Terkait peristiwa Isra Mi’raj, apakah yang diberangkatkan itu jasad Nabi atau ruh beliau saja? Ulama klasik sudah membicarakan hal ini sejak dulu. Fakhruddin al-Razi dalam tafsir Mafatihul Ghaib (20/148) menjelaskan bahwa sebagian besar ulama sepakat bahwa Nabi pergi Isra Mi’raj beserta dengan jasad beliau. Hanya ada sebagian kecil pendapat yang menyebutkan Rasulullah Saw hanya berangkat dengan Ruhnya saja. (Baca: Benarkah Peristiwa Isra Mi’raj Buktikan Allah Bertempat di Langit?)
Di antara sebagian kecil tersebut adalah sebuah riwayat yang dikutip oleh al-Thabari dari Hudzaifah bahwa Isra Mi’raj Rasulullah hanya terjadi dengan ruh beliau, adapun jasad beliau tetap berada di rumahnya. Riwayat serupa juga dikutip dari Aisyah Ra. dan Mu’awiyah Ra.
Al-Razi sendiri lebih memilih pendapat pertama, yaitu Isra Mi’raj Nabi terjadi dengan jasad dan ruh sekaligus, hal ini ditunjukkan dengan penyebutan kata al-‘Abd pada ayat pertama dari surah al-Isra:
سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلٗا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا
Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha. (Q.S: al-Isra’ {17},(1)).
Menurut al-Razi, kata al-‘Abd itu mencakup fisik dan ruh sekaligus. Perbandingannya adalah dengan melihat pemaknaan kata al-‘Abd pada ayat yang berbeda seperti:
أَرَءَيۡتَ ٱلَّذِي يَنۡهَىٰ ٩ عَبۡدًا إِذَا صَلَّىٰٓ ١٠
Artinya: Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika mengerjakan shalat. (Q.S: al-‘Alaq {96}, (9-10))
Perbuatan shalat tentu merupakan pekerjaan fisik dan jiwa, sehingga pelakunya di sini disebut dengan redaksi al-‘Abd. Hal yang sama juga dipahami pada ayat Isra Mi’raj. Jadi Nabi yang disebut dengan redaksi al-‘Abd dalam penjelasan Isra Mi’raj beliau juga menunjukkan peristiwa itu di jalan dengan jasad Nabi dan ruhnya sekaligus.
Wahbah Zuhaili dalam tafsirnya (8/14) juga menjelaskan pendapat Isra Mi’raj Nabi hanya dengan ruh saja merupakan pendapat yang lemah. Pendapat yang kuat dalam masalah ini, Isra Mi’raj Nabi terjadi dengan jasad dan ruh sekaligus.
Al-Imam al-Thabari dalam tafsirnya (14/446), setelah menguraikan berbagai riwayat tentang masalah ini secara panjang lebar memberikan kesimpulan: “Keterangan Isra Mi’raj Nabi telah dijelaskan dalam ayat dan kita wajib mengimaninya sebagaimana penjelasan ayat. Tidak ada dorongan untuk menafikan perjalanan Nabi secara fisik dalam maslah ini, karena memang peristiwa tersebut memang suatu keluarbiasaan yang diberikan kepada Nabi oleh Allah Swt. Menurut al-Thabari, pendapat Isra Mi’raj Nabi terjadi pada fisik dan ruh sekaligus juga diperkuat oleh keterangan hadis bahwa Nabi diberangkatkan di atas buraq. Tentu penggunaan buraq sebagai kendaraan di sini menunjukkan bahwa Nabi diberangkatkan sekaligus dengan jasad dan ruh beliau.