Allah Swt Berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ قُل لِّمَن فِيٓ أَيۡدِيكُم مِّنَ ٱلۡأَسۡرَىٰٓ إِن يَعۡلَمِ ٱللَّهُ فِي قُلُوبِكُمۡ خَيۡرٗا يُؤۡتِكُمۡ خَيۡرٗا مِّمَّآ أُخِذَ مِنكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُور رَّحِيم
Wahai Nabi (Muhammad)! Katakanlah kepada para tawanan perang yang ada di tanganmu, “Jika Allah mengetahui ada kebaikan di dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan yang lebih baik dari apa yang telah diambil darimu dan Dia akan mengampuni kamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS.Al-Anfal:70)
Ayat ini sedang berkhitob kepada Rasulullah saw tentang para tawanan perang. Dan maksud kata “kebaikan” dalam ayat ini menurut para ahli tafsir memiliki makna “Islam”.
Akan tetapi di sisi lain ayat ini juga mengingatkan bahwa yang di nilai dan di pandang oleh Allah swt adalah hati manusia. Karena hati adalah pusat kontrol yang menggerakkan bagian lain dari manusia.
Karena itu kita di ajak untuk selalu memiliki niatan yang baik dan jiwa optimis mampu untuk melakukannya.
Niat yang baik melahirkan prasangka yang baik, dan prasangka yang baik melahirkan rasa optimis dan energi untuk berbuat baik. Bukankah dalam Hadist Qudsi disebutkan bahwa Allah swt Berfirman :
أَنا عِندَ ظَنِّ عَبدِي بِي
“Aku sesuai dengan apa yang disangkakan hamba-Ku kepada-Ku.”
Dalam sebuah ayat Al-Qur’an kita juga bisa mengingat kutipan dari perkataan Nabi Ya’qub as yang diabadikan dalam Firman-Nya :
قَالَ بَلۡ سَوَّلَتۡ لَكُمۡ أَنفُسُكُمۡ أَمۡرٗاۖ فَصَبۡرٌ جَمِيلٌۖ عَسَى ٱللَّهُ أَن يَأۡتِيَنِي بِهِمۡ جَمِيعًاۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡحَكِيمُ
Dia (Yakub) berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendiri yang memandang baik urusan (yang buruk) itu. Maka (kesabaranku) adalah kesabaran yang baik. Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku. Sungguh, Dialah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS.Yusuf:83)
Kesabaran, niat baik dan prasangka baik Nabi Ya’qub as pada akhirnya membuahkan hasil dan semua anaknya yang hilang akhirnya kembali kepada beliau.
Kita juga akan mengingat istri Fir’aun ketika melihat seorang bayi yang terombang-ambing di sungai, ia memiliki niat dan prasangka baik untuk merawat bayi malang tersebut.
وَقَالَتِ ٱمۡرَأَتُ فِرۡعَوۡنَ قُرَّتُ عَيۡنٖ لِّي وَلَكَۖ لَا تَقۡتُلُوهُ عَسَىٰٓ أَن يَنفَعَنَآ أَوۡ نَتَّخِذَهُۥ وَلَدٗا وَهُمۡ لَا يَشۡعُرُونَ
Dan istri Fir‘aun berkata, “(Dia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat kepada kita atau kita ambil dia menjadi anak,” sedang mereka tidak menyadari. (QS.Al-Qashash:9)
Kata-kata “mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita” akhirnya terbukti. Bayi kecil itu menjadi penghibur hatinya dan kelak menjadi Nabi yang menuntunnya menuju surga. Hingga pada akhirnya istri Fir’aun dijadikan oleh Allah sebagai panutan bagi wanita di dunia.
وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱمۡرَأَتَ فِرۡعَوۡنَ إِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ٱبۡنِ لِي عِندَكَ بَيۡتٗا فِي ٱلۡجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِن فِرۡعَوۡنَ وَعَمَلِهِۦ وَنَجِّنِي مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ
“Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir‘aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim,” (QS.At-Tahrim:11)
Maka latihlah hatimu untuk selalu berniat baik dan berprasangka baik sehingga seluruh perbuatan yang keluar darimu adalah kebaikan demi kebaikan. Dan nantikan hasil yang indah dari niat-niat baikmu dan bimbingan Allah untuk mengantarmu kepada cita-citamu.
Semoga Bermanfaat.