Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan agar kita sebaiknya meninggalkan perdebatan di dunia maya atau sosial media. Beberapa pertimbangannya adalah sebagai berikut:
- Perintah agar kita meninggalkan debat, meskipun kita benar.
- Debat di dunia maya cukup sulit mencapai tujuan, yaitu untuk mencari kebenaran. Debat di dunia maya tidak ada aturan seperti diskusi ilmiah, semisal pembahasan loncat-loncat dan tidak ada kesepakatan patokan ilmiah.
- Terkadang kita tidak mengenal lawat debat kita, bisa jadi dia adalah orang yang kurang berilmu dengan modal googling saja, belum lagi kalau lawan debat ternyata memakai akun palsu.
- Debat dapat mengeraskan hati dan membuat tersesat apabila debat menjadi hobi.
- Tidak jarang debat di dunia maya hanya berujung “saling ngotot” yang berujung saling mengolok-ngolok padahal sesama muslim itu bersaudara.
Berikut penjabarannya:
- Perintah agar kita meninggalkan debat, meskipun kita benar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُبْطِلٌ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan, sementara dia berada di atas kebatilan, maka Allah akan bangunkan sebuah rumah baginya di pinggiran surga. Dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan, padahal dia berada di atas kebenaran, maka Allah akan membangun sebuah rumah baginya di atas surga.” (Shahih at-Targhib wat Tarhib, no. 138)
- Debat di dunia maya cukup sulit mencapai tujuan, yaitu untuk mencari kebenaran.
Debat di dunia maya tidak ada aturan seperti diskusi ilmiah, semisal pembahasan loncat-loncat dan tidak ada kesepakatan patokan ilmiah. Setiap orang akan semaunya sendiri saja ketika berbicara dan setiap orang memiliki patokan dan prinsip ilmiah yang berbeda-beda.
Apabila kita berdebat dengan orang yang tidak tidak memiliki standar ilmiah yang benar, tentu akan sia-sia berdebat dengan orang tersebut. Agama Islam adalah agama yang ilimiah, berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman salafus shalih.
- Terkadang kita tidak mengenal lawat debat kita. Bisa jadi dia adalah orang yang kurang berilmu dengan modal googling saja, belum lagi kalau lawan debat ternyata memakai akun palsu.
Apabila lawan debat kita orang yang tidak berilmu atau bahkan orang yang (maaf) bodoh, tentu ini akan membuang-buang waktu saja.
Perhatikanlah syair dari Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berikut ini:
إذا نطق السفيه فلا تجبه .. فخير من إجابته السكوت
فإن كلمته فرجت عنه .. وإن خليته كمدا يموت
“Apabila orang dungu itu berbicara, maka tidak usah dijawab.
Sebaik-baik jawaban untuknya adalah diam.
Jika kamu menjawabnya, kamu memberi jalan untuknya.
Jika kamu biarkan, dia akan mati sambil marah.” (Diiwaan Asy-Syafi’i)
- Debat dapat mengeraskan hati dan membuat tersesat apabila debat itu menjadi hobi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوْا عَلَيْهِ إِلاَّ أُوْتُوْا الْجَدَلَ، ثُمَّ قَرَأَ : مَا ضَرَبُوْهُ لَكَ إِلاَّ جَدَلاً
“Tidaklah sebuah kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada di atas hidayah, kecuali orang yang suka berdebat. Kemudian beliau membaca (ayat), “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja.’” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
- Tidak jarang debat di dunia maya hanya berujung “saling ngotot” yang berujung saling mengolok-ngolok, padahal sesama muslim itu bersaudara.
Perhatikan wasiat Nabi Sulaiman ‘alaihis salam kepada anaknya,
يَا بُنَيَّ، إِيَّاكَ وَالْمِرَاءَ، فَإِنَّ نَفْعَهُ قَلِيلٌ، وَهُوَ يُهِيجُ الْعَدَاوَةَ بَيْنَ الْإِخْوَانِ
“Wahai anakku, tinggalkanlah mira’ (jidal, mendebat karena ragu-ragu dan menentang) itu, karena manfaatnya sedikit. Dan dia membangkitkan permusuhan di antara orang-orang yang bersaudara.” (Syu’abul Iman no. 8076, Al-Baihaqi)
Demikian, semoga bermanfaat.
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslim.or.id