Al-Hasan al-Bashri mengatakan,
إِذَا جَالَسْتَ فَكُنْ عَلَى أَنْ تَسْمَعَ أَحْرَصَ مِنْكَ عَلَى أَنْ تَقُولَ ، وَتَعَلَّمْ حُسْنَ الِاسْتِمَاعِ ، كَمَا تَعَلَّمُ حُسْنَ الْقَوْلِ ، وَلَا تَقْطَعْ عَلَى أَحَدٍ حَدِيثَهُ
“Jika engkau duduk bersama kawan, jadilah orang yang lebih bersemangat untuk menjadi pendengar dibandingkan menjadi pembicara. Belajarlah menjadi pendengar yang baik sebagaimana belajar bertutur kata yang baik. Jangan putus/hentikan perkataan siapapun.” (Makarim al-Akhlaq karya al-Khara’ithi nomor 687)
Ada tiga adab berbicara yang penting kita ketahui dan kita praktekkan.
PERTAMA:
Lebih banyak mendengar dan menyimak dari pada berbicara.
Allah ciptakan untuk kita dua telinga dan satu lidah agar kita lebih sering menjadi penyimak dibandingkan menjadi pembicara.
Seringkali pendapat yang paling berkualitas adalah pendapat pembicara terakhir setelah menyimak pendapat semua orang yang berbicara sebelum dirinya.
KEDUA:
Menjadi pendengar yang baik.
Itulah orang yang menyimak perkataan lawan bicara dengan baik tanpa sibuk dengan medsos dan gadgetnya.
Pendengar yang baik merespon dengan gembira ketika lawan bicara menyampaikan hal-hal yang menurutnya menggembirakan.
Demikian pula ketika lawan bicara menyampaikan hal-hal yang menyedihkan, pendengar yang baik akan menampakkan respon dan ekspresi ikut bersedih.
Untuk bisa memiliki kemampuan menjadi pendengar yang baik perlu kesungguhan dan keseriusan untuk selalu belajar, berbenah serta memperbaiki diri.
KETIGA:
Tidak memotong pembicaraan.
Diantara bentuk menghormati lawan bicara adalah membiarkannya menuntaskan pembicaraan baru direspon dan dikomentari.
Di sisi lain, tidak mendominasi pembicaraan adalah juga bentuk menghormati lawan berbicara.
Semoga Allah mudahkan penulis dan semua pembaca tulisan ini memiliki adab-adab Islam yang luhur. Aamiin.
Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I.