MENGAPA para ulama dan salafus saleh di zaman dulu mampu melakukan amal ibadah yang membuat kita saat ini berdecak kagum? Salah satunya adalah karena mereka telah merasakan kenikmatan ibadah.
Beberapa hal yang berhubungan dengan kelezatan ibadah seperti;
1. Kelezatan ibadah adalah nikmat Allah dan sekaligus balasan amal ibadah di dunia.
Berkata Ibnu Taimiyah, “Apabila kamu belum mendapatkan balasan amal berupa kenikmatan dalam hatimu, kelapangan dalam dadamu maka curigailah amalnya, maka sesungguhnya Allah Maha Syukur, yaitu Dia harus memberi balasan orang yang beramal atas amalnya di dunia berupa kenikmatan dalam hatinya. Juga kekuatan, lapang dada, dan kesenangan. Maka jika dia belum mendapatkannya, maka amalnya pasti rusak.”
Dalam Tahdzib Madarijus Salikin hal: 312, beliau juga berkata:
“Sesungguhnya di dunia ada jannah, barangsiapa yang belum memasukinya niscaya dia tidak akan memasuki jannah di akhirat.” Demikian pula dalam Al Wabil ash Shoyib Minal Kalim ath Thoyib, hal: 81
2. Sebab-sebab mendapatkan kelezatan ibadah
a. Mujahadatun nafs diatas ketaatan kpd Allah sehingga dia terbiasa taat, kadang kala jiwa maunya lari dari mulai menjalani mujahadah.
Berkata seorang salaf: “Aku senantiasa menuntun jiwaku kepada Allah, sedangkan dia dalam keadaan menangis hingga aku selalu menuntunnya sedangkan dia keadaan tertawa.”
b. Jauh dari dosa, dosa kecil maupun besar. Maka sesungguhnya maksiat adalah penghalang yang mencegah dari merasakan kelezatan ibadah karena ia akan mewariskan kerasnya hati, kasar dan kebengisan.
Berkata seorang salaf: “Tidaklah Allah menimpakan kepada hamba siksa yang lebih besar melainkan kerasnya hati.”
b. Meninggalkan berlebih-lebihan dalam makan, minum, ngobrol dan mengumbar pandangan.
Berkata seorang salaf: “Kesenangan hati dalam sedikit dosa, kesenangan perut dalam sedikit makan, kesenangan lisan dengan sedikit bicara.”
c. Hendaklah hamba menghadirkan hati bahwa ibadah yang dilakukan dalam rangka taat untuk Allah dan hanya mencari ridaNya, dan bahwa ibadah ini dicintai Allah, diridhoi dan bisa mendekatkan dirinya kepadaNya.
d. Hendaklah hamba menghadirkan hati bahwa ibadah ini tidak sia-sia dan hilang begitu saja seperti harta. Dia sangat membutuhkannya, akan mendapatkan buahnya di dunia dan di akhirat. Maka barangsiapa yang menghadirkannya, dia tidak mempermasalahkan apa yang tidak didapat di dunia. Dia menyenangi ibadah dan mendapatkan kenikmatannya.
3. Perbaiki ibadah Anda segera. Hal itu bisa dilakukan dengan berusaha:
– agar kita salat dengan khusyuk
– agar kita baca Alquran dengan tadabur (memikirkan dan memahami)
– agar hati kita tidak lalai dalam zikir dan doa
– agar kita bisa menikmati jalan dakwah dan jihad. []
Sumber: Kiriman pengasuh Pondok Pesantren Al Ihsan, Desa Mojorejo, Kecamatan Kebonsari, Madiun