JAWABAN luar biasa ini membuat seorang Pemuda liberal terbungkam seribu bahasa!
Pemuda: Ada orang baik banget, anti korupsi, bangun masjid, rajin sedekah sampai hidupnya sendiri dikorbanin buat nolongin orang banyak, terus meninggal dan dia bukan Muslim, Dia masuk surga atau neraka?
Dr. Zakir Naik: Neraka!
Pemuda: Lah? Kan dia orang baik. Kenapa masuk neraka?
Dr. Zakir Naik: Karena dia bukan Muslim
Pemuda: Tapi dia orang baik. Banyak orang yang terbantu karena dia, bahkan umat Islam juga. Malah Bangun Masjid Raya segala. Jahat bener deh, Tuhan kalau orang sebaik dia dimasukkan neraka juga.
Dr. Zakir Naik: Allah tidak jahat, hanya adil.
Pemuda: Adil dari mana?
Dr. Zakir Naik: Kamu sekolahnya sampai tingkatan apa?
Pemuda: saya ini Master Sains lulusan US , kenapa?
Dr. Zakir Naik: Kenapa bisa kamu dapat titel Master Sains dari US?
Pemuda: Ya karena kemarin saya kuliah di sana, diwisuda di sana.
Dr. Zakir Naik: Namamu terdaftar disana? Kamu mendaftar?
Pemuda: Ya jelas dong tuan, ini ijazah juga masih basah.
Dr. Zakir Naik: Sekiranya waktu itu kamu tidak mendaftar, tapi kamu tetap datang kesana, hadir di perkuliahan, diam-diam ikut ujian, bahkan kamu dapat nilai sempurna, apakah kamu tetap akan dapat ijazah?
Pemuda: Jelas enggak, itu namanya mahasiswa ilegal, sekalipun dia pintar, dia nggak terdaftar sebagai mahasiswa, kampus ane mah ketat soal aturan gituan.
Dr. Zakir Naik: Berarti kampusmu jahat dong, ada orang sepintar itu tak dikasih ijazah hanya karena tidak mendaftar?
Pemuda: terdiam
Dr. Zakir Naik: Gimana?
Pemuda: Ya nggak jahat sih, itu kan aturan, salah si mahasiswa kenapa nggak mendaftar, konsekuensinya ya nggak dapat ijazah dan titel resmi dari kampus.
Dr. Zakir Naik: Nahhhh! kalau kampusmu saja ada aturan, apalagi dunia dan akhirat. Kalau surga diibaratkan ijazah, dunia adalah bangku kuliah, maka syahadat adalah pendaftaran awalnya. Tanpa pendaftaran awal mustahil kita diakui dan dapat ijazah, sekalipun kita ikut kuliah dan mampu melaluinya dengan gemilang. Itu adalah aturan, menerapkannya bukanlah kejahatan, melainkan keadilan.
Pemuda: kembali terdiam, tanpa berkata-kata. [*]