Setetes madu jatuh keatas tanah. Semut kecil meliriknya dan segera menghampiri tetesan itu. Perlahan ia mendekat mencicipi manisnya madu itu.
Ia ingin pergi tapi aroma madu itu menggodanya. Sekali lagi ia nikmati madu itu seteguk lagi. Lalu ia hendak pergi.
Sebelum pergi, semut itu menoleh kembali pada tetesan madu. “Sepertinya aku kurang puas jika menikmati madu itu dari pinggirnya saja.”
Akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam tetesan madu itu demi menikmatinya lebih dalam dan lebih puas.
Masuklah semut kecil yang lugu ini kedalam tetesan madu. Ia pun merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Namun sayang, tak butuh waktu lama ia pun kesulitan bernafas. Ia berusaha keluar dari kubangan madu itu namun tak mampu. Tubuhnya menempel ke tanah dan tak bisa bergerak karena terbelenggu oleh madu.
Begitulah kondisinya hingga ia pun harus mati karena menuruti nafsu. Andai ia puas dengan kenikmatan yang pertama, kisahnya tidak akan berakhir tragis seperti ini.
Orang bijak berpesan,
“Dunia ini bagai kolam madu yang besar. Siapa yang merasa cukup dengan kenikmatan di pinggirannya maka ia akan selamat. Dan siapa yang memilih untuk tenggelam ke lautan madu itu, maka ia akan binasa.”
Karena itu Al-Qur’an berulang kali memperingatkan bahwa dunia ini hanyalah kesenangan yang membuat manusia lalai dan terperdaya.
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS.Ali ‘Imran:185)
Kesenangan duniawi terus membuat manusia lalai hingga kematian menjemputnya, sementara ia tetap saja belum merasa puas dengan semua kenikmatan tersebut.
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ – حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (QS.At-Takatsur:1)
Dalam sebuah Hadist Qudsi, Allah swt berpesan,
يَا ابْنَ آدَم عِنْدَكَ مَا يُكْفِيْكَ . وَأَنْتَ تَطْلُبُ مَا يُطْغِيْكَ . لَا بِقَلِيْل تَقْنَع، وَلَا بِكَثِيْر تَشْبَع.
إِنْ أَنْتَ أَصْبَحْتَ مُعَافَى فِي جَسَدِك، آمِنًا فِي سِرْبِك، عِنْدَكَ قُوْت يَوْمِك، فَقُلْ عَلَى اللَّهِ العَفَاء.
“Wahai anak Adam, engkau memiliki sesuatu yang cukup namun dirimu meminta sesuatu yang membuatmu menjadi sewenang-wenang.
Engkau tidak merasa cukup dengan yang sedikit dan tidak merasa kenyang dengan sesuatu yang banyak.
Bila engkau bangun di pagi hari dengan tubuh yang sehat, lingkungan yang aman dan memiliki apa yang kau butuhkan untuk hari itu maka ucapkan “Semua ini cukup.”
Semoga bermanfaat