Salah satu dari perkara sunnah dalam ibadah shalat adalah membaca surah Alquran setelah membaca surah Alfatihah pada dua rakaat pertama. Agar kesunahan ini lebih sempurna, berikut tata cara membaca surah Alquran dalam shalat.
Kesunahan membaca salah satu surah Alquran setelah Alfatihah berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
فِي كُلِّ صَلاَةٍ يُقْرَأُ، فَمَا أَسْمَعَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْمَعْنَاكُمْ، وَمَا أَخْفَى عَنَّا أَخْفَيْنَا عَنْكُمْ، وَإِنْ لَمْ تَزِدْ عَلَى أُمِّ القُرْآنِ أَجْزَأَتْ وَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ
“Di setiap shalat, ada bacaan Alquran. Apa yang kami dengar dari Rasulullah saw. maka diperdengarkan kepada kalian. Dan apa yang disamarkan oleh Rasulullah saw. maka kami samarkan kepada kalian. Jika kamu tidak menambah bacaan setelah Alfatihah, maka sudah dianggap cukup. Jika kamu menambah bacaan lagi, maka hal itu menjadi lebih baik lagi” (HR. al-Bukhari no. 772 & HR. Muslim no. 396)
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membaca surah Alquran setelah Alfatihah, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Fathul Muin halaman 19 sebagai berikut:
Pertama, surah Alquran dibaca pada dua rakaat pertama saja. Kesunahan membaca ayat Alquran berlaku bagi imam, orang yang shalat sendirian, dan orang yang bermakmum kepada imam yang membaca ayat Alquran dengan suara pelan.
Kedua, surah yang telah dibaca pada rakaat pertama boleh diulang lagi pada rakaat kedua. Juga boleh mengulang bacaan Alfatihah jika memang tidak hapal surah lainnya. Bahkan boleh membaca basmalah saja, asalkan tidak dimaksudkan sebagai awal surah Alfatihah.
Ketiga, membaca satu surah Alquran secara lengkap dari awal sampai akhir lebih baik daripada membaca surah panjang namun hanya sebagiannya saja. Kecuali ada nash yang menganjurkan hal sebaliknya pada momen tertentu. semisal membaca surah secara terpotong-poton ketika shalat tarawih untuk mempermudah khatam Alquran, atau mengikuti anjuran membaca ayat ayat surah al-Baqarah dan Ali Imran saat shalat subuh.
Keempat, surah yang dibaca pada rakaat pertama lebih panjang daripada surah yang dibaca di rakaat kedua. Contoh: rakaat pertama membaca surah al-Maun (7 ayat), kemudian rakaat kedua membaca surah al-Ikhlas (4 ayat). Tuntunan ini berdasarkan hadits Nabi SAW:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الأُولَيَيْنِ مِنْ صَلاَةِ الظُّهْرِ بِفَاتِحَةِ الكِتَابِ، وَسُورَتَيْنِ يُطَوِّلُ فِي الأُولَى، وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ وَيُسْمِعُ الآيَةَ أَحْيَانًا، وَكَانَ يَقْرَأُ فِي العَصْرِ بِفَاتِحَةِ الكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ، وَكَانَ يُطَوِّلُ فِي الأُولَى، وَكَانَ يُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الأُولَى مِنْ صَلاَةِ الصُّبْحِ، وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ
“Nabi SAW. membaca surah Alfatihah pada dua rakaat pertama shalat zhuhur dan juga membaca dua surah yang panjang pada rakaat pertama dan surah pendek pada rakaat kedua. Terkadang hanya satu ayat. Beliau membaca Alfatihah pada dua rakaat pertama shalat ashar dan juga membaca dua surah dengan surah yang panjang pada rakaat pertama. Beliau juga biasanya memperpanjang bacaan surah pada rakaat pertama shalat subuh dan memperpendeknya pada rakaat kedua” (HR.al-Bukhari no. 756 & Muslim no. 392)
Kelima, surah yang dibaca pada rakaat pertama letaknya (urutannya dalam mushaf) lebih dahulu atau lebih awal daripada surah yang dibaca pada rakaat kedua. Sebagaimana contoh di atas, surah al-Maun (surah ke-107) urutannya lebih awal daripada surah al-Ikhlas (surah ke-112).
Jadi, surah yang dibaca pada rakaat pertama harus lebih panjang ayatnya dan lebih awal urutannya dalam mushaf daripada surah di rakaat kedua. Namun, apabila terjadi pertentangan antara panjang surah dengan urutannya dalam mushaf, maka sebaiknya lebih mendahulukan urutannya.
Semisal, pada rakaat pertama sudah membaca surah al-Ikhlas (4 ayat). Lantas, apakah pada rakaat kedua kita akan membaca surah al-Falaq sesuai urutan surah dalam Alquran, atau membaca surah al-Kautsar yang ayatnya lebih pendek (3 ayat)?Berdasarkan pendapat ini, maka sebaiknya kita membaca al-Falaq sesuai dengan urutannya.
Dengan demikian, akan sangat aneh bila ada seorang yang membaca surah an-Nas pada rakaat pertama. sebab ia merupakan surah paling terakhir dalam mushaf Alquran. sehingga, surah apapun yang dibaca pada rakaat kedua, tentu akan menyelisihi aturan membaca surah sebagaimana dijelaskan di atas.
Ada catatan penting: aturan terakhir ini tidak berlaku ketika ada ayat atau hadis khusus yang mengatur sebaliknya, seperti anjuran membaca surah al-A’la pada rakaat pertama & surah al-Ghasyiyah pada rakaat kedua saat shalat Jumat & shalat hari raya, atau di saat membaca surah panjang pada rakaat kedua agar banyak makmum masbuq yang bisa menyusul shalat
Wallahu a’lam