ALLAH bersumpah dengan menyebut beberapa makluk-Nya di Al Quran. Allah tegaskan dalam firmanNya, “Demi Fajar. Demi malam yang sepuluh,” (QS. Al Fajr). Sumpah Allah ini jelas bukan tidak memiliki penjelasan. Tentu ada hal istimewa atau khusus sehingga Allah bersumpah atas namanya.
Sebagaimana sumpah Allah “Demi Waktu” dalam surat al Ashr di mana waktu adalah makhluk Allah yang disia-siakan oleh kebanyakan manusia. Sepuluh malam yang mana yang Allah maksud dalam sumpahNya “Demi malam yang sepuluh”?
Terdapat beberapa tafsir terhadap ayat tersebut. Setidaknya ada empat tafsiran ulama akan ayat ini. Pertama bahwa yang dimaksud adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Kedua sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, ketiga sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, dan keempat adalah sepuluh hari pertama bulan Muharram.
Adapun pendapat terkuat adalah tafsir ulama yang menyebut bahwa “malam yang sepuluh” adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Zubair radliyallahu anhum, Mujahid dan lainnya dari kalangan ahli tafsir terdahulu.
Penjelasan ini tentu menguatkan bahwa kemuliaan sepuluh malam pertama di bulan Dzulhijjah melebihi sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Hanya saja bila hitungannya hanya satu malam, maka dalam setahun hanya ada satu malam yang mulia yakni lailatul qadar yang ada di bulan Ramadhan. [*]
Oleh : Ustadz Afifuddin Rohaly MM