Apabila kita merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an, kita akan menemukan begitu banyak fenomena kehidupan yang yang menarik untuk kita kaji.
Disana ada sekelompok manusia yang congkak dengan kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan kepadanya. Tak hanya itu, ia pun mengingkari kenikmatan tersebut dan menggunakannya untuk hal-hal yang dibenci oleh Allah.
Orang-orang semacam ini telah mendapat stempel dari Al-Qur’an bahwa suatu saat mereka akan mendapatkan siksaan di dunia, sebelum siksaan di akhirat kelak.
Allah swt berfirman,
(1)
وَكَمۡ قَصَمۡنَا مِن قَرۡيَةٖ كَانَتۡ ظَالِمَةٗ وَأَنشَأۡنَا بَعۡدَهَا قَوۡمًا ءَاخَرِينَ
“Dan berapa banyak (penduduk) negeri yang zhalim yang telah Kami binasakan, dan Kami jadikan generasi yang lain setelah mereka itu (sebagai penggantinya).” (QS.Al-Anbiya’:11)
(2)
فَكَأَيِّن مِّن قَرۡيَةٍ أَهۡلَكۡنَٰهَا وَهِيَ ظَالِمَةٞ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا وَبِئۡرٖ مُّعَطَّلَةٖ وَقَصۡرٖ مَّشِيدٍ
“Maka betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan karena (penduduk)nya dalam keadaan zhalim, sehingga runtuh bangunan-bangunannya dan (betapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi (ti-dak ada penghuninya).” (QS.Al-Hajj:45)
(3)
وَكَمۡ أَهۡلَكۡنَا مِن قَرۡيَةِۭ بَطِرَتۡ مَعِيشَتَهَاۖ فَتِلۡكَ مَسَٰكِنُهُمۡ لَمۡ تُسۡكَن مِّنۢ بَعۡدِهِمۡ إِلَّا قَلِيلٗاۖ وَكُنَّا نَحۡنُ ٱلۡوَٰرِثِينَ
“Dan betapa banyak (penduduk) negeri yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya yang telah Kami binasakan, maka itulah tempat kediaman mereka yang tidak didiami (lagi) setelah mereka, kecuali sebagian kecil. Dan Kamilah yang mewarisinya.” (QS.Al-Qashash:58)
Ayat-ayat semacam ini banyak sekali disebutkan dalam Al-Qur’an. Dan banyaknya ayat mengenai hal ini ingin menegaskan sebuah Sunnatullah bahwa siksaan itu tidak akan datang kecuali karena akibat dari kesombongan seseorang dan karena ia menggunakan kenikmatan yang Allah berikan tidak pada tempatnya.
Ayat-ayat diatas selalu menggunakan kata قَرْيَة yang bermakna desa atau penghuni suatu wilayah. Para ahli tafsir menyebutkan bahwa kata قَرْيَة sering digunakan untuk membuktikan bahwa :
1. Siksaan yang Allah turunkan begitu dahsyat sehingga membinasakan semua yang ada di negeri atau desa tersebut.
2. Agar puing-puing bekas kehancuran itu tetap ada agar menjadi pelajaran bagi generasi setelahnya.
Semua pelajaran ini disampaikan oleh Al-Qur’an agar kita sadar bahwa semua kehancuran itu terjadi akibat dari kesombongan manusia.
Sunnatullah ini akan berjalan hingga hari kiamat. Siapapun yang mengkufuri nikmat-Nya, siapapun yang tidak bersyukur dan menggunakan kenikmatan itu untuk menentang Allah swt, maka pasti siksa Allah akan datang sebagaimana siksaan itu menimpa umat-umat terdahulu.
Namun di sisi lain adapula Sunnatullah bahwa siksaan itu tidak akan datang sebelum Allah mengirimkan seorang Rasul yang memberi peringatan kepada mereka. Dan Nabi Muhammad saw adalah Nabi terakhir yang akan memberi peringatan hingga akhir zaman.
وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهۡلِكَ ٱلۡقُرَىٰ حَتَّىٰ يَبۡعَثَ فِيٓ أُمِّهَا رَسُولٗا يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِنَاۚ وَمَا كُنَّا مُهۡلِكِي ٱلۡقُرَىٰٓ إِلَّا وَأَهۡلُهَا ظَٰلِمُونَ
“Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri, sebelum Dia mengutus seorang rasul di ibukotanya yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan (penduduk) negeri; kecuali penduduknya melakukan kezhaliman.” (QS.Al-Qashash:59)
Setiap ada kecongkaan dan kekufuran terhadap nikmat Allah, pasti disana akan datang siksa.
Tentu kita pernah melihat bagaimana Negeri yang dulunya aman dan sejahtera, penuh dengan kenikmatan yang Allah curahkan bagi penduduknya. Namun ketika muncul kecongkaan dan mulai mengkufuri nikmat Allah, maka keadaan akan berubah. Dulunya aman, sekarang penuh ketakutan. Dulunya subur, lalu ditimpa kekeringan. Dulunya kuat, lalu menjadi lemah. Seperti kaum Saba’ yang negerinya penuh dengan kejayaan lalu mereka mulai congkak dan mengkufuri nikmat-Nya sehingga semua keadaan menjadi berubah.
Inilah Sunnatullah yang akan dijalani oleh sebuah masyarakat atau keluarga maupun individu masing-masing.
Jauhkan kesombongan dari hati kita dan perbanyaklah bersyukur, agar kenikmatan itu terus bertambah dan Allah tidak menggantinya dengan siksaan.
Semoga bermanfaat…