Abdullah bin Abu Quhafah atau yang masyhur dengan gelar Abu Bakar As- Siddiq wafat pada bulan Jumadil akhir tahun 13 H dalam umur 63 tahun setelah mengalami sakit selama beberapa hari. Sebelum kematiannya, beliau sempat berwasiat kepada Umar bin Khatab tentang rasa takut dan pengaharapan (al-khauf wa ar-raja’).
Sebagaimana yang dikisahkan dari Abdullah bin Tsabit, dia berkata: “Sebelum ajal menjemput –dalam keadaan sekaratul maut- Abu bakar memanggil Sayyidina Umar bin khatab, kemudian beliau berpesan kepadanya. Isi pesannya itu adalah; “Wahai Umar, Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah memiliki amalan pada malam hari dan tidak diterimanya pada siang hari.”
Dan sesungguhnya Allah tidak menerima amalan sunnah sebelum dilaksanakan amalan fardhu. Dan orang yang berat timbangannya di hari kiamat itu adalah mereka yang mengikuti kebenaran saat di dunia sekalipun itu berat bagi mereka. Dan orang yang ringan timbangan mereka di hari kiamat nanti adalah mereka yang di dunia mengikuti kebatilan, dan kebatilan itu ringan bagi mereka.
Sesungguhnya Allah menyebut ahli-ahli surga dengan perbuatan baik mereka, dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka. Apabila aku mengingat mereka, maka aku takut sekiranya aku tidak bergabung dengan mereka. Sesungguhnya Allah menyebut ahli-ahli neraka dengan perbuatan buruk mereka. Aku mengingat mereka, maka aku benar benar berharap sekiranya aku tidak bersama mereka.
Aku berkata demikian supaya seorang hamba tersebut berharap sekaligus takut, tidak berangan-angan kosong terhadap Allah, dan tidak berputus asa terhadap rahmat-Nya. Apabila engkau menjaga pesanku ini, maka tidak ada perkara yang ghaib yang lebih engkau cintai dari pada kematian, sedangkan dia pasti akan datang menemuimu. Dan apabia engkau melalaikan pesanku ini, maka tidak ada perkara ghaib yang lebih engkau benci dari pada kematian, sedangkan engkau tidak bisa mengelak dari padanya.
Itulah salah satu wasiat dari Sayyidina Abu Bakar As- Siddiq kepada Sayyidina Umar bin Khatab yang bisa ditemui dalam kitab Hilyatu al-Awliyaa’ karangan Abu Nu’aim Al Ashfahani.
Wallahu A’lam.