Seperti dikisahkan dalam kitab Shifatus Shafwah karangan Ibnul Jauzi, sang imam besar kemalaman ketika sampai di sebuah negeri. Ia pun sempat kebingungan untuk mencari tempat bermalam. Hingga akhirnya, ia meminta izin kepada pengurus masjid setempat untuk istirahat di masjid barang satu malam.
Sayang sekali, kendati ketenaran Imam Ahmad sudah sampai di seluruh pelosok negeri, tak banyak orang yang tahu bagaimana sosok dan rupa sang imam. Di negeri tersebut, sudah banyak ajaran dan pengikut mazhabnya, tapi karena keterbatasan informasi, tak ada orang yang mengenal siapa dirinya.
Karena itulah, pengurus masjid tak memperbolehkannya menginap. Sang imam besar pun sempat luntang-lantung malam itu hingga akhirnya seorang pengusaha roti bersedia menerima beliau di rumahnya.
Ketika sampai di rumah si tukang roti, Imam Ahmad terus memperhatikan amalan yang selalu diwiridkan oleh tuan rumah. Menurutnya, amalan tersebut sederhana namun istimewa. Sang tuan rumah senantiasa beristighfar dalam setiap aktivitas yang ia lakukan. Lidahnya selalu saja basah dengan zikir dan meminta ampunan Allah.
“Wahai Tuan, apa fadilah yang tuan dapatkan dari amalan (selalu beristighfar) tersebut?” tanya Imam Ahmad penasaran.
Sang tuan rumah tersenyum. “Fadilahnya, setiap doa yang saya panjatkan kepada Allah, pasti selalu dikabulkan-Nya,” jawab si tuan rumah. Imam Ahmad pun salut kepadanya.
“Tapi, ada satu doa saya yang hingga saat ini belum dikabulkan Allah,” kata sang tuan rumah. Imam Ahmad pun kembali penasaran. “Doa apakah itu, Tuan?” tanyanya.
“Dari dahulu, saya berdoa kepada Allah agar saya dipertemukan dengan imam mazhab saya, yakni Imam Ahmad bin Hanbal. Namun hingga saat ini, saya belum juga dipertemukan dengan beliau,” ujar sang tuan rumah.
Mendengar itu, Imam Ahmad langsung kaget. Inilah rupanya yang memaksa seorang imam besar luntang-lantung tengah malam. Ini juga alasannya, mengapa Imam Ahmad diusir dari masjid dan dipaksa berjalan tengah malam hingga akhirnya sampai dipertemukan dengan si tukang roti itu. Semuanya sama sekali bukan suatu kebetulan, melainkan skenario Allah SWT untuk menjawab doa si tukang roti.
Demikian dahsyatnya kekuatan istighfar sehingga membuat Allah SWT enggan untuk menolak doa yang dipanjatkan kepada-Nya. Seorang imam yang berkelana dari negeri ke negeri, Allah tuntun langkahnya agar sampai di negeri si tukang roti. Kemudian, Allah membuat suatu keadaan hingga keduanya dipertemukan. Tak ada yang mustahil bagi Allah jika Dia berkehendak.