Para rasul seluruhnya diutus dengan membawa agama Islam. Islam yang dimaksud di sini adalah beribadah kepada Allah Ta’ala semata dan tidak berbuat kemusyrikan. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 25)
Qatadah mengatakan menafsirkan ayat ini,
أرسلت الرسل بالإخلاص والتوحيد، لا يقبل منهم “قال أبو جعفر: أظنه أنا قال”: عمل حتى يقولوه ويقرّوا به، والشرائع مختلفة، في التوراة شريعة، وفي الإنجيل شريعة، وفي القرآن شريعة، حلال وحرام، وهذا كله في الإخلاص لله والتوحيد له.
“Seluruh Rasul diutus dengan membawa ajaran ikhlas dan tauhid. Tidak diterima dari mereka (Abu Ja’far mengatakan, “Saya menyangka beliau (Qatadah) yang mengatakan.”) sebuah amalan sampai mereka mengatakan dan menetapkannya (ikhlas dan tauhid). Syariat itu bermacam-macam, di dalam kitab Taurat ada syariat, di dalam kitab Injil ada syariat, di dalam Al-Qur’an ada syariat, yaitu halal dan haram. Itu semuanya dalam rangka mewujudkan ikhlas untuk Allah dan mentauhidkan-Nya.” (Tafsir Ath-Thabari, 18: 427)
إِذْ جَاءتْهُمُ الرُّسُلُ مِن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ قَالُوا لَوْ شَاء رَبُّنَا لَأَنزَلَ مَلَائِكَةً فَإِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ
“Ketika para rasul datang kepada mereka dari depan dan belakang mereka (dengan menyerukan), “Janganlah kamu menyembah selain Allah.” Mereka menjawab, “Kalau Tuhan kami menghendaki tentu Dia akan menurunkan malaikat-malaikat-Nya, maka sesungguhnya kami kafir kepada wahyu yang kamu diutus membawanya.” (QS. Fushilat [41]: 14)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
“Yang Allah Ta’ala turunkan adalah agama yang satu, yang disepakati oleh kitab-kitab dan juga para rasul. Mereka bersepakat di atas pokok-pokok agama dan kaidah-kaidah syariat, meskipun rincian syariat dan manhaj mereka bermacam-macam, sebagaimana ada nasikh dan mansukh (hukum yang datang setelahnya menghapus hukum sebelumnya, pent.). Jadi, meskipun semua syariat itu sama (mirip), bagaikan kitab suci yang satu.“ (Al-Jawaab Ash-Shahiih, 2: 439)
Agama Islam adalah agama para Rasul seluruhnya
Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Nuh ‘alaihis salaam,
فَإِن تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُم مِّنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلاَّ عَلَى اللّهِ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikit pun darimu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya).” (QS. Yunus [10]: 72)
Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam,
وَمَن يَرْغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلاَّ مَن سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَإِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang salih. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya, “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab, “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata), “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (QS. Al-Baqarah [2]: 130-132)
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُواْ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerahkan diri kepada Allah.” (QS. Al-Maidah [5]: 44)
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالَ مُوسَى يَا قَوْمِ إِن كُنتُمْ آمَنتُم بِاللّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّسْلِمِينَ
“Musa berkata, “Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri.” (QS. Yunus [10]: 84)
Islam dalam makna sempit (khusus) dan luas
Terdapat perselisihan berkaitan dengan umat Nabi Isa dan Nabi ‘Isa, apakah mereka bisa disebut sebagai “muslim” ataukah tidak?
Perselisihan seperti ini pada hakikatnya hanyalah perbedaan dalam cara mengungkapkan saja. Islam dengan makna yang khusus, yaitu syariat yang dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka hanya dimiliki oleh umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam saja. Ketika pada zaman ini disebutkan kata “Islam” saja, tanpa ada tambahan keterangan apa pun, maka inilah Islam yang dimaksud.
Adapun Islam juga memiliki makna yang luas (makna umum), yang mencakup seluruh syariat yang dibawa oleh Nabi dan Rasul. Ini adalah Islam yang dimiliki oleh semua umat terdahulu yang mengikuti ajaran Nabi dan Rasul yang diutus kepada mereka.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan para Nabi bahwa mereka semua itu bersaudara, bapak mereka satu, yaitu agama Islam.
Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
وَالْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ
“Dan para nabi adalah bersaudara (dari keturunan) satu ayah dengan ibu yang berbeda, sedangkan agama mereka satu.“ (HR. Bukhari no. 3443)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyamakan agama para Nabi yang mereka sepakati, yaitu agama tauhid, dengan bapak yang satu. (Agama tauhid) itu adalah beribadah kepada Allah Ta’ala semata, tidak mempersekutukan-Nya, beriman kepada-Nya, kepada malaikat, kitab, rasul, dan perjumpaan dengan-Nya. (Disebut dengan bapak yang satu) karena semua berkumpul kepadanya, yaitu agama yang disyariatkan kepada seluruh Nabi. Allah Ta’ala berfirman,
شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” (QS. Asy-Syuura [42]: 13)
Al-Bukhari rahimahullah mengatakan, “Bab dalil-dalil yang menunjukkan bahwa agama para Nabi itu satu.” Kemudian beliau menyebutkan hadis di atas.
Inilah agama Islam yang diberitakan oleh Allah Ta’ala sebagai agama para Nabi dan Rasul, sejak Rasul pertama yaitu Nuh ‘alaihis salaam, sampai Rasul terakhir yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Agama tersebut seperti kedudukan seorang bapak yang satu.
Adapun syariat amal-amal yang diperintahkan bisa jadi berbeda-beda. Hal ini seperti ibu yang berbeda yang dimiliki oleh satu suami (ayah). Sebagaimana isi ajaran syariat yang bermacam-macam itu dari agama yang satu adalah sesuatu yang disepakati.“ (Badaa’i Al-Fawaaid, 4: 167)
[Selesai]
***
Penulis: M. Saifudin Hakim