Umar bin Khattab RA, ketika ia memeluk Islam, beliau membujuk Nabi untuk dakwah terbuka sebab ia meyakini bahwa Islam merupakan ajaran yang baik dan benar berasal dari Allah SWT.
Pakar Ilmu Tafsir, Prof Quraish Shihab, dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW menjelaskan, bahkan Islamnya Umar mengundang keikutsertaan sekian banyak pemeluk Islam baru. Sehingga hal ini semakin membuat kaum Quraisy kebakaran jenggot. Apalagi setelah keislaman mereka efek Islamnya Umar, kaum Muslim telah lebih berani melaksanakan shalat di Ka’bah.
Maka demikian, Umar bertanya kepada Nabi Muhammad: “Bukankah kita dalam kebenaran, baik kita hidup maupun kita mati?”. Nabi pun menjawab: “Benar. Kalian dalam kebenaran, baik mati ataupun hidup,”.
Mendengar hal itu, Umar bertanya lagi: “Jika demikian, mengapa kita bersembunyi? Mengapa kita menyembunyikan agama kita padahal kita dalam kebenaran dan mereka dalam kebathilan?”. Nabi pun menjawab lagi: “Kita masih sedikit, engkau lihat sendiri bagaimana kita (umat Islam) diperlakukan,”.
Kemudian Umar menjawab: “Demi Allah yang mengutusmu, tidak ada satu tempat yang aku pernah duduki di sana dalam kekufuran, kecuali aku akan duduk lagi di sana dalam keimanan,”.
Maka atas desakan Umar, Nabi Muhammad dan kaum Muslimin keluar menuju Masjid Al-Haram dalam dua barisan. Satu barisan di barisan Sayyidina Umar, dan barisan kedua di barisan Hamzah. Maka ketika mereka memasuki Masjid Al-Haram, kaum musyrik terperanjat dan sangat bersedih melihat dua orang tokoh yang disegani itu masuk Islam.
Di Masjid Al-Haram itu jugalah, Nabi Muhammad SAW memberikan gelar Al-Faruq kepada Umar karena sikapnya. Yakni yang mampu memisahkan (membedakan) antara yang hak dengan yang batil. Kala itu, usia Sayyidina Umar diperkirakan baru menginjak 26 tahun.