Sifat setan yang ada dalam diri manusia bisa merusak lingkungan.
Memasuki awal 2020, Indonesia dikejutkan dengan sejumlah berita tak mengenakkan, salah satunya banjir. Permasalahan menjaga lingkungan dan bahaya pemanasan global pun kembali santer terdengar.
Beberapa tahun terakhir, isu menjaga lingkungan dan bahaya pemanasan global memang menjadi hal yang kerap disoroti oleh sejumlah media dan aktivis. Beragam lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli pada lingkungan, berusaha bergerak sebagai bentuk usaha untuk mengurangi kerusakan lebih lanjut.
Menjaga lingkungan sendiri sudah menjadi tugas sebagai seorang manusia. Pakar Tafsir dan Ilmu Qiraat, KH Ahsin Sakho Muhammad menyebut sebagai seorang khalifah di muka bumi, manusia seharusnya bisa melindungi bumi beserta isinya.
“Saat Allah menciptakan alam semesta, kondisinya sudah siap dihuni manusia dan dalam keadaan yang sebaik-baiknya. Maka sudah menjadi tugas manusia untuk menjaganya dengan baik,” ujar Kiai Ahsin saat dihubungi Republika.co.id, beberapa waktu lalu.
Dia menyebut saat Allah SWT menciptakan manusia, para malaikat sudah mengkhawatirkan akan kerusakaan yang terjadi akibat ulah manusia. Hal ini dituliskan dalam QS al-Baqarah ayat 30, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.”
Manusia memiliki sifat hewan dimana ingin merajai, kecenderungan takabur, dan memiliki sifat setan yakni cerdik. Malaikat sejak awal sudah membayangkan manusia memiliki potensi merusak, baik secara fisik maupun non-fisik.
Kiai Ahsin menyebut kerusakan non-fisik atau rohani akan berujung pada merusak hal-hal fisik. Salah satunya jika memiliki sifat tidak jujur dan tamak.
Manusia akan berlanjut merusak lingkungan untuk memenuhi keinginan diri sendiri. Salah satunya seperti membabat hutan tanpa memperhatikan lingkungan dan membuka penambangan secara ilegal.
Dalam QS al-A’raaf ayat 56 disebutkan, “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.”
“Allah menyediakan sungai, tapi sungai dibuat membuang sampah dan hajat. Air yang awalnya berharga jadi tidak berharga lagi. Padahal air ini digunakan untuk bebersih, Allah mencintai kebersihan. Generasi bagus bisa muncul kalau tinggal di llingkungan yang bagus, akhlaknya bagus, etika bagus,” ujar Kiai Ahsin.
Ada beberapa hal kecil yang bisa dilakukan oleh manusia untuk menjaga lingkungan ini, dan semuanya dimulai dari didikan orang tua kepada anaknya sejak kecil. Dalam hal etika, orang tua bertanggung jawab untuk mendidik anak dengan etika yang baik, seperti jujur, menghormati, menghargai, dan mengasihi.
Sementara yang berkaitan dengan lingkungan, ajari anak untuk tidak membuang sampah sembarangan, rajin bebersih, dan tidak membuang-buang air karena air ini berharga. Apa yang diterima atau diberikan dalam keadaan baik, maka kembalikan dalam keadaan yang baik pula.
“Allah SWT itu indah dan menyukai pada keindahan. Kalau seandainya orang Islam mencintai Allah, maka harus mencintai keindahan. Alam semesta ini kan lukisan terbesar yang sangat indah. Apa yang dibuat alam pasti indah,” ujarnya. /
KHAZANAH REPUBLIKA