Jika berbicara tentang kehidupan dunia, akan kita temukan berbagai penjelasan yang telah diuraikan oleh banyak ilmuwan tentangnya. Bermacam arti dunia muncul sesuai dasar pemikiran masing-masing.
Kaum materialis, sosialis dan ilmuwan yang bertauhid saling melontarkan pendapatnya masing-masing. Sekarang kita akan berhenti untuk membicarakan pendapat manusia, kira-kira apa pandangan Tuhan tentang dunia?
Dalam mengartikan kehidupan dunia, Allah merangkumnya dalam satu ayat berikut ini :
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan.
Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (QS.Al-Hadid:20)
Pertama, kehidupan dunia hanyalah permainan. Tak ada yang hakiki didalamnya. Apapun yang kita cari akan hilang begitu saja. Entah ia meninggalkan kita atau kita yang meninggalkannya.
Kedua, kehidupan dunia adalah gurauan belaka. Bukan kehidupan yang sebenarnya. Sungguh kerugian yang besar jika ada manusia yang menganggap kehidupan sebenarnya ada di alam ini. Padahal waktunya begitu singkat dan segera berakhir.
Ketiga, kehidupan dunia hanyalah hiasan. Sekedar hiasan saja, jangan sampai sesuatu yang kita miliki dianggap sebagai miliki kita seutuhnya. Itu semua hanyalah hiasan untuk kehidupan yang sementara ini.
Keempat, kehidupan dunia tak terlepas dari saling bangga akan dirinya masing-masing. Padahal apa yang hendak dibanggakan jika sebenarnya hidup mereka bukan disini? Silahkan berbangga diri jika telah mampu selamat dari panasnya api neraka.
Kelima, kehidupan dunia sungguh tak lepas dari berlomba dalam harta dan anak. Bahkan banyak yang menghalalkan segala cara untuk menjadi yang terkaya dan terhebat. Menyombongkan keluarga besar dan anak keturunan. Padahal semua itu tak berarti jika tidak diinvestasikan untuk bekal kehidupan nanti.
Jika kita lebih memperhatikan lagi, perumpamaan di atas serasi dengan perjalanan umur manusia. Di saat kecil, manusia menghabiskan waktunya untuk bermain. Lalu mulai bisa bergurau. Kemudian ketika remaja semakin sering berhias. Semakin dewasa ia mulai membanggakan diri dan berlomba untuk memperbanyak harta serta keturunan.
Kemudian Allah mengakhiri ayat ini dengan memperumpamakan singkatnya masa di dunia seperti tanaman yang terlihat hijau menawan. Tak lama ia mulai menguning, kering dan hancur. Begitu singkat masanya.
Dan itulah sekelumit pandangan Al-Quran tentang kehidupan di dunia. Ingat, kita terikat kontrak dengan umur yang semakin berkurang. Bersiap-siaplah selalu untuk menempati rumah abadi kita di akhirat. Jangan habiskan waktu untuk membangun rumah megah di dunia saja hingga melupakan rumah abadi di akhirat.
Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung di dunia sampai kelak menjalani hidup yang sesungguhnya di akhirat. [ ]
Sumber: khazanahalquran/Inilah.com