-orang kafir. Banyak orang yang terbunuh dalam peperangan itu. Kaum Muslim mendapatkan banyak barang rampasan perang. Nabi memiliki banyak tawanan yang terikat kaki serta tangannya. Salah satu tawanan itu Abbas, paman Nabi sendiri. Sepanjang malam para tawanan itu meratap dalam belenggu mereka dan merintihkan kesengsaraan yang dialaminya.
Sampai mereka berputus asa dan berhenti berharap. Tak ada lagi yang mereka nantikan kecuali tebasan pedang di batang leher mereka. Nabi mengetahui hal itu lalu melihat mereka dan tertawa.
“Kalian lihat itu,” para tawanan itu berkata, “dia memiliki kemanusiaan dalam dirinya. Pernyataan bahwa dia bukanlah manusia tidaklah benar, karena di sini, ketika dia melihat kita terikat sebagai tawanannya, dia merasakan kenikmatan yang sangat seperti manusia lain bergembira dalam suka cita apabila telah menaklukkan musuhnya dan melihat mereka terkalahkan.”
Tapi Nabi Muhammad mampu membaca pikiran mereka dan berkata, “Tidak. Aku tertawa bukan karena melihat musuhku terkalahkan atau karena aku gembira melihat kalian kalah. Aku tertawa karena dengan mata batinku aku melihat diriku sendiri memaksa menarik dengan rantai dan belenggu sekelompok orang keluar dari api pembakaran dan asap hitam neraka ke dalam taman abadi surga yang amat menyenangkan.”
Mereka merintih dan menyesal, lalu berkata, “Kenapa engkau mengeluarkan kami dari tempat celaka ini ke dalam lindungan, dan membawa kami ke taman yang dipenuhi bunga mawar?” Nabi menjawab, “Karena itulah aku tertawa. Aku tertawa karena kalian masih juga tidak memiliki daya pandang untuk memahami dan melihat denganjernih terhadap ucapanku.” Kemudian Nabi melanjutkan, “Tuhan telah memerintahku untuk mengatakan ini kepada kalian, Pertama-tama kalian mengumpulkan begitu banyak pelayan rumah dan tenaga, dan benar-benar yakin dengan kekuatan, kekukuhan, keberanian kalian. Kalian berkata pada diri kalian sendiri bahwa kalian akan sanggup melakukan apa pun. Kalian sesumbar akan mengalahkan kaum Muslim. Kalian pikir tidak ada yang lebih kuat daripada kalian. Kalian tidak dapat membayangkan ada orang lain yang lebih kuat daripada kalian sendiri. Sekarang seluruh yang telah kalian rencanakan gagal total. Dan kini kalian terbaring gemetar dalam ketakutan. Kalian tidak bertobat atas kegagalan serta kesalahan yang kalian lakukan. Kalian akan terus berada dalam kesukaran yang menciutkan nyali. Kalian masih tidak dapat memahami bahwa bisa jadi ada orang lain lebih berkuasa daripada kalian. Maka suatu keniscayaan ketika kini kalian melihatku memiliki kekuatan serta kuasa. Dan diri kalian mungkin akan menjadi sasaran dari kutukanku.”
“Tapi jangan berputus asa atas apa yang aku lakukan, karena aku mampu untuk mengeluarkan kalian dari ketakutan ini dan membimbing kalian pada keselamatan. Dia Yang Maha Kuasa mampu untuk menciptakan seekor sapi hitam dari seekor sapi putih dan mampu untuk menciptakan seekor sapi putih dari seekor sapi hitam. “Dia menciptakan malam untuk menggantikan siang, dan menciptakan siang untuk menggaritikan malam” [QS. 35: 13]. “Dia bisa menciptakan kehidupan dari kematian, dan Dia bisa menciptakan kematian dari kehidupan” [QS. 30: 19]. Sekarang, ketika kalian menjadi tawananku,jangan takut padaku karena aku mampu menghukum kalian. Karena tidak ada yang berputus asa dari kasih sayang Tuhan, kecuali orang kafir [QS. 12: 87].
Kemudian Nabi Muhammad berkata, “Sekarang Tuhan berfirman, Hai tawanan, jika engkau mengubah keyakinanmu yang dulu dan memahami-Ku baik dalam rasa takut ataupun dalam pengharapan kemudian kalian menyadari bahwa kalian adalah sasaran dari kehendak-Ku pada setiap keadaan. Aku akan melepaskan kalian dari keadaan menakutkan ini. Aku pasti akan mengembalikan seluruh harta bendamu yang telah dirampas dan dihilangkan, dan Aku akan memaafkan kalian. Tidak hanya kebahagiaan di dunia ini yang akan Aku berikan tapi juga kebahagiaan di kehidupan yang selanjutnya.”
“Aku bertobat,” Abbas berkata, “aku berpaling dari keyakinanku yang lalu.”
“Tuhan membutuhkan bukti dari pengakuan yang engkau buat,” kata Nabi.
Memang mudah untuk melemparkan pernyataan cinta, Tetapi bukti darinya akan selalu diminta.Lalu Abbas bertanya “Demi Nama Tuhan! Bukti apa yang engkau butuhkan?”
“Berikan kepada bala tentara Islam,” jawab Nabi Muhammad, “seluruh kekayaan yang masih engkau tinggalkan. Apabila engkau memang benar-benar seorang Muslim dan berharap baik pada agama dan masyarakat Islam, berikan hartamu sehingga bala tentara Islam akan menjadi lebih kuat!”
“Wahai Rasulullah!” jawab Abbas, “harta mana lagi yang masih aku miliki? Sedangkan segala yang aku miliki sudah terampas. Aku tak lagi memiliki apa-apa. Hanya tikar jerami tua yang tertinggal atas namaku.”
“Lihat,” kata Nabi Muhammad, “engkau masih belum berbudi. Engkau belum berpaling dari keyakinanmu yang dulu. Biarkan aku katakan padamu berapa banyak kekayaan yang engkau miliki, dimana engkau menyembunyikannya, kepada siapa engkau mempercayakannya, dan di mana engkau memendamkannya.”
“Oh, tidak!” teriak Abbas.
“Apakah engkau tidak mempercayakan sejumlah harta kepada ibundamu? Tidakkah engkau memendam sejumlah lain di bawah dinding dan menetapkan bahwa apabila engkau kembali dia akan mengembalikannya kepadamu, dan apabila engkau tidak kembali hidup-hidup dia akan menggunakannya untuk membeli barang tertentu. Engkau juga memberikan sejumlah besar hartamu kepada orang tertentu, dan menyimpan sebagian yang lainnya untuk dirinya sendiri?”
Kemudian Abbas mengacungkan jari-jarinya dan menyatakan iman dengan sungguh-sungguh, lalu dia berkata, “Wahai Nabi, sejujurnya aku pernah berpikir bahwa engkau memiliki keberuntungan melalui khayalan tentang nasib baik, sebagaimana yang dilakukan oleh banyak raja masa lalu seperti Haman, Syaddad, dan Namrud. Meski demikian, ketika engkau mengatakan kepadaku hal yang engkau sebutkan, aku tahu pasti bahwa nasib baik yang melingkupimu adalah sesuatu yang misterius dan sungguh-sungguh berasal dari Ilahi.”
“Engkau berkata benar,” kata Nabi Muhammad. “Saat ini aku mendengar lingkaran keraguan yang melingkupimu telah berderak patah dalam batinmu. Bunyi patahannya mencapai telingaku. Lenyap pada kedalaman jiwaku. Kapan pun lingkaran keraguan, penyembahan berhala, atau kekafiran seseorang berderak patah, aku mampu mendengar bunyi pecahannya dengan telinga batinku, telinga jiwaku. Sekarang engkau telah benar-benar menjadi orang yang berbudi dan menyatakan iman dengan segala kesungguhanmu.”