DI dalam al-Quran, terdapat satu surat yang dijuluki para ulama dengan surat an-Niam (surat kenikmatan). Surat an-Niam atau surat yang banyak menyebutkan kenikmatan adalah surat an-Nahl.
Surat an-Nahl termasuk surat Makiyah menurut Jumhur ahli tafsir, selain 3 ayat yang diturunkan di Madinah, sepulangnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dari perang Uhud. Berisi 128 ayat, dan berada di urutan ke-16 dalam mushaf al-Quran. (at-Tahrir wa at-Tanwir, 14/93)
Disebut surat kenikmatan, karena surat ini banyak menyebutkan berbagai macam nikmat Allah untuk para hamba-Nya, yang itu merupakan bukti kebesaran dan keagungan Allah. Berikut beberapa keterangan para ulama yang menyebut surat ini dengan surat an-Niam (surat kenikmatan),
[1] Keterangan Qatadah ulama tafsir zaman tabiin Imam Qatadah mengatakan, Surat ini (an-Nahl) dinamakan dengan surat an-Niam. (Tafsir Yahya bin Sallam, 1/80)
[2] Keterangan Ali bin Zaid bin Jadaan salah satu ulama tabiin Dari Ali bin Zaid, beliau mengatakan, Surat an-Nahl disebut juga surat an-Niam. Karena di sana banyak disebutkan kenikmatan-kenikmatan. (Zadul Masir, 2/548)
[3] Keterangan Muhammad bin Saib al-Kalbi (w. 146 H) al-Kalbi mengatakan, Surat ini dinamakan surat kenikmatan, karena Allah menyebutkan banyak sekali nikmat-Nya untuk hamba-Nya di dalam surat ini. (an-Nukat wal Uyun, Tafsir al-Mawardi, 3/207).
Nikmat-nikmat di Surat an-Nahl:
Ada banyak ayat di surat an-Nahl yang menyebutkan kata nikmat. Saya mencoba menghitungnya, kurang lebih ada 9 ayat, yaitu: ayat 18, 53, 71, 72, 81, 83, 112, 114, dan 121. Di surat ini, Allah juga menyebutkan kisah Ibrahim dengan mencantumkan sifatnya yang menonjol, yaitu pandai mensyukuri nikmat Allah. Allah berfirman,
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (120) (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.” (QS. an-Nahl: 120 121)
Ibrahim memiliki banyak sifat yang mulia. Namun di sini, Allah menyebutkan sifat pandai mensyukuri nikmat agar menjadi teladan bagi manusia dalam mensyukuri nikmat Allah. Kemudian, setelah Allah menyebutkan nikmat-nikmat yang demikian banyak, Allah mengakhirinya dengan mengatakan,
“Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).” (QS. an-Nahl: 81)